Mungkin beberapa pembaca merasa tidak percaya. Seakan ada sedikit rasa janggal dalam hati kita bahwa apakah benar jika kita mempelajari siroh atau sejarah hidup Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam dapat berguna sebagai nutrisi bagi hati, sumber keceriaan bagi jiwa serta penyejuk bagi mata...???
Ya, dalam hal ini telah kita ketahui bersama bahwa Allah Subhanah telah menentukan nabi terakhir & menjatuhkan pilihan-Nya pada diri Muhammad bin `Abdillah Shallallahu ‘alaihi Wasallam. Beliau mendapatkan berbagai keistimewaan dari Allah Subhanah yang tidak dimiliki oleh orang lain, sebagaimana umat Islam juga memiliki keistimewaan yang tidak ada pada agama sebelumnya.
Pernah Ana baca, di dalam sebuah kitab berbahasa Arab berjudul "Min Akhlaqir Rasul yang di tulis oleh Syaikh ‘Abdul Muhsin al-‘Abbad di perpustakaan LIPIA Jakarta. Dalam kitab tersebut dituliskan : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :
إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى كِنَانَةَ مِنْ وَلَدِ إِسْمَعِيلَ وَاصْطَفَى قُرَيْشًا مِنْ كِنَانَةَ وَاصْطَفَى مِنْ قُرَيْشٍ بَنِي هَاشِمٍ وَاصْطَفَانِي مِنْ بَنِي هَاشِمٍ
“Sesungguhnya Allah Subhanah memilih Kinanah dari keturunan (Nabi) Ismail & memilih suku Quraisy dari (bangsa) Kinanah. Kemudian memilih Bani Hasyim dari suku Quraisy & memilih diriku dari Bani Hasyim.” [HR Muslim no. 4221].
Melalui hadits yang mulia ini, dapat diketahui bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam merupakan pokok dari seluruh intisari kebaikan melalui tinjauan kemuliaan nasab, sebagaimana pada beliau Shallallahu ‘alaihi Wasallam juga terdapat pokok dari intisari-intisari keutamaan & ketinggian derajat di sisi Allah Subhanah.
Lantas apa hubungannya dengan nutrisi bagi hati, sumber keceriaan bagi jiwa serta penyejuk bagi mata...???
Ya, di atas hanyalah muqoddimah untuk menyelaraskan kita bahwa memang dirasah (mempelajari) siroh nabawi adalah hal urgen bagi seorang muslim. Melihat kedudukan beliau bagi kita.
Mempelajari Siroh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam berguna sebagai nutrisi bagi hati & sumber keceriaan bagi jiwa serta penyejuk bagi mata adalah benar adanya. Bahkan hal itu merupakan bagian dari agama Allah Subhanah & ibadah untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Sebab, kehidupan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam merupakan kehidupan dengan mobilitas tinggi, ketekunan, kesabaran, keuletan, penuh harapan, jauh dari pesimisme dalam mewujudkan ubudiyah (penghambaan diri) kepada Allah Subhanah & mendakwahkan ajaran agama-Nya.
Berikut Ana kutipkan beberapa manfaat atau faedah mempelajari Sirah Nabawi yang tersimpulkan pada poin-poin berikut :
1. Mengenal teladan terbaik bagi seluruh manusia dalam aqidah, ibadah & akhlak.
Allah Subhanah berfirman :
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah & (kedatangan) hari kiamat & dia banyak menyebut Allah“. (QS. Al-Ahzab/33:21). Terlebih usaha meneladani Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam tidak bisa lepas dari mengetahui sejarah hidup & petunjuk-petunjuk beliau.
2. Siroh Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam menjadi mizan (timbangan) amal perbuatan manusia.
Mengenai hal ini, Imam Sufyan Ibnu ‘Uyainah rahimahullah berkata :
“Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam adalah timbangan paling inti. Maka, segala sesuatu ditimbang dengan akhlak, siroh & petunjuk beliau. Yang sesuai, maka itulah yang benar & yang berlawanan dengannya, maka itulah kebatilan”. (Diriwayatkan al-Khathib al-Baghdadi dalam muqaddimah kitab al-Jami li Akhlaqir Rawi wa Adabi as-Sami’).
3. Mempelajari Siroh Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam membantu dalam memahami Kitabullah, karena kehidupan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam merupakan pengamalan nyata terhadap al-Qur`an.
Hal ini berdasarkan keterangan Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ketika ditanya tentang akhlak beliau, “Akhlak beliau adalah al-Qur`an” & yang dimaksud dengan akhlak di sini adalah pengamalan agama beliau, beliau telah mengerjakan petunjuk al-Qur`an dengan sempurna, dalam hal perintah & larangan serta adab-adab al-Qur`an.
4. Mempelajari Siroh Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam memperkuat cinta seorang Muslim kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam.
Penanaman cinta & penguatannya pada hati seorang Muslim menuntutnya untuk mempelajari Siroh Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam, supaya cintanya kian subur di hatinya terhadap sosok yang mulia ini & selanjutnya, cinta tersebut akan mendorongnya menuju setiap kebaikan serta ittiba’ kepada beliau.
5. Mempelajari Siroh Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam membantu memudahkan memahami Islam dengan baik dalam aspek aqidah, ibadah dan akhlak.
Sejarah telah mencatat bahwa beliau memulai dakwah dengan tauhid & perbaikan aqidah serta menekankan pada masalah tersebut.
6. Siroh Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam menggariskan manhaj dalam berdakwah di atas ilmu.
Seorang dai sejati adalah orang yang menguasai petunjuk, langkah & sejarah hidup beliau. Allah Subhanah berfirman : “Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku & orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata” (QS. Yusuf/12:108).
7. Mempelajari Siroh Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam merupakan pintu berkah menuju gerbang kebahagiaan.
Bahkan kebahagiaan seseorang tergantung pada sejauh mana ia mengetahui petunjuk-petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam. Sebab tidak ada jalan menuju kebahagiaan bagi seorang hamba di dunia & di akhirat kecuali melalui petunjuk para rasul.
9. Siroh Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menerangkan bahwa perilaku & sejarah hidup beliau shallallahu ‘alaihi Wasallam merupakan jalan hidup bagi setiap Muslim yang mengharap kebaikan & kehidupan mulia di dunia dan akhirat.
Generasi Islam akan mengalami kemerosotan bila sebagian mereka lebih mengenal sejarah hidup orang-orang yang tidak pantas diteladani.Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Allah Subhanah menggantungkan kebahagiaan dunia & akhirat pada ittiba kepada beliau & menjadikan celaka di dunia & akhirat disebabkan menentang beliau”. (Zadul Ma’ad fi Hadyi Khairil ‘Ibad 1/36). Ibnul Qayyim rahimahullah juga mengklasifikasikan sikap manusia terhadap sejarah hidup Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam menjadi tiga golongan : mustaktsir (banyak tahu), muqill (kurang peduli), mahrum (jauh darinya).
Tiga jenis manusia yang disebutkan Ibnul Qayyim ini otomatis menjadi realita yang ada di tengah umat.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا لَا يَرْتَدُّ وَنَعِيْمًا لَا يَنْفَدُ وَمُرَافَقَةَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْ أَعْلَى جَنَّةِ الْخُلْدِ.
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu keimanan yang tidak akan lepas, nikmat yang tidak pernah habis dan menyertai Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam di Surga Khuld yang paling tinggi”. [HR. Ahmad dan lainnya. Al-Albani menilai hadits ini berderajat hasan. Ash-Shahihah no.2301].
*Tulisan ini, Ana sarikan dari kitab berbahasa Arab dengan judul "Min Fawaaidi ad-Dirasah as-Siratin Nabawiyyah" karya Syaikh Prof.DR. Abdur Rozzaq al-Badr dengan sedikit tambahan bahasa agar lebih mudah difahami pembaca.
*Pernah di muat dalam Buletin Jum'at Asy Syifa Malang Edisi 97 Tahun II September 2015 M/Dzulqo'dah 1436 H dengan judul yang sama.
Semoga bermanfaat!,
Jangan lupa baca tulisan keislaman Ana yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar