Kairo, Mesir
Kota bersejarah yang menjadi ibukota Negara yang sedang digoncang prahara politik ini, faktanya sudah sering kali mengalami pergolakan dan berulang kali bangkit dari keterpurukan. Kairo menduduki wilayah yang sudah dihuni lebih dari 3.500 tahun. Kota ini kaya akan sejarah dan pencapaian intelektual.
Amr ibn al-‘Ash telah berhasil menaklukkan Mesir pada tahun 641M dan memilih Fustat sebagai pusat pemerintahannya. Pada tahun 969M, Dinasti Fatimiah mengubahnya dengan menjadikan Kairo sebagai pusat pemerintahan. Al-Qohiro dalam bahasa arab, telah berhasil mempertahankan statusnya meskipun sudah berkali-kali berpindah tangan bahkan meluas sampai ke wilayah seperti, Fustat, Al-Askar dan Al-Qatta’i.
Dinasti Fatimiyah, mengikuti jejak dinasti Ayyubiyah dan Mamluk, berkomitmen untuk menciptakan sebuah pusat belajar, kebudayaan dan kemajuan. Masing-masing dinasti memberikan kontribusi terhadap karakter kota ini. Sebagai contoh, dinasti Fatimiyah mendirikan Al-Azhar yang merupakan universitas tertua kedua di dunia dan melanjutkan tradisi intelektual Islam sejak didirikan pada tahun 988M. Dinasti Ayyubiyah melengkapi dengan cabang ilmu pengetahuan yang lain seperti, Kedokteran, Farmasi, dan Pertanian. Dinasti Mamluk berkontribusi dalam membangun banyak masjid yang menghiasi kota ini sehingga kota ini diganjar dengan julukan “Kota 1000 Menara”
Pada tahun 1170M dan 1345M, kairo mencapai puncak kejayaannya. Perpustakaan dan toko buku, para ilmuwan dan ahli astronomi, istana-istana dan taman-taman menghiasi kota metropolis ini. Berbagai macam pemikir, penemu dan pengusaha berbondong-bondong mendatangi Kairo sehingga pada tahun 1340M kota ini memiliki populasi penduduk 500 ribu orang.
Kairo mengalami penurunan populasi yang drastis setelah diserang wabah Black Death[1] di tahun 1348M. Ketika Dinasti Utsmani mengambil alih Kairo pada tahun 1517M dan hanya menjadikannya sebagai ibukota provinsi, melengkapi keterpurukan kota ini.
Meskipun banyak terjadi pergolakan politik di masa lalu dan kini, kota ini menjadi saksi atas komitmen intelektual. Universitas Al-Azhar tetap eksis sejak didirikan pada tahun 988M dan menjadi cotoh ideal dari perguruan tinggi kelas dunia. Bersama Universitas Al-Karaouine di Fez, Maroko, Al-Azhar melanjutkan tradisi Universitas-Masjid pada puncaknya. Pada tahun 1050M, koleksi buku perpustakaan Al-Azhar lebih dari 120 ribu volume, terekam dalam 60 volume katalog yang mencapai total 3.500 halaman.[2]
Kairo telah bertahan berabad-abad dan saat ini sedang menemukan kembali komitmen dasarnya untuk kemajuan intelektual, keadilan dan kemakmuran ekonomi dari Afrika Utara dan Dunia Arab.
Kairouan, Tunisia
Kairouan adalah sebuah kota di Tunisia yang memiliki sejarah yang penting dan saat ini dikenal sebagai situs warisan dunia UNESCO.
Didirikan sekitar tahun 670M oleh Uqba bin Nafi ketika ia singgah di sana pada saat melakukan perjalanan perang di Afrika barat, Kairouan (Qayrawan) tumbuh menjadi pusat pendidikan, seni dan ilmu pengetahuan. Selain dikenal karena kesejahteraan dan kemakmurannya, kota ini juga dikenal komitmennya terhadap Islam dan pembelajaran Al-Quran.
Dinasti Aghlabi membangun Masjid Jami’ dan membangun sebuah universitas di dalamnya yang mengajarkan ilmu-ilmu agama dan umum. Mereka juga membangun istana-istana dan taman-taman yang memikat hati wisatawan. Penguasa berikutnya, Dinasti Zirid meneruskan kejayaannya melalui komitmennya terhadap ilmu pengetahuan dan seni.
Para pelajar datang ke sekolah-sekolah dan universitas-universitas. Para pedagang datang untuk berdagang dan para petani bercocok tanam dalam skema pengairan yang canggih. Kairouan juga dikenal sebagai penghubung intelektual untuk orang Yahudi dan banyak figur yahudi yang penting seperti Rabbeinu Chananel, R. Nissim Ben Jacob and Rabbi Isaac Alfasi yang berasal dari sana maupun belajar di sana.
Masjid Jami Kairouan juga memiliki rumah sakit yang memiliki ruangan-ruangan yang terorganisir dengan baik meliputi ruang pengunjung, perawat, dokter serta memberikan pelayanan medis termasuk bekam. Rumah sakit ini juga memiliki bangsal khusus bagi penderita penyakit kusta yang saat itu diyakini sebagai penyakit kutukan dan tidak bisa diobati.
Bersamaan dengan itu, ilmuwan-ilmuwan kedokteran menulis buku ensiklopedia kedokteran yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin.
Pada Abad 11, Kairouan mengalami kemunduran. Masjid Jami Kairouan (yang juga dikenal Masjid Uqba), Masjid 3 Gerbang, Masjid Ansar, dan 2 waduk peninggalan dinasti Aghlabi masih tetap ada dan menjadi sisa kejayaan masa lalu.
Timbuktu, Mali
Timbuktu telah lama popular sebagai kota legendaris. Fakta bahwa kota ini masih eksis tetap memberikan kejutan bagi beberapa orang yang memiliki gambaran Timbuktu sebagai tempat yang mistis dan misterius. Kenyataannya, Timbuktu menjadi terkenal karena kekayaan dan lmu pengetahuannya setelah dikuasai oleh orang Islam.
Timbuktu terletak di Afrika barat dan masuk dalam wilayah administratif Mali yang saat ini sedang dilanda perang. Dari abad ke 12 sampai abad ke 17, Timbuktu memiliki reputasi yang baik sebagai pusat spiritual dan intelektual disamping telah berkembang pesat sebagai pusat perdagangan. Kota ini mencapai masa keemasannya pada abad 15 dan 16.
Kota dimana Universitas Sankore berada ini, memberikan kontribusi yang istimewa dimana tulisan ilmiah telah berhasil bertahan selama berabad-abad lamanya. Universitas Sankore berkembang di luar Masjid Sankore, yang dibiayai oleh seorang perempuan dermawan di abad 10M. Pada akhir abad 12, universitas ini memiliki 25 ribu mahasiswa. Jumlah yang fantastis diantara penduduk yang hanya berjumlah ratusan ribu jiwa saja.[3]
Lokasi yang berdekatan dengan tambang emas menjadikan ekonomi kota ini maju pesat. Pada saat yang sama, komitmen Timbuktu terhadap ilmu pengetahuan telah menarik minat para cendekiawan dan pemikir untuk tinggal di Timbuktu pada abad ke 13 dan 14. Kemudian, ribuan manuskrip telah ditulis dan melewati beberapa generasi yang menyimpannya di dalam gudang atau ruang bawah tanah, menyembunyikannya diantara dinding-lumpur masjid serta mewariskannya dalam peti-peti harta karun
Saat ini, manuskrip-manuskrip ini dikumpulkan dan disimpan di beberapa perpustakaan di Timbuktu untuk memelihara pusaka yang sangat nyata dari kota ini. Sekarang kota ini juga sudah menjadi situs warisan dunia UNESCO. Namun demikian tetap saja kota ini terpuruk dan mengalami masa yang sulit meskipun tetap menarik buat para pelancong.
Diunduh dari situs www.whyislam.org dan diterjemahkan dengan penyesuaian.
[1] Black Death adalah salah satu wabah penyakit paling dahsyat dalam sejarah kemanusiaan. Mencapai puncaknya di Eropa pada tahun 1348-1350 dan menewaskan anatara 75-200 juta penduduk. (www.en.wikipedia.org)
[2] Sebagaimana disebutkan dalam 1001 inventions: Muslim Heritage in Our World
[3] Sebagaimana disebutkan dalam 1001 inventions: Muslim Heritage in Our World
Tidak ada komentar:
Posting Komentar