Bismillah,
Hamdan wa syukron lillahi amma ba'd.
Pembaca blogger yang semoga dirahmati Allah Subhanah,
Pada kesempatan kali ini Ana akan menuliskan beberapa poin penting saat Ana bersama ikhwah LDK Al Fatih LIPIA berkunjung ke kediaman Ustadz Mutammimul Ula. Seorang Ustadz dengan 10 anak yang Masya Allah kesemuanya hafal qur'an.
Di waktu & cuaca yang semakin menentu. Ya, seakan mengatakan bahwa hujan tak akan turun. Namun, kehendak Allah Subhanah lah yang tahu akan arti semua ini.
Hal itu pulalah yang terjadi pada hari ahad kemarin. Di siang hari yang menyengat, ditambah suhu udara yang tinggi membuat terik matahari serasa menusuk sampai tulang, justru Ana & beberapa perwakilan ikhwah LDK berkesempatan mengunjungi salah seorang Ustadz yang sukses mendidik keluarga & anaknya menjadi keluarga Ahlul Qur'an. Adalah salah seorang yang namanya sudah masyhur di kalangan 'tertentu' namun sedikit sekali yang bertatap & mengenal lebih dekat dengan beliau.
Ya, seperti yang Ana & ikhwah LDK lakukan. Dalam sebuah agenda bulanan 'Jaulatul Masyayikh' atau silaturrahim tokoh yang bahasa kerennya 'SilTok'. Adalah kami yang beberapa sempat terlewat saat telah mencapai wilayah bogor. Namun, hal itu tak membuat Ana & ikhwah lain putus semangat mengingat ini adalah momen penting bertemu orang-orang yang menurut Ana pribadi sendiri 'sosok luar biasa'. Sungguh, ini bukan sebuah ungkapan hiperbola yang Ana buat-buat agar Antum membaca tulisan Ana. Namun, menjauh dari itu, memang itulah kenyataan yang Ana dapat setelah berkunjung ke kediaman beliau.
Disambut oleh salah seorang anaknya, yang juga seorang kader KAMMI mempersilahkan kami masuk setelah sebelumnya kami melakukan sholat ashar terlebih dahulu.
Masya Allah. Hal pertama saat masuk rumah beliau adalah betapa banyaknya buku yang berjubel di setiap raknya. Sepanjang mata memandang, hanya hamparan kitab berbahasa Arab & Indonesia yang tertata rapi. Ya, ini adalah sebuah rumah pribadi juga perpustakaan yang sengaja di dedikasikan untuk umat sekitar. Begitu kata Akh Basyir, setelah Ana telusuri.
"Di atas masih banyak lagi akh... malah beberapa ada yang sudah dipindahkan mengingat saking banyaknya buku kiriman dari luar negeri berjilid-jilid," kata Akh Basyir menambahkan.
Tak lama kami duduk di ruang tamu, hadirlah seorang yang memang kami tunggu kehadirannya. Dari cara berjalannya, nampak beliau sudah tak sekuat yang dulu lagi. Juga seonggok tongkat yang mempertahankan tubuh beliau berjalan menuruni tangga & reflek, kami pun menyambut beliau dengan salaman pamrih.
Ahh...
Rasa-rasanya ingin menceritakan apa yang memang terjadi di siang hari itu dalam bingkisan tulisan ini. Namun, terbatasnya ruang juga khawatir tak terbaca & hanya scroll semata membuat Ana sia-sia semata.
Pembaca yang Ana hormati. Yang Ana tulis di sini hanyalah rangkuman saja meskipun tidak semuanya, mengingat ada beberapa poin yang memang tidak harus dicantumkan di sini.
Namun, menjauh dari itu, mudah-mudahan catatan ini bermanfaat. Sebuah catatan yang kata beliau di muqaddimah mengatakan : "Sebuah nasehat yang sudah tak baru lagi dibawah sinar matahari".
Selamat membaca ikhwah pembaca!.
# Di awal pembukaan beliau memulai dengan membaca sebuah ayat Al Qur'an Surat Al Hasyr ayat 18 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah & hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) & bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
# "Kita berikhwah namun ukhuwah itu harus di ishlah sebagaimana dalam Firman Allah Subhanah :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
"Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu & takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat."
# Masya Allah, satu hal yang tak pernah Ana lupakan adalah bagaimana beliau memuji kedatangan kami dengan sebuah kalimat,
"Seumur hidup baru kali ini saya dikunjungi tamu yang semuanya LIPIA."
Tentu ini adalah sebuah apresiasi yang sangat berharga bagi kami yang bergerak di LDK Al Fatih.
# Ketahuilah anak-anakku bahwa kenikmatan fisik itu secara pasti cepat atau lambat dikurangi... dikurangi & sampai hilang hingga menuju kematian.
Ana saat mendengar ini sangat terenyuh sekali. Ya, bagaimana tidak?!. Beliau yang meskipun motorik berbicaranya sudah sangat berat, berbeda dengan 2/3 tahun yang lalu namun semangat beliau memberi nasehat kepada kami tak pudar.
# "Anakku... di dunia ini ada 3 dimensi. Dimensi belakang, apa yang telah kita lakukan. Kedua, dimensi kedepan apa yang akan kita lakukan & dimensi masa lampau untuk belajar."
Beliau mengibaratkan juga dengan seorang sopir yang mengendarai mobilnya. Bagaimana seorang sopir harus lebih banyak melihat kedepan daripada kaca spion. Boleh sesekali melihat spion, akan tetapi tak melupakan depan & menjaga kondisi agar tak tertabrak dengan kendaraan yang ada di depannya. Yang artinya kita harus lebih banyak melihat masa lampau & yang akan datang yang akan kita hadapi nanti. Seperlunya melihat yang telah terlewat dengan fokus yang ada hari ini atau sekarang.
# "Ada dunia & ada duniawi. Dunia itu, fase kehidupan di alam ruh, alam barzah & alam akherat. Sedang duniawi adalah sesuatu yang sifatnya sementara."
Sebuah definisi menarik dari beliau yang mungkin belum pernah kita dengar sebelumnya. Tapi ya... ada benarnya juga. Bahwa itulah kenyataan. Bahwa kita ini sedang merasakan sebuah duniawi. Sebuah fase dimana kita harus mempersiapkan sebuah bekal untuk kehidupan 'dunia' kita di akherat kelak. Pertanyaannya, sudah siapkah kita ikhwah???.
# "Anak-anakku, ketahuilah bahwa sekitar tahun 2020-2035 & seterusnya Indonesia mengalami 'Surbonus Demografis'. Indonesia menghadapi (dari satu sisi) karunia usia produktif lebih besar & sangat besar dibanding usia manula."
Ya, lagi-lagi kami mendapatkan sebuah mufrodat baru dari beliau yang Ana yakin sekali belum pernah kami dengar sebelumnya. Maksud beliau, bahwa tantangan kita kedepan itu lebih besar karena kita akan menghadapi orang-orang yang berpacu untuk memperebutkan kehidupan dunia ini.
# "Ada 4 pilar keluarga muslim : Suami-istri yang kompak & bekerja sama dalam ibadah juga dakwah, ekonomi keluarga yang berkelanjutan & memiliki anak yang sholih & sholihah serta yang terakhir munculkan sosok keluarga muslim."
Beliau menyebutkan ini, saat ketua umum kami di LDK Al Fatih, Ustadz Syukron Muchtar menanyakan bagaimana bisa menjadi keluarga seperti beliau ( Ustadz Mutammimul Ula).
Di akhir pembicaraan, beliau berpesan agar agenda semacam ini tak berhenti sampai di sini saja. Harapan beliau, agenda ini bisa berlanjut dengan komposisi dari mahasiswa LIPIA Jakarta.
Akhirul kalam,
Ana yakin masih banyak sekali orang yang tak tahu keistimewaan seseorang & sebuah organisasi jika memang bukan kita sendiri yang memulai. Ya, Ana hanya ingin mengingatkan diri Ana pribadi yang kadang juga belum maksimal dalam suatu hal. Semoga apa yang sedikit ini bisa memberi faedah Antum semuanya sebagai seorang pembaca terlebih sebagai seorang kader dakwah.
Wallahu A'lam.