Keesokan harinya kami berangkat menuju perbatasan Turki dengan Suriah. Truk-truk yang mengangkut bantuan berupa bahan pangan, selimut, pakaian & sebagainya sudah siap di lokasi. Ternyata partner kita di Turki sangat cekatan dalam mempersiapkan segala sesuatunya. Setelah itu, kami pun bergerak menuju kamp pengungsi.
Berbeda dengan kamp pengungsi di Yordania yang masuk ke dalam wilayah Yordania, kamp pengungsi ini ternyata berada di dalam wilayah negeri Suriah. Ketika menuju kamp ini, passport Ana sudah di stempel keluar Turki oleh pihak imigrasi Turki. Ana pun melenggang masuk ke dalam Suriah.
Akhirnya Tim Relawan Suriah masuk ke Suriah setelah melewati pintu perbatasan Turki-Suriah. Rombongan kami langsung berjumpa dengan masyarakat Suriah yang tinggal di pengungsian. Kondisi pengungsi di tenda-tenda sangat memprihatinkan. Tidak berbeda dengan kondisi di kamp pengungsi di Yordania.
Daerah yang kami kunjungi, disebut dengan nama Bab Al-Hawa, yang beberapa waktu lalu dijatuhi bom oleh tentara rezim Bashar Al Assad. Ribuan pengungsi tinggal di daerah ini memohon belas kasihan dari luar. Pemandangan yang mengharukan tatkala melihat tenda pengungsian yang keadaannya sungguh memprihatinkan. Anak-anak kecil bergerombol memohon belas kasihan dari para pejuang rakyat atau orang yang datang dari Turki ke Suriah sambil berseru meminta kepingan lira (mata uang Suriah).
“Yaa 'ammi... Lira... Lira...” (“Wahai paman... Lira... Lira...”).
Tidak berapa lama, rombongan melanjutkan perjalanan dipandu oleh beberapa warga dari Bab Al-Hawa menuju kota Idlib, yang merupakan jalur pegunungan dengan keindahan panorama alamnya yang sulit dicari semisal di tanah air. Sepanjang perjalanan, banyak dijumpai rumah yang hancur. Keadaan masyarakat di sana tidak tenang. Banyak di antara penduduk belum bisa beraktivitas secara normal. Tampaknya, daerah ini, juga daerah yang sering mendapat serangan dari tentara rezim Bashar Al Assad.
Selama kira-kira satu setengah jam perjalanan, tim relawan pun tiba di daerah Ma’aaroh, sekitar kota Idlib. Di sana kami bertemu Abu Hamzah yang sudah siap dengan barang-barang yang jauh hari sebelumnya telah kami pesan melalui telepon sehingga kami pun langsung dapat membagikan bantuan kepada 120 kepala keluarga saat itu juga. Keadaan di tempat kami membagikan bantuan cukup menyedihkan. Banyak di antara orang-orang yang diberikan bantuan adalah janda-janda & anak-anak kecil yang tidak memiliki kepala keluarga (bapak/suami) lagi karena kebanyakan meninggal akibat keganasan tentara rezim sosialis Bashar Al Assad & sekutunya dari kalangan Syi’ah.
Pembagian bantuan berjalan lancar & tidak ada kendala sama sekali sehingga bantuan dapat terbagi dalam waktu satu jam & diantar langsung ke tempat. Selesai melaksanakan pembagian, tim relawan melanjutkan perjalanan untuk mencari tempat peristirahatan di daerah Idlib.
Sesampainya di tempat peristirahatan, waktu menunjukkan pukul 19.50. Di sini, kami mendapatkan keramah-tamahan dari warga Suriah yang menjamu kami dengan sangat istimewa. Kami belajar bahwa demikianlah bangsa Arab pada umumnya tatkala menjamu tamu. Mereka memuliakan tamu dengan penuh keramahan sesuai dengan apa yang mereka katakan “ahlan wa sahlan”.
Tim relawan sempat bersantap bersama dengan menu khas Suriah, yaitu roti Tsarid, dengan ditemani dentuman qonaabil قنابل (jamak dari kata قمبلة /qumbulah/ [arti: bom]).
Sepanjang hari, tim relawan pun hanya bisa terduduk diam di penginapan, karena terbatasnya akses untuk bepergian sambil menyusun rencana untuk keesokan harinya. Sampai pukul 20.00 waktu Suriah, suara dentuman pun masih tetap terdengar.
Semoga dengan menginjakkan kaki di bumi Suriah ini kami, beserta para pembaca dapat menyempurnakan ikhtiar kami untuk bisa membantu saudara-saudara muslim Suriah.
Lanjut Insya Allah di Catatan Perjalanan Ke Suriah [4]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar