Sabtu, 25 Juli 2015

Akankan Syawal Menjadi Bulan Kekalahan ?

Fakta yang terjadi di masyarakat, justru kehidupan relijius menghilang setelah Ramadhan. Masjid jadi sepi kembali.

RAMADHAN 1436 H telah usai, bulan kemenangan akan berlalu. Akankah hukum alam kembali terjadi: setelah kemenangan, akan datang masa kekalahan ?

Perlu diketahui mengapa bulan setelah Ramadhan diberi nama Syawal? Hal ini agar kita bisa tetap mengingat amal ibadah di bulan Ramadhan, kemudian ditingkatkan di bulan Syawal.

Akar kata Syawal berarti naik dan meningkat. Dari satu tahapan menuju ke tahapan selanjutnya. Harapannya dengan nama tersebut ibadah kita bisa meningkat dan banyak melakukan kegiatan positif.

Fakta yang terjadi di masyarakat, justru kehidupan relijius menghilang setelah Ramadhan. Masjid jadi sepi kembali. Bacaan al-Quran yang terdengar hanya dari kaset. Seakan-akan euforia ibadah hanya mencapai klimaks di bulan Ramadhan. Saldo masjid yang melimpah di bulan Ramadhan, kembali kembang kempis. Dan yang mengawali bulan Syawal.

Pelajaran berharga ada di Perang Uhud. Setelah menang dalam Perang Badar, kaum Muslimin berada di atas angin. Mereka menyambut perang selanjutnya dengan rasa optimis. Bukit Uhud menjadi saksi dalam perang tersebut. Dalam sesi pertama perang itu kaum Muslimin telah meng-KO kafir Quraisy. Tetapi dalam Perang Uhud kemenangan yang hampir di raih di depan mata menjadi lenyap hanya karena keteledoran pasukan pemanah yang meninggalkan posnya. Uniknya Perang Uhud ada di bulan Syawal. Tepatnya pada tanggal 17 Syawal tahun 3 Hijriyah.

Penyakit pemenang adalah lupa diri. Lupa untuk bersusah payah menjaga kemenangan. Kita pun bisa menyaksikan para pemenang yang kemudian terjungkal menjadi pecudang. Mike Tyson contohnya. Petinju ini di atas ring begitu garang, upper-cutnya mematikan. Banyak lawan bergidik jika berhadapan dengan dia.

Setelah merasa tak terkalahkan, dia seperti tidak bisa melihat ada kemungkinan munculnya kekalahan di depan mata. Awal kekalahan ketika dia tidak bisa mengendalikan gejolak seksual. Fokus bertandingnya jadi kacau dan Evander Holifield pun menjadi petinju yang berhasil meng-KO Mike Tyson.

Inti kemenangan sendiri ketika seseorang bisa konsisten. Selain itu bisa menikmati apa yang menjadi komitmennya. Tidak peduli hasil yang diperoleh seperti apa. Allah Subhanahu wa Ta’ala memang menilai seorang hamba dari sikap konsistennya. Ini tergambar dalam ayat, ”Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan Kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (Q.S. Fushilat: 30)

Abu Bakar r.a dan Mujahid r.a berkata tentang ayat “istaqamu” adalah istiqamah (konsisten) di atas tauhid. Ibnu Abbas, Al Hasan, dan Qatadah menyebut istiqamah sebagai dalam ketaatan dan menunaikan kewajiban Allah. Abu ‘Aliyah dan As Sudi memahami istiqamah sebagai ikhlas dalam beramal hingga maut menjemput.

Redaksi dalam ketiga perkataan sedikit berbeda tapi mengandung spirit sama. Terus menerus untuk taat. Bahkan As Sudi dan Abu ‘Aliyah mengaitkan konsisten dengan maut.

Djamaluddin Ancok (2011) menyebutkan, teguh pendirian adalah buah konsisten itu sendiri. Dan menikmati apa yang dikerjakan menjadi jaminan awetnya konsisten. Maka dengan membawa spirit Ramadhan dalam Syawal, akan berdampak pada terjaganya ruh ibadah, baik itu yang ada di masjid-masjid, perkantoran atau masyarakat sekalipun.

Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam bersabda, ”Janganlah seperti si fulan, dulu dia melakukan shalat malam tetapi sekarang tidak melakukan lagi.” (HR. Bukhari). Ini sebuah sindiran sekaligus celaan. Al Ghazali juga telah menyampaikan, seseorang yang mencintai sesuatu melebihi cintanya kepada Allah, maka hatinya telah sakit.

Maka setelah bulan Ramadhan berlalu semestinya setiap Muslim menggiatkan diri dengan melaksanakan ibadah puasa sunnah. Bila perlu ada buka puasa bersama puasa sunnah. Bahkan hanya dengan puasa sunnah 6 hari di bulan Syawal saja sudah menjadi pelengkap bagus bagi puasa di bulan Ramadhan, sebagaimana hadist yang diriwayatkan Abu Ayub, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan lalu melanjutkannya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka itu setara dengan puasa sepanjang tahun.” (Riwayat jamaah, kecuali Bukhari dan an-Nasa’i)

Sedang Tsauban meriwayatkan, “Puasa Ramadhan pahalanya senilai dengan puasa sepuluh bulan, dan puasa enam hari pahalanya senilai dengan puasa dua bulan. Jumlahnya semuanya satu tahun penuh.”

Sungguh luar biasa jika kita bisa menjaga semangat ibadah puasa bulan Ramadhan hanya dengan melaksanakan ibadah puasa sunnah bulan Syawal. Ini belum lagi jika kita melaksanakan ibadah puasa sunnah Senin-Kamis atau puasa Nabi Dawud, serta puasa-puasa sunnah lainnya.

Demikian pula untuk menjaga semangat shalat Qiyamulail di bulan Ramadhan, kita adakan shalat malam berjamaah seminggu 2 (dua) atau 3 (tiga) kali dalam seminggu. Juga semakin menggiatkan majelis ilmu sehabis salat fardhu, terkhusus setelah shalat Subuh dan Maghrib. Itikaf di masjid saat Ramadhan, di luar Ramadhan dengan menjalankan mabit.

Dalam bersedekah tetap berlanjut ketika bukan lagi berada di bulan. Dengan demikian saldo masjid bisa terus berkembang dengan baik. Dan ini menjadi harapan semua. Masjid akan tetap makmur dan memakmuri jamaahnya.

Bila semangat ibadah setelah Ramadhan bisa terjaga, maka duka Syawal berupa kekalahan biar jadi anekdot semata. Jika bulan Ramadhan merupakan bulan kemenangan, maka bulan Syawal dan selanjutnya adalah bulan-bulan berkemajuan. Semoga begitu.

Selasa, 14 Juli 2015

MARI UCAPKAN YANG BENAR

Sejalan dengan akan datangnya IDUL FITRI sebentar lagi, sering kita dengar tersebar ucapan:
“MOHON MAAF LAHIR & BATHIN ”.
Seolah-olah saat Idul Fitri hanya khusus dengan ucapan semacam itu.

Sungguh sebuah salah kaprah, karena Idul Fitri bukanlah waktu khusus untuk saling maaf memaafkan.
Memaafkan bisa kapan saja tidak terpaku dihari Idul Fitri. Demikian Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam mengajarkan kita.

Tidak ada satu ayat Qur'an ataupun suatu Hadits yang menunjukkan keharusan mengucapkan “ Mohon Maaf Lahir dan Batin ” disaat-saat Idul Fitri.

Satu lagi, ucapan yang keliru saat Idul Fitri, yakni ucapan :
"MINAL 'AIDIN WAL FAIZIN".
Arti dari ucapan tersebut adalah :
“ Kita kembali dan meraih kemenangan ”
KITA MAU KEMBALI KEMANA ?
Apa pada ketaatan atau kemaksiatan ?

Meraih kemenangan ? Kemenangan apa ? Apakah kita menang melawan bulan Ramadhan sehingga kita bisa kembali berbuat keburukan ?

Satu hal lagi yang mesti dipahami, setiap kali ada yang ucapkan
“ Minal ‘Aidin wal Faizin ”
lantas diikuti dengan kalimat “ Mohon Maaf Lahir dan Batin ”.
Karena mungkin kita MENGIRA artinya adalah kalimat selanjutnya.

Ini sungguh KELIRU luar biasa.
LUAR BIASA keliru... hehe... ^^

Coba saja sampaikan kalimat itu pada saudara-saudara seiman kita di Pakistan, Turki, Saudi Arabia atau negara-negara lain.... PASTI PADA BENGONG BIN BINGUNG...!! ^^
Sebagaimana diterangkan di atas, dari sisi makna kalimat ini keliru sehingga sudah sepantasnya kita HINDARI.

Ucapan yang lebih baik dan dicontohkan langsung oleh para sahabat Rasulullah SAW, yaitu :
“Taqobbal Allahu minna wa minkum "
( Semoga Allah menerima amalku dan amal kalian )

Jadi lebih baik, ucapan / SMS /BBM kita :
" Selamat  Idul Fitri. Taqobbal Allahu minna wa minkum "
( Semoga Allah menerima amalku dan amal kalian )

Semoga risalah ini bermanfaat dan saling berbagi niat untuk meluruskan kekeliruan yang selama ini terjadi...
Silahkan disebarkan.
Baraka Allah fiikum.... ^^

Note :
Untuk kalimat : "Mohon maaf lahir & bathin" bahasa arabnya adalah
AS'ALUKAL AFWAN MINAL DZAHiRAN WAL BATHINIAH.

Taqabbalallahu Minna wa Minkum, Shiyamana wa Shiyamikum wa Ahalahullahu ‘Alaik
(Semoga Allah menerima <amalan> dari kami dan darimu, juga diterima-Nya puasaku dan puasamu sekalian, serta semoga Allah menyempurnakannya)

MINAL AIDIN WAL FAIDZIN agar memiliki arti yg jelas adalah "Ja‘alanallahu Minal Aidin wal Faidzin"
(semoga Allah menjadikan kita bagian dari orang-orang yang kembali <fitrah/suci> & orang-orang yang menang)

Dari Jubair bin Nufair, ia berkata bahwa jika para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berjumpa dengan hari ‘ied (Idul Fithri atau Idul Adha, pen), satu sama lain saling mengucapkan, “Taqobbalallahu minna wa minka (Semoga Allah menerima amalku dan amal kalian).” Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan.

Semoga bermanfaat.

[Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqolani, Darul Ma’rifah, 1379, 2/446.]

Senin, 13 Juli 2015

Renungan Untuk Adik-adik Kita

Sebenarnya ini buat adik adik ana baik adik kelas maupun adik kandung, kali aja ada mnfaat buat temen-temen pengunjung blogger

Silahkan dibaca,
Semoga bermanfaat.

Entah darimana semalam ana bermimpi tentang kalian, mimpi yang mengingatkan kita bertiga dimasa kecil, masa dimana kita jalani bersama suka & duka, masa dimana ana tersenyum sendiri bila mengingatnya ..

Ana mulai teringat waktu sekitar 10 tahun silam.Teringat ketika kita pulang sekolah lalu menunggu ibu
pulang kerja dengan harapan bawa makanan & jajanan pasar, teringat begitu sabarnya ibu kita. Ana masih ingat ketika kalian minta uang bayaran sekolah dengan gaya anak kecil yang marah sambil menangis kalian bilang :
"nda' bisa ikut ujian klo belum lunas..."

Sekarang kita mungkin sudah tahu bukan ? bagaimana perasaan ibu saat itu...

Ana masih ingat ketika kalian meminta sesuatu pada ibu & ana masih ingat bagaimana sabarnya ibu
menanggapi semua permintaan kalian.
Ana masih ingat ketika buka lemari baju & melihat tumpukan kertas diikat gelang karet, kertas yang tertulis angka rupiah yah...
Nominal harga yang harus ibu lunasi.
Ana masih ingat ketika ibu berusaha mencari
pinjaman agar kalian bisa ikut ujian sekolah...

Alhamdulillah ana sangat bersyukur ana dilahirkan dalam keluarga yang dipenuhi kasih sayang &
anapun jadi teringat ketika diri ini terbaring sakit ana lihat kasih sayang kalian begitu besar...
Terimakasih
dik...
Kakak sayang kalian, salah satu do'a ana saat itu adalah :

"Allah tolong jaga adik-adik ana & jadikan mereka orang yang berguna"

Ternyata Allah Subhanah Mengijabah doa ana kepada kalian dengan menjadikan kalian anak yang soleh & solehah.

Sekarang sudah saatnya kita balas kebaikan orang
tua kita, buat mereka bangga, buat mereka tersenyum bahagia jangan pernah buat mereka sedih jangan pernah buat kecewa.

Buat mereka masuk surga diakhirat nanti dik...

Bukan sebaliknya, awali dengan niat merubah diri menjadi lebih baik sehingga Allah Subhanah pun akan mengangkat derajat orang tua kita

"Teruslah jadi orang baik", itu adalah pesan yang sering ibu berikan

"Robbighfir lii wa li waalidayya warhamhumaa kamaa robbayaanii shoghiiroo"
Aamiin.

Ibnu SitTa,
13 Juli 2015 | 26 Ramadhan 1436 H

Rabu, 08 Juli 2015

12 Sifat Istri Shalihah

Rasulullah SAW bersabda kepada Umar bin Khaththab radhiallahu ‘anhu:

أَلاَ أُخْبِرَكَ بِخَيْرِ مَا يَكْنِزُ الْمَرْءُ، اَلْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، إِذَا نَظَرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهَ وَإِذَا أَمَرَهَا أَطَاعَتْهَ وَإِذَا غَابَ عَنْهَا حَفِظَتْهَ

“Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalihah yang bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan mentaatinya, dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya.” (HR. Abu Dawud no. 1417. “Hadits ini shahih di atas syarat Muslim.”)

Siapakah istri shalihah yang layak diteladani para muslimah? Apakah dia berparas menawan, jadi hartawan, mungkin berkedudukan gemilang, dan nasab keturunan yang terpandang ataukah yang penuh kemuliaan, kasih sayang dan kecintaan kepada suaminya? Wanita shalihah di dalam rumah bisa disebut “Menteri Dalam Negeri” yang mengatur keuangan rumah tangga, menjaga kehormatan keluarga dan mendidik anak lebih bertaqwa.

Dambaan seorang muslim yang akan membangun mahligai rumah tangga dengan penuh cita-cita supaya pondasi kehidupan rumah tangga menjadi keluarga yang samara. Sehingga bisa ditumbuhkan rasa saling ta’awun (tolong-menolong), saling memahami, saling menghargai dan saling mengingatkan mengabdi kepada Ilahi.

Impian seorang muslim yang mulia adalah meminang seorang wanita shalihah yang mampu menjadi naungan dan tempat curhat selagi istirahat bagi suami dari penat dan pengorbanan hidup yang berat. Harapannya yang indah yaitu kelak akan lahir dari rahim seorang wanita shalihah keturunan yang shalih, mendoakan kedua orang tua dan mengenal tauhid sehingga menjadi qurratu a‘yun (penyejuk mata) baginya. Demikian harapan seorang muslim sejati yang dirajutnya dengan istiqomah, meminta kepada Ar-Rabbul A‘la (Allah Yang Maha Tinggi) agar dimudahkan segala urusannya.

Namun tentunya apa yang menjadi dambaan seorang muslim ini tidak akan terwujud dengan baik terkecuali bila wanita yang dipilihnya untuk menemani hidupnya hingga ajal menjemputnya adalah wanita shalihah. Karena hanya wanita shalihah yang dapat menjadi teman hidup yang sebenarnya dalam suka maupun duka, yang akan membantu dan mendorong suaminya untuk taat kepada Allah SWT. Hanya dalam diri wanita shalihah tertanam aqidah islamiyah, akhlaqul karimah dan mendidik anak menjadi shalih dan shalihah.

Berikut sebagian sifat-sifat istri shalihah yang layak diteladani:

Istri yang dapat men”design” suaminya bertutur kata lembut dan mengucapkan kata romantis nan manis. Misalnya: selalu menggunakan panggilan yang istimewa dan spesial.
Istri yang selalu taat dan patuh terhadap perintah suami selagi bukan perintah untuk bermaksiat dan menyimpang dari aturan islam.
Istri yang dapat memahami perasaan suami, selalu mengiringi dengan doa dan semangat, mengalir bersama rasa emosi yang lembut dan penuh perasaan.
Istri yang memiliki sifat qona’ah, ridla atas pemberian suami kepadanya, sedikit maupun banyak, hal itu menunjukkan kepada istri untuk selalu bersyukur kepada Yang Maha Pemberi Rizqi. Karena rizqi ada pada kekuasaan Allah bukan pada tangan suami.
Istri yang selalu istiqomah dalam menjaga kemuliaan budi pekerti, menampakkan akhlaqul karimah baik di dalam rumah maupun bermuamalah.
Istri yang dapat berterima kasih kepada suami atas nasihat dan kebaikan yang telah diperbuatnya. Hal ini dapat melahirkan rasa cinta, kasih sayang, rasa peduli dan curahan kebaikan dan kemuliaan. Misalnya: selalu mengucapkan terima kasih bila ditolong dalam aktivitas, terima kasih bila diberi serpihan nasihat yang memikat.
Istri yang dapat mengatur urusan rumah tanggaunya dengan baik dan benar, menghemat dan memenej keuangannya secara selektif, efektif dan produktif. Misalnya: membuat laporan mengenai belanja harian, menyisihkan untuk tabungan guna masa depan.
Istri yang dapat mendidik anak-anak sepenuh jiwa disertai hati yang tulus dan sejuk sehingga mereka menjadi generasi yang shalih dan shalihah, istiqomah, akhlaqul karimah, dan taat beribadah. Misalnya: memberi dorongan kepada anak untuk sholat bersama suami di masjid, memberikan kalimat-kalimat tauhid agar anak menyimpannya dalam memori sejak dini.
Istri yang tidak menunjukkan rasa gembira di atas rasa dukacita suaminya dan tidak pula merasa sedih jika suami merasa senang gembira, hal ini dapat menjadi rasa kebersamaan, rasa saling memberikan perhatian dan mengingatkan dalam kebaikan. Misalnya: saat suami sakit ataupun sedang terkena musibah maka istri tidak terlihat gembira atau senang.
Istri yang menjaga kebersihan diri untuk selalu tampil indah dan bersih di dalam rumahnya karena ia memahami keindahan dan kebersihan itu lebih kekal daripada kecantikan. Misalnya; memberishkan ruang tamu, ruang keluarga sebelum suami pulang beraktivitas.
Istri yang dapat menjaga rahasia suami dan rumah tangganya di saat Allah menguji dengan kenikmatan ataupun kesusahan. Misalnya: tatkala sedang dalam perselisihan maka seharusnya bertanya dan berkonsultasi dengan orang yang bertaqwa sehingga rahasia rumah tangga terjaga.
Istri yang dapat berinteraksi baik dan benar dengan pihak keluarga suami, khususnya ibu karena dialah manusia yang paling dekat suami, seorang ibu yang mendidik dan mengarahkan anak menjadi suami shalih dan bertanggung jawab. Misalnya: selalu beramah tamah dan bertutur kata santun saat berbicara dengan mertua.
Alangkah bahagianya wanita shalihah tahu betapa besar hak suaminya. Sifat-sifatnya yang layak diteladani niscaya rumah tangga kehidupannya berbahagia dan menjadi teladan bagi kaum muslimah lainnya.

“Jadilah istri shalihah yang bermakna kebaikan dalam mahligai rumah tangga. Dan jadikanlah rumah tangga bernuansa permadani sakinah, mawaddah wa rahmah”

Wallahu A’lam.

Minuman Bersoda, Sehatkah ?

Saat ini banyak mitos yang berkembang di masyarakat mengenai minuman bersoda. Mulai dari mitos bahwa minuman bersoda itu menyebabkan gigi keropos, hingga menyebabkan kebodohan. Tapi benarkah mitos tersebut?

Minuman soda masuk ke dalam minuman karbonasi. Minuman karbonasi adalah minuman yang ditambahkan gas karbon dioksida (CO2) ke dalamnya dengan tekanan tinggi. Karbonasi merupakan proses memasukkan CO2 dengan tekanan tinggi ke dalam cairan, sehingga menghasilkan gelembung dalam cairan. Karbondioksida yang terikat dengan cairan ini sifatnya tidak permanen, jadi mudah lepas dan hilang. Karbondioksida yang digunakan dalam proses karbonasi ini sama seperti karbondioksida yang ada kita hasilkan saat bernapas.

Penggunaan karbondioksida dalam minuman ini sebenarnya bukan teknologi baru. Sejak abad ke-18, Inggris sudah menggunakan metode tersebut. Tujuannya adalah untuk memberikan sensasi minum yang berbeda. Sensasi sparkle, ‘menggigit’, ‘krenyes’ dan segar saat minuman bersoda tersebut dikonsumsi.

Pasti banyak yang kemudian bertanya, apakah minuman bersoda tersebut aman? Bukankah gas karbondioksida ini gas buangan tubuh. Hasil kajian dari lembaga dunia yang fokus meneliti tentang bahan tambahan pangan (BTP) JECFA (Join Expert Committee on Food Additives) menyebutkan bahwa CO2 merupakan bahan yang aman digunakan pada produk minuman. JECFA menetapkan bahwa batasan yang tidak menimbulkan risiko/bahaya jika dikonsumsi oleh manusia atau ADI (Acceptance Daily Intake) untuk CO2 adalah not specified, artinya tidak adanya risiko mengenai penambahan CO2 dalam minuman.

Selain itu, Badan POM juga menetapkan bahwa CO2 merupakan bahan pengkarbonasi yang diijinkan penggunaannya untuk produk pangan. Ini artimya bahan tersebut sudah dijamin aman.

Gas CO2 yang terdapat dalam minuman soda terbukti tidak menimbulkan efek kesehatan pada tubuh. Namun hal lain yang tidak boleh dilupakan adalah jumlah kalori, kandungan gula, natrium, dan kafein pada minuman bersoda. Sebab biasanya minuman bersoda mengandung gula yang tinggi dibanding minuman yang lain.

Hukum Shalat Tasbih & Pandangan Beberapa 'Ulama Fiqhiyyah

Ada sebuah pertanyaan dari grup "Jam'iyyah Al Ukhuwwah Al Islamiyah "
Dari akhuna Dzaky Muhibburrahman :

Asslmualaikum..
Mau tnya ust.
Apakah hadits tentang shalat tasbih itu kuat?...
Dan bolehkah kita mengamalkan nya?...
Bagaimana tata cara nya?...
Penjelasan nya ust?...
Jazakumullah khairan..

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Shalat ini sering kali dilakukan oleh sebagian masyarakat kita. Bagaimana sesungguhnya kedudukan shalat ini ? Seberapa kuatkah landasan syar’i yang melatar-belakanginya ? Karena sering menjadi bahan pembicaraan di tengah masyarakat, maka akan Ana bahas di blog Ana. Semoga bermanfaat.

Landasan Syariah

Para fuqoha berbeda pendapat tentang hukum sholat tasbih. Perbedaan tersebut dilatarbelakangi oleh perbedaan mereka dalam hal kedudukan hadits yang menjadi pensyariatan ibadah sholat tersebut.

1. Pertama: Sholat tashbih adalah mustahabbah (sunnah).

Pendapat ini dikemukakan oleh sebagian fuqoha Syafi’iyyah. Pendapat mereka dilandasi oleh sabda Rasulullah SAW kepada paman beliau Abbas bin Abdul Mutholib yang diriwayatkan oleh Abu Daud.

Dari Ikrimah bin Abbas ra. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda kepada Al-Abbas bin Abdul Muttalib, “Wahai Abbas pamanku, Aku ingin memberikan padamu, aku benar-benar mencintaimu, aku ingin engkau melakukan -sepuluh sifat- jika engkau melakukannya Alloh akan mengampuni dosamu, baik yang pertama dan terakhir, yang terdahulu dan yang baru, yang tidak sengaja maupun yang disengaja, yang kecil maupun yang besar, yang tersembunyi maupun yang terang-terangan. Sepuluh sifat adalah: Engkau melaksankan sholat empat rakaat; engkau baca dalam setiap rakaat Al-Fatihah dan surat, apabila engkau selesai membacanya di rakaat pertama dan engkau masih berdiri, mka ucapkanlah: Subhanalloh Walhamdulillah Walaa Ilaaha Ilalloh Wallohu Akbar 15 kali, Kemudian ruku’lah dan bacalah do’a tersebut 10 kali ketika sedang ruku, kemudian sujudlah dan bacalah do’a tersebut 10 kali ketika sujud, kemudian bangkitlah dari sujud dan bacalah 10 kali kemudian sujudlah dan bacalah 10 kali kemudian bangkitlah dari sujud dan bacalah 10 kali. Itulah 75 kali dalam setiap rakaat, dan lakukanlah hal tersebut pada empat rakaat. Jika engkau sanggup untuk melakukannya satu kali dalam setiap hari, maka lakukanlah, jika tidak, maka lakukanlah saru kali seminggu, jika tidak maka lakukanlah sebulan sekali, jika tidak maka lakukanlah sekali dalam setahun dan jika tidak maka lakukanlah sekali dalam seumur hidupmu.” (HR Abu Daud 2/67-68, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaemah, dalam Shahihnya dan At-Thabarani.)

Mereka berpendapat bahwa hadits tersebut meskipun merupakan riwayat dari Abdul Aziz, ada sejumlah ulama yang mentsiqohkannya di antaranya adalah Ibnu Ma’in. An-Nasaiy berkata: Ia tidak apa-apa. Az-Zarkasyi berpendapat: “Hadis shohih dan bukan dhoif”. Ibnu As-Sholah: “Hadisnya adalah Hasan”.

Al-Hafizh menyebutkan bahwa hadits ini diriwayatkan lewat jalur yang banyak & dari sekumpulan jamaah dari kalangan shahabat. Salah satunya hadits Ikrimah ini & sejumlah ahli hadits telah menshahihkan hadits ini, di antaranya Al-Hafizh Abu Bakar Al-Ajiri, Abu Muhammad Abdurrahim Al-Mashri, Al-Hafizh Abul Hasan Al-Maqdisi rahimahullah. Ibnul Mubarak berkata,"Shalat tasbih ini muraghghab (dianjurkan) untuk dikerjakan, mustahab diulang-ulang setiap waktu dan tidak dilupakan." Bisa dilihat di Fiqhus Sunnah oleh As-Sayyid Sabiq jilid 1 halaman 179.

2. Kedua: Sholat tasbih tidak apa-apa untuk dilaksanakan (boleh tapi tidak disunnahkan).

Pendapat ini dikemukakan oleh sebahagian fuqoha Hanabilah. Mereka berkata: “Tidak ada hadits yang tsabit (kuat) & sholat tersebut termasuk Fadhoilul A’maal, maka cukup berlandaskan hadits dhoif.

Oleh karena itu Ibnu Qudamah berkata: “Jika ada orang yang melakukannya maka hal tersebut tidak mengapa, karena sholat nawafil dan Fadhoilul A’maal tidak disyaratkan harus dengan berlandaskan hadis shohih.” (Al-Mughny 2/123)

3. Ketiga: Sholat tersebut tidak disyariatkan.

Imam Nawawi dalam Al-Majmu’ berkata: “Perlu diteliti kembali tentang kesunahan pelaksanaan sholat tasbih karena hadisnya dhoif & adanya perubahan susunan sholat dalam sholat tasbih yang berbeda dengan sholat biasa. Dan hal tersebut hendaklah tidak dilakukan kalau tidak ada hadis yang menjelaskannya. Dan hadis yang menjelaskan sholat tasbih tidak kuat”. Ibnu Qudamah menukil riwayat dari Imam Ahmad bahwa tidak ada hadis shohih yang menjelaskan hal tersebut.

Ibnul Jauzi mengatakan bahwa hadits-hadits yang berkaitan dengan shalat tasbih termasuk maudhu`/palsu. Ibnu Hajar berkata dalam At-Talkhis bahwa yang benar adalah seluruh riwayat hadits adalah dhaif meskipun hadits Ibnu Abbas mendekati syarat hasan, akan tetapi hadits itu syadz karena hanya diriwayatkan oleh satu orang rawi dan tidak ada hadits lain yang menguatkannya & juga shalat tasbih berbeda gerakannya dengan shalat-shalat yang lain.

Dalam kitab-kitab fiqih mazhab Hanafiyah & Malikiyah tidak pernah disebutkan perihal shalat tasbih ini kecuali dalam Talkhis Al-Habir dari Ibnul Arabi bahwa beliau berpendapat tidak ada hadits shahih maupun hasan yang menjelaskan tentang shalat tasbih ini.

Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Senin, 06 Juli 2015

Kerusakan Buka Bersama (Bukber) Sambil Reunian

Suatu yang sering kita jumpai di bulan Ramadhan adalah buka bersama (bukber). Biasa dilakukan dengan teman lama, teman sekolah sambil bereuni atau dengan teman komentar. Sebagai nasihat dan moga bisa dipertimbangkan ketika mengadakan buka bersama. Berikut beberapa kerusakan yang sering terjadi:

1- Lebih mementingkan mengisi perut dan jalin ukhuwah daripada shalat.

2- Ngobrol, haha hihi sampai Isya, kadang shalat Maghrib ditinggalkan. Padahal meninggalkan satu shalat saja bisa menghapuskan amalan.

مَنْ تَرَكَ صَلاَةَ الْعَصْرِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ

“Barangsiapa meninggalkan shalat Ashar, maka terhapuslah amalannya” (HR. Bukhari no. 594). Kalau disebut menghapus amalan, berarti meninggalkan shalat bisa menghapus amalan puasa. Na’udzu billahi min dzalik!

3- Shalat jama’ah pun ditinggalkan Cuma karena lebih mementingkan kebersamaan di meja makan dengan teman-teman.

Lihat peringatan bagi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bagi pria yang enggan berjama’ah,

إِنَّ أَثْقَلَ صَلاَةٍ عَلَى الْمُنَافِقِينَ صَلاَةُ الْعِشَاءِ وَصَلاَةُ الْفَجْرِ وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا وَلَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ آمُرَ بِالصَّلاَةِ فَتُقَامَ ثُمَّ آمُرَ رَجُلاً فَيُصَلِّىَ بِالنَّاسِ ثُمَّ أَنْطَلِقَ مَعِى بِرِجَالٍ مَعَهُمْ حُزَمٌ مِنْ حَطَبٍ إِلَى قَوْمٍ لاَ يَشْهَدُونَ الصَّلاَةَ فَأُحَرِّقَ عَلَيْهِمْ بُيُوتَهُمْ بِالنَّارِ

“Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat Isya dan shalat Shubuh. Seandainya mereka tahu keutamaan yang ada dalam kedua shalat tersebut tentu mereka akan mendatanginya walau dengan merangkak. Sungguh aku bertekad untuk menyuruh orang melaksanakan shalat. Lalu shalat ditegakkan dan aku suruh ada yang mengimami orang-orang kala itu. Aku sendiri akan pergi bersama beberapa orang untuk membawa seikat kayu untuk membakar rumah orang yang tidak menghadiri shalat Jama’ah.” (HR. Bukhari no. 657 dan Muslim no. 651, dari Abu Hurairah).

4- Yang paling sering nih, shalat tarawihnya pun ditinggalkan sehingga tidak mendapat pahala shalat semalam suntuk bersama imam. Dari Abu Dzar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا قَامَ مَعَ الإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ حُسِبَ لَهُ بَقِيَّةُ لَيْلَتِهِ

“Sesungguhnya jika seseorang shalat bersama imam hingga imam selesai, maka ia dihitung mendapatkan pahala shalat di sisa malamnya.” (HR. Ahmad 5: 163. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth menyatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim)

5- Kadang campur baur antara laki-laki dan perempuan. Padahal sejak dalam shalat jama’ah saja kita sudah diperintah memisahkan antara laki-laki dan perempuan supaya tidak timbul fitnah.

Kalau mau bukber, saran kami, shalat Maghrib, Isya dan Tarawihnya tidak ditinggalkan dong. Ukhuwah kok lebih dipentingkan daripada hak Allah? Emang Allah yang memberi keselamatan ataukah teman-teman?

Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah.

Penulis : Muhammad Abduh Tuasikal, MSc

Rabu, 01 Juli 2015

Rehat Sejenak Ikhwah

Bismillah,
Semoga bermanfaat ikhwah.
Sore kemarin,
Selagi menunggu waktu buka bagi ikhwah yang di Jakarta & sekitarnya mari ana renungi & kaji ayat Allah Subhanah dalam surat An Nahl ayat 17 yang artinya : "jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah niscaya kamu tidak akan sanggup menghitungnya."
Dan salah satu kenikmatan yang pada hari ini kita rasakan & kita nikmati adalah nikmat umur ikhwah. Dengan nikmat umur ini kita bisa melakukan segala aktifitas yang salah satu diantaranya adalah belajar atau mungkin juga ada yang mengajar. Disamping itu yang tidak kalah penting adalah kita bisa menghirup nafas/udara dengan segar & bebas ikhwah serta menghirupnya pun dengan cuma-cuma.
Pertanyaan kita sekarang sudahkah kita berpikir siapa yang membuat udara ? Udara yang melimpah ruah di alam semesta ini adalah bukti kasih sayang Allah Subhanah yang luar biasa. Sekumpulan gas tersebut diberikan-Nya kepada manusia dengan cuma-cuma. Kalau saja kita mau hitung dengan kalkulasi harga oksigen & nitrogen saat ini yang pernah Ana lihat dalam sebuah perhitungan seseorang di media sosial, bahwa jika dalam sehari kita membutuhkan oksigen & nitrogen 1 tabung sedang 1 tabung tersebut seharga 25 ribu berarti dalam setahun kita mengeluarkan biaya untuk membeli tabung oksigen sebesar Rp 9.125.000, namun seandainya umur kita saat ini sekitar 35 tahunan ikhwah setidaknya kita harus mengeluarkan uang senilai 319 juta-an rupiah.
Lihat, HANYA untuk menghirup udara setiap harinya. Tapi faktanya tak sepeser pun kita dipungut biaya atas nikmat yang amat penting tersebut. Oleh karenanya, sudah sepantasnyalah manusia bersyukur kepada Sang Pencipta atas segala nikmat-Nya, termasuk Mensyukuri Nikmat Nafas yang diberikan walaupun kita tidak pernah minta. Dia-lah Rabb yang mengurus kita di siang & di malam hari.
Ikhwah,
Ada satu tauladan yang sangat menarik, pada saat akan meninggal, dalam keadaan kritis, ada Raja terkenal dari Macedonia, yaitu Alexander the Great atau biasa dikenal dengan Iskandar Agung. Berkata pada para dokter yang merawatnya :
“Ambillah 1/2 dari kekayaanku, jika kamu dapat mengantarkan aku untuk menemui ibuku sebentar saja “
Dokter menjawab :
“Jangankan separuh, bahkan seluruh kekayaan Baginda diberikan kepada hamba semuanya, hamba pun tidak akan mampu menambah walaupun hanya 1 tarikan nafas saja”
Mendengar jawaban tersebut, air mata pun berlinang di pipi sang Raja & dia berkata :
” Seandainya saya tahu begitu berharganya 1 tarikan nafas kehidupan, maka saya tidak akan pernah MENYIA-NYIAKAN waktu hanya untuk mengejar kekuasaan “
Kemudian sang Raja pun berpesan, supaya nanti sewaktu diarak dalam peti mati menuju peristirahatannya yang terakhir, ia minta agar kedua tangannya dikeluarkan, supaya setiap rakyatnya dapat melihat bahwa Alexander Agung yang hebat & mampu menguasai wilayah terbesar sepanjang sejarah kehidupan manusia ini ternyata harus berpulang dengan tangan kosong, tidak memiliki apa-apa & tidak membawa apa-apa serta tidak bisa apa-apa.
Kelahiran & kematian adalah awal & akhir ikhwah, yang terpenting dari hidup ini adalah bagaimana kita mengisi kehidupan yang ada diantara ke duanya.
Untuk itu, jangan lupa selalu mengutamakan Allah Subhanah sang pemberi kehidupan kekal , selalu bersyukur di saat senang maupun menghadapi kesusahan...
Ikhwah,
Ini hari pertama di bulan Juli...
Mari berdo'a di waktu mustajab di sela penantian buka nanti : "Ya Allah tetapkanlah nafasku yang Kau berikan dalam diri yang lemah ini di hadapan Mu esok hari"
Ibnu SitTa,
14 Ramadhan 1436 H | 1 Juli 2015