Setiap orang mempunyai motivasi yang berbeda-beda untuk menulis. Ada yang ingin menyebar luaskan pengetahuannya, ada yang ingin menjadi tokoh dengan menulis, ingin mempunyai buku yang best seller dsb. Namun ketahuilah, bahwa dengan menulis maka engkau akan tahu!
Menulis adalah langkah mulia, semulia perintah Jibril as kepada Muhammad untuk membaca. Bacalah! Perintah Jibril as. "Aku tidak dapat membaca." Balas Muhammad. Tiga kali berulang hingga Jibril menyeru, "Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakanmu...."
Menulis adalah proses. Proses setelah membaca. Membaca kejadian kemudian ditulis. Membaca kebenaran kemudian ditulis. Sungguh, menulis bukan suatu yang hina, namun suatu yang mulia, jika engkau membuatnya mulia.
Teringat nasehat seorang guru, "Sebaik-baik belajar adalah mengajar". Ya, dengan mengjarlah kita sebenarnya paham arti sebuah belajar. Ya, dengan menulislah kita akan membaca, dan dengan menulislah kita akan belajar, dan dengan menulislah kita akan tahu. Jadi, kalau ingin banyak tahu, maka menulislah!
Teringat nasehat kyai, "Jika ada 10 santri yang datang padaku, maka akan aku ajar. Jika hanya ada satu santri yang datang kepadaku,maka tetap akan aku ajar. Jika tidak ada satupun santri yang datang kepadaku, maka akan aku ajar DUNIA dengan PENA!"
Ingatlah wahai para penulis, boleh jadi tidak ada penduduk bumi yang mengenalmu, namun buatlah penduduk langit mengagumimu. Boleh jadi tidak ada penduduk bumi yang membaca karyamu, namun buatlah penduduk langit mengagumi karya indahmu. Teringat petuah penulis senior, "Jangan tanamkan pada dirimu bahwa tulisanmu tidak ada yang membaca!"
Jika banyak buku yang beredar dengan niatan untuk menyesatkan, lantas kenapa kita memasrahkan? Jika banyak buku yang beredar dengan niatan untuk merusak generasi muda, lantas kenapa diam saja? Jika banyak buku yang hendak menghancurkan, lantas kenapa kita hanya berpangku tangan? Sadarlah para penulis, menulislah, maka engkau akan tahu!
Karena menulis tidak hanya untuk hidup, namun juga menghidupi. Karena menulis tidak hanya untuk bergerak, namun juga menggerakkan. Karena menulis tidak hanya untuk berjuang, namun juga memperjuangkan. Karena menulis tidak sekedar kerja nafkah, namun juga kerja dakwah!
Ufsi nafsi wa iyyakum!