AL HAYAT FI
ZILALI TAUHID
Kehidupan di bawah bayangan tauhid merupakan kehidupan yang
dilalui oleh generasi pertama dibawah bimbingan Rasulullah SAW. Untuk kita memastikan generasi ini mempunyai
kekuatan bermodelkan pimpinan Rasulullah, maka perkara pertama mestilah
dipastikan persoalan tauhid ini cukup jelas dan serasi dengan manhaj yang
dipakai oleh salafus soleh. Jelas
tentang zat Allah, sifat-sifatNya, Asma’Nya dan juga Af’alNya. Dari kejelasan ini membentuk tauhid yang
jelas terhadap Allah dari segi asma dan sifat, rububiyah, mulukiyah dan juga
uluhiyah Allah. Kesemua ini dirangkumkan
di dalam kata syahadat Laa ilaha illa Allah.
Dari sini terbentuk hubungan yang murni dan penuh kecintaan dengan
Allah, Allah sebagai Rabb yang dijadikan pergantungan, Allah sebagai raja yang
ditaati sepenuhnya dan akhirnya sebagai Ilah yang diabdikan diri
kepadanya. Dalam konsep-konsep seperti
inilah terbentuknya kehidupan yang baik seperti yang digarapkan oleh Rasulullah
SAW.
1. Allah.
Sarahan :
Perbahasan tentang ketuhanan Allah
SWT terbahagi kepada beberapa bahagian diantaranya ialah zat, sifat, asma’ dan
af’al Allah. Disamping itu bagaimana
hubungan antara hamba dengan Tuhannya.
1.1.
Zat.
Sarahan
:
Zat Allah SWT adalah lebih besar
dari apa yang dapat ditanggapi oleh pemikiran manusia karena akal dan pemikiran
manusia amat terhad dan terbatas. Banyak
contoh yang manusia dapat memanfaatkan sesuatu tetapi tidak tahu bagaimanakah
hakikat sesuatu bahkan mengetahuinya tidak membawa apa-apa faedah itu seperti
hakikat aliran elektrik dan magnet.
Cukup hanya kita mengetahui ciri-ciri khususnya yang boleh memberikan
manfaat kepada kita. Kalau kita
perbahaskan sesuatu yang tidak kita ketahui, kalam dan ungkapan kita boleh
membawa fitnah kepada diri kita sendiri.
Oleh itu Rasulullah SAW menegah daripada kita berfikir tentang zat
Allah.
Dalil
:
·
Q.42:11, Dia lah yang menciptakan
langit dan bumi, Ia menjadikan bagi kamu pasangan-pasangan dari jenis kamu
sendiri, dan menjadikan dari jenis binatang-binatang ternak pasangan-pasangan
(bagi binatang-binatang itu), dengan jalan yang demikian dikembangkan Nya
(zuriat keturunan) kamu semua. Tiada
sesuatupun yang sebanding dengan (ZatNya, sifat-sifatNya dan pentadbiranNya)
dan Dia lah Yang Maha Mendengar, lagi Maha Melihat.
·
Q.6:103, Ia tidak dapat dilihat dan
diliputi oleh penglihatan mata, sedang Ia dapat melihat (dan mengetahui
hakikat) segala penglihatan (mata), dan Dia lah Yang Maha Halus (melayan
hamba-hambaNya dengan belas kasihan), lagi Maha Mendalam pengetahuanNya.
1.2.
Sifat.
Sarahan
:
Apabila kita memerhati mahluk-mahluk
yang ada di sekeliling kita termasuk diri kita sendiri, kita dapati ia
merupakan ciptaan yang begitu unik dengan susunan dan sistem-sistem yang
berjalan dengan teratur, ikatan antara satu sama lain begitu efektif dan
sebagainya itu semua akan membawa kepada kita isyarat bahawa Pencipta dan
Pentadbir alam ini pastinya dengan yakin memiliki seluruh sifat-sifat
kekurangan. Al-Qur’an menyebut
sesetengah sifat yang wajib bagi Allah yang menyempurnakan uluhiyahnya.
Dalil
:
·
Q.7:180, Dan Allah mempunyai
nama-nama yang baik (yang mulia), maka serulah (dan berdoalah) kepadaNya dengan
menyebut nama-nama itu, dan pulaukanlah orang-orang yang berpaling dari
kebenaran dalam masa menggunakan nama-namaNya.
Mereka akan mendapat balasan mengenai apa yang mereka telah kerjakan.
·
Q.17:110, Katakanlah (wahai
Muhammad) : “Serulah nama “Allah” atau nama “Ar Rahman”, yang mana sahaja kamu
serukan (dari kedua-dua itu adalah baik belaka), karena Allah mempunyai banyak
nama-nama yang baik serta mulia”. Dan
janganlah engkau nyaringkan bacaan doa atau sembahyangmu, juga janganlah engkau
perlahankannya, dan gunakanlah sahaja satu cara yang sederhana antara itu.
1.3.
Asma.
Sarahan
:
Allah SWT telah memperkenalkan
dirinya kepada mahluk-mahluknya dengan beberapa nama dan sifat yang layak
dengan Keagungan dan KehebatanNya.
Sebaik-baiknya seorang mukmin itu menghafalnya karena padanya ada
keberkatan, baik untuk diingati dan membesarkan kedudukanNya.
Dalil
:
·
Hadits, diriwayatkan dari Abu
Hurairah RA katanya, sabda Rasulullah SAW : Bagi Allah itu sembilan puluh
sembilan nama, seratus kecuali satu, tidaklah seseorang itu menghafalnya
melainkan masuk syurga. Allah itu witir
sukakan yang witir.
·
Q.7:180, Dan Allah mempunyai
nama-nama yang baik (yang mulia), maka serulah (dan berdoalah) kepadaNya dengan
menyebut nama-nama itu, dan pulaukanlah orang-orang yang berpaling dari
kebenaran dalam masa menggunakan nama-namaNya.
Mereka akan mendapat balasan mengenai apa yang mereka telah kerjakan.
1.4.
Af’al.
Sarahan
:
Allah SWT berkuasa melakukan apa
yang Dia kehendaki dan tidak ada sesiapapun yang berhak bertanya dan persoalkan
apa yang Allah kehendaki bahkan perbuatan manusia yang akan dipersoalkan oleh
Allah. Jika Allah menghendaki kebaikan
maka tidak siapa yang boleh menghalang dan begitu juga jika Allah menghendaki
kemudaratan tidak ada siapa yang boleh menghalangnya.
Dalil
:
·
Q.85:16, Yang berkuasa melakukan
segala yang dikehendakinya.
·
Q.21:23, Ia tidak boleh ditanya
tentang apa yang Ia lakukan, sedang merekalah yang akan ditanya kelak.
2. Macam-Macam Tauhid.
Sarahan :
Perbahasan tentang Allah SWT adalah
perbahasan untuk mentauhidkan Allah pada asma, sifat, af’al, rububiyah dan
uluhiyahNya.
2.1.
Asma dan Sifat.
Sarahan
:
Mengesakan hanya kepada Allah yang
memiliki nama-nama dan sifat-sifat kesempurnaan mutlak. Tidak ada sembarang kekurangan dan kecacatan
pada Allah.
Dalil
:
·
Q.1:1, Dengan nama Allah, Yang Maha
Pemurah lagi Maha Mengasihani.
2.2.
Rububiyah.
Sarahan
:
Kalimah Rabb itu membawa beberapa
makna antaranya ialah Tuan, Pemilik sesuatu, yang Mengadakan sesuatu, yang
Mengurus sesuatu, yang Mendidik yang lain, yang Menjamin kepentingan
manusia. Kesemua pengertian ini tidak
dimiliki secara hakikat dan sempurnanya melainkan Allah SWT. Adapun yang lain itu adalah marbub dan
mahluk.
Dalil
:
·
Q.1:2, Segala puji tertentu pagi
Allah, Tuhan yang memelihara dan mentadbirkan sekalian alam.
·
Q.114:1, Katakanlah (wahai Muhammad)
: “Aku berlindung kepada (Allah) pemelihara sekalian manusia”.
·
Q.7:54, Sesungguhnya Tuhan kamu ialah
Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Ia bersemayam
diatas Arasy. Ia melindungi malam dengan
siang yang mengiringinya dengan deras (silih berganti) dan (Ia pula yang
menciptakan) matahari dan bulan serta bintang-bintang, (semuanya) tunduk kepada
perintahNya. Ingatlah, kepada Allah
jualah tertentu urusan menciptakan (sekalian mahluk) dan urusan
pemerintahan. Maha Suci Allah yang
mencipta dan mentadbirkan sekalian alam.
2.3.
Mulkiyah.
Sarahan
:
Tauhid mulkiyah adalah mengesakan
hanya kepada Allah yang memiliki kuasa pemerintahan yang sebenarnya di langit
dan di bumi dan atas setiap segala sesuatu.
Dalil
:
·
Q.3:26, Katakanlah (wahai Muhammad)
: “Wahai Tuhan yang mempunyai kuasa pemerintahan. Engkaulah yang memberi kuasa pemerintahan kepada
sesiapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah
juga yang memuliakan sesiapa yang Engkau kehendaki dan Engkaulah yang menghina
sesiapa yang Engkau kehendaki. Dalam
kekuasaan Engkaulah sahaja adanya segala kebaikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas tiap-tiap
sesuatu.
·
Q.3:189, Dan bagi Allah jualah kuasa
pemerintah langit dan bumi dan Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.
·
Q.62:2, Dia lah yang telah
mengutuskan dalam kalangan orang-orang (Arab) yang Ummiyyin, seorang Rasul
(Nabi Muhammad SAW) dari bangsa mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka
ayat-ayat Allah (yang membuktikan keesaan Allah dan kekuasaanNya), dan
membersihkan mereka (dari iktiqad yang sesat), serta mengajarkan mereka Kitab
Allah (Al-Qur’an) dan Hikmah (pengetahuan yang mendalam mengenai hukum-hukum
syarak). Dan sesungguhnya mereka sebelum
(kedatangan Nabi Muhammad) itu adalah dalam kesesatan yang nyata.
2.4.
Uluhiyah.
Sarahan
:
Kalimah Ilah berarti yang disembah
samada secara haq maupun batil. Maka
tauhid uluhiyah membawa arti memberikan hak penyembahan dan pengabdian diri
semata-mata kepada Allah SWT. Ibadah
kepada Allah ini berasaskan kasih sayang sepenuhnya kepada Allah dan ketundukan
mutlak hanya kepada Allah.
Dalil
:
·
Q.1:5, Engkaulah sahaja (Ya Allah)
Yang Kami sembah dan kepada Engkaulah sahaja kami memohon pertolongan.
·
Q.114:3, Tuhan yang berhak disembah
oleh sekalian manusia.
3. Terangkum Dalam Kalimat
Laa Ilaha illa Allah.
Sarahan :
Keempat-empat tauhid tersebut (asma
wa sifat, rububiyah, mulkiyah dan uluhiyah) adalah merupakan inti kepada
tuntutan yang terkandung di dalam syahadah Laa ilaha illa Allah. Dengan tauhid ini, maka terbentuk hubungan
yang khusus di antara manusia dengan Allah SWT.
3.1.
Allah sebagai Kecintaan.
Sarahan
:
Hubungan orang-orang yang beriman
dengan Allah adalah hubungan kecintaan karena Allah memiliki sifat penyayang
dan pengasih yang sempurna. Allah
memiliki segala kesempurnaan maka paling layaklah Allah dicintai dan dikasihi.
Dalil
:
·
Q.2:165, (Walaupun demikian), ada
juga diantara manusia yang mengambil selain dari Allah (untuk menjadi)
sekutu-sekutu (Allah), mereka mencintainya, (memuja dan mentaatinya)
sebagaimana mereka mencintai Allah, sedang orang-orang yang beriman itu lebih
cinta (taat) kepada Allah. Dan kalaulah
orang-orang yang melakukan kezaliman (syirik) itu mengetahui ketika mereka
melihat azab pada hari akhirat kelak, bahawa sesungguhnya kekuatan dan
kekuasaan itu semuanya tertentu bagi Allah, dan bahawa sesungguhnya Allah Maha
berat azab siksaNya, (niscaya mereka tidak melakukan kezaliman itu).
·
Q.8:2, Sesungguhnya orang-orang yang
beriman itu (yang sempurna imannya) ialah mereka yang apabila disebut nama
Allah (dan sifat-sifatNya) gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada
mereka ayat-ayatNya, menjadikan mereka bertambah iman dan kepada Tuhan mereka
jualah mereka berserah.
3.2.
Rabb yang Dimaksudkan.
Sarahan
:
Allah menjadikan manusia adalah
supaya manusia mengabdikan dirinya kepada Allah. Oleh karena itu seluruh hidup adalah untuk
Allah. Allah menjadi matlamat dan
pengharapan kita.
Dalil
:
·
Q.6:162, Katakanlah : “Sesungguhnya
sembahyangku dan ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan yang
memelihara dan mentadbirkan sekalian alam.
3.3.
Raja yang Ditaati.
Sarahan
:
Mukmin yang memahami tuntutan Laa
ilaha illa Allah dan mencapai tauhid ini senantiasa merasakan bahawa Allah
adalah penguasa hakiki yang wajib ditaati sepenuhnya.
Dalil
:
·
Q.4:59, Wahai orang-orang yang
beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasulullah dan
kepada Ulil Amri (orang-orang yang berkuasa) dari kalangan kamu. Kemudian jika kamu berbantah-bantah
(berselisih) dalam suatu perkara, maka hendaklah kamu mengembalikannya kepada
(Kitab) Allah (Al-Qur’an) dan (Sunnah) RasulNya, jika kamu benar beriman kepada
Allah dan Hari Akhirat. Yang demikian
adalah lebih baik (bagi kamu) dan lebih elok pula kesudahannya.
3.4.
Ilah yang Diabdi.
Sarahan
:
Mukmin yang memahami tuntutan tauhid
ini juga meyakini bahawasanya tidak ada lagi dalam alam ini suatu ilah yang
lain selain Allah karena Dialah yang memiliki seluruh kesempurnaan dan
kehebatan.
Dalil
:
·
Q.51:56, Dan (ingatlah) Aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan untuk mereka menyembah dan beribadat
kepadaKu.
4. Tercapai Kehidupan Yang
Baik.
Sarahan :
Bersandarkan tauhid kepada Allah
dalam semua aspek-aspek yang telah disebutkan di atas maka seorang mukmin itu
berada di atas landasan yang benar dan sebenar serasi dengan tuntutan aturan
semula jadi alam yang telah ditentukan oleh Allah. Hidupnya membawa kebaikan kepada alam sejagat
dan mahluk-mahluk yang lain bahkan Allah sendiri menjanjikan balasan kepada
mereka dengan kehidupan yang baik dan ganjaran yang tinggi.
Dalil :
·
Q.16:97, Sesiapa yang beramal soleh
dari lelaki atau perempuan sedang ia beriman, maka sesungguhnya Kami akan
menghidupkan dia dengan kehidupan yang baik, dan sesungguhnya kami akan
membalas mereka dengan memberikan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka
telah kerjakan.