BENTUK-BENTUK SYIRIK
Pengenalan kepada bentuk-bentuk thagut akan dapat
menghindarkan diri dari bahayanya karena fenomena syirik berkait rapat antara
satu sama lain. Jahil terhadap
thagut-thagut ini membuka kemungkinan yang cukup besar kepada semua orang untuk
menjadi syirik kepada Allah. Dalam
keadaan tahupun ramai manusia boleh menjadi syirik, apalagi jahil. Fenomena ini perlu sekali disadari karena
hakikat syirik ini amat besar bahaya kepada manusia baik kesannya sewaktu di
dunia maupun pada hari pembalasan yang sebenar.
1. Definisi Thagut.
Sarahan :
Segala sesuatu yang diabdikan selain
Allah dan dia redha diibadahi.
Dalil :
·
Q.96:6-8, Ingatlah, Sesungguhnya
jenis manusia tetap melampaui batas (yang sepatutnya atau yang
sewajibnya). Dengan sebab ia melihat dirinya
sudah cukup apa yang dihajatinya. (Ingat
lah) sesungguhnya kepada Tuhanmu lah tempat kembali (untuk menerima balasan).
·
Q.79:17, (Lalu diperintahkan
kepadanya) : “Pergilah kepada Fir’aun, sesungguhnya ia telah melampaui batas
(dalam kekufuran dan kezalimannya)”.
1.1.
Syaitan.
Sarahan
:
Syaitan adalah musuh manusia. Ia mempunyai jalan-jalan menuju jiwa setiap
mahluk dan memberikan kesan yang besar kecuali mereka yang dilindungi oleh
Allah. Jalan-jalan yang dimiliki itu
adalah ruang-ruang kelemahan yang ada pada manusia itu sendiri dalam bentuk
keinginan dan juga syahwat (hissi) maupun maknawi iaitu jalan yang tidak dapat
dirasakan.
Dalil
:
·
Q.36:60, “Bukankah Aku telah
perintahkan kamu wahai anak-anak Adam, supaya kamu jangan menyembah syaitan
? Sesungguhnya ia musuh yang nyata
terhadap kamu”.
1.2.
Pemerintah Zalim.
Sarahan
:
Antara bentuk thagut juga adalah
penguasa-penguasa yang zalim tidak merujuk kepada hukum-hukum dan panduan
daripada Allah di dalam pemerintahannya.
Dalil
:
·
Q.5:44, Sesungguhnya Kami telah
menurunkan Kitab Taurat, yang mengandungi petunjuk dan cahaya yang menerangi,
dengan Kitab itu nabi-nabi yang menyerah diri (kepada Allah) menetapkan hukum
bagi orang-orang Yahudi, dan (dengannya juga) ulama mereka dan
pendeta-pendetanya (menjalankan hukum Allah), sebab mereka diamanahkan
memelihara dan menjalankan hukum-hukum dari Kitab Allah (Taurat) itu, dan
mereka pula adalah menjadi penjaga dan pengawasnya (dari sembarang
perubahan). Oleh itu janganlah kamu
takut kepada manusia tetapi hendaklah kamu takut kepadaKu (dengan menjaga diri
dari melakukan maksiat dan patuh akan perintahKu), dan janganlah kamu menjual
(membelakangkan) ayat-ayatKu dengan harga yang sedikit (karena mendapat rasuah,
pangkat dan lain-lain keuntungan dunia), dan sesiapa yang tidak menghukum
dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah (karena mengingkarinya), maka
mereka itulah orang-orang kafir.
·
Q.5:45, Dan Kami telah tetapkan atas
mereka di dalam kitab Taurat itu, bahawa jiwa dibalas dengan jiwa, dan mata
dibalas dengan mata, dan hidung dibalas dengan hidung, dan telinga dibalas
dengan telinga, dan gigi dibalas dengan gigi, dan luka-luka hendaklah dibalas
(seimbang). Tetapi sesiapa yang
melepaskan hak membalasnya, maka menjadilah ia penebus dosa baginya, dan
sesiapa yang tidak menghukum dengan apa yang telah diturunkan Allah, maka
mereka itulah orang-orang yang zalim.
·
Q.5:47, Dan hendaklah Ahli Kitab
Injil menghukum dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah di dalamnya, dan
sesiapa yang tidak menghukum dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah, maka
mereka itulah orang-orang yang fasik.
1.3.
Hukum Jahiliyah.
Sarahan
:
Diantara bentuk thagut juga adalah
hukum-hukum yang melampaui batas yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
Dalil
:
·
Q.4:60, Tidakkah engkau (heran)
melihat (wahai Muhammad) orang-orang (munafik) yang mendakwa bahawa mereka
telah beriman kepada Al-Qur’an yang telah diturunkan kepadamu dan kepada
(Kitab-Kitab) yang telah diturunkan duhulu daripadamu ? Mereka suka hendak berhakim kepada Thagut,
padahal mereka telah diperintahkan supaya kufur ingkar kepada Thagut itu. Dan Syaitan pula senantiasa hendak
menyesatkan mereka dengan kesesatan yang amat jauh.
·
Q.5:50, Sesudah itu, patutkah mereka
berkehendak lagi kepada hukum-hukum jahiliyah ?
Padahal kepada orang-orang yang penuh keyakinan – tidak ada sesiapa yang
boleh membuat hukum yang lebih daripada Allah.
1.4.
Dukun dan Tukang Sihir.
Sarahan
:
Amalan-amalan sihir adalah amalan
yang bertentangan dengan ajaran Al-Qur’an karena pergantungan di dalam amalan
sihir adalah kepada selain Allah seumpama hantu raya, polong, ilmu hitam dan
sebagainya. Amalan sihir ini dipelopori
oleh Iblis laknatullah. Ia merupakan
sebahagian bentuk thagut.
Dalil
:
·
Q.72:6, Dan bahwa sesungguhnya
adalah (amat salah perbuatan) beberapa orang dari manusia, menjaga dan
melindungi dirinya dengan meminta pertolongan kepada ketua-ketua golongan jin,
karena dengan permintaan itu mereka menjadikan golongan jin bertambah sombong
dan jahat,
·
Q.2:102, Mereka (membelakangkan
Kitab Allah) dan mengikut ajaran-ajaran sihir yang dibacakan oleh puak-puak
Syaitan dalam masa pemerintahan Nabi Sulaiman, padahal Nabi Sulaiman tidak
mengamalkan sihir yang menyebabkan kekufuran itu, akan tetapi puak-puak Syaitan
itulah yang kafir (dengan amalan sihirnya), karena merekalah yang mengajarkan
manusia ilmu sihir dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat : Harut dan
Marut, di negeri Babil (Babylon), sedang mereka berdua tidak mengajar
seseorangpun melainkan setelah mereka menasihatinya dengan berkata :
“Sesungguhnya kami ini hanyalah cobaan (untuk menguji imanmu), oleh itu
janganlah engkau menjadi kafir (dengan mempelajarinya)”. Dalam pada itu ada juga orang-orang
mempelajari dari mereka berdua ilmu sihir yang boleh menceraikan antara seorang
suami dengan isterinya, padahal mereka tidak akan dapat sama sekali memberi
mudarat (atau membahayakan) dengan sihir itu seseorangpun melainkan dengan izin
Allah. Dan sebenarnya mereka mempelajari
perkara yang hanya membahayakan mereka dan tidak memberi manfaat kepada
mereka. Dan demi sesungguhnya mereka
(kaum Yahudi itu) telahpun mengetahui bahawa sesiapa yang memilih ilmu sihir
itu tidaklah lagi mendapat bahagian yang baik di akhirat. Demi sesungguhnya amat buruknya apa yang
mereka pilih untuk diri mereka, kalaulah mereka mengetahui.
1.5.
Berhala.
Sarahan
:
Disebut di dalam Al-Qur’an sebagai
“awthaanan” atau “ashnaman” iaitu setiap sesuatu yang mati tidak memiliki ruh
samada dalam bentuk ketulan kayu maupun batu-batu yang dibentuk.
Dalil
:
·
Q.4:117, Apa yang mereka sembah yang
lain dari Allah itu, hanyalah berhala-berhala (mahluk mahluk yang lemah), dan
mereka (dengan yang demikian) tidak menyembah melainkan Syaitan yang durhaka.
·
Q.14:35-36, Dan (ingatlah) ketika
Nabi Ibrahim berdoa dengan berkata: “Wahai Tuhanku! Jadikanlah negeri Mekkah
ini negeri yang aman, dan jauhkanlah daku dan anak-anakku dari perbuatan
menyembah berhala. Wahai Tuhanku,
berhala-berhala itu telah menyebabkan sesat banyak diantara manusia. Oleh itu, siapa yang menurutku (dalam Islam
yang menjadi peganganku) maka ia adalah dari golonganku; dan siapa yang
mendurhaka kepadaku (dengan menyalahi agamaku), maka sesungguhnya engkau Maha
Pengampun, lagi Maha Mengasihi (kiranya ia insaf dan bertaubat).
2. Bahaya Syirik.
Sarahan :
Risalah Rasulullah SAW adalah supaya
manusia menyambah Allah dan menjauhkan taghut.
Kedua prinsip ini adalah tetap dari dahulu hingga sekarang karena ia
merupakan perkara asasi dalam kehidupan manusia sebagai hamba Allah. Sembarangan perlanggaran terhadap prinsip ini
mempunyai amaran-amaran dan peringatan yang keras dari Allah SWT.
2.1.
Kezaliman yang besar.
Sarahan
:
Allah SWT telah memberikan
peringatan kepada manusia bahwa apa yang mereka kerjakan daripada amalan-amalan
syirik, itu merupakan perbuatan zalim yang besar tidak ada keampunan daripada
Allah SWT. Oleh itu insan perlu menjauni
bahaya syirik ini untuk mendapatkan keridhoanNya.
Dalil
:
·
Q.31:13, Dan (ingatlah) ketika
Luqman berkata kepada anaknya, semasa ia memberi nasihat kepadanya : “Wahai
anak kesayanganku, janganlah engkau mempersekutukan Allah (dengan sesuatu yang
lain), sesungguhnya perbuatan syirik itu adalah satu kezaliman yang besar”.
2.2.
Tidak Mendapat Keampunan.
Sarahan
:
Manusia bersifat pelupa senantiasa
dibukakan pintu keampunan oleh Allah yang bersifat Maha Pengampun dan Maha
Pemurah. Tetapi di dalam masalah syirik
ini, Allah tidak memberikan pengampunan kepada sesiapa yang mensyirikkan
Allah.
Dalil
:
·
Q.4:48, Sesungguhnya Allah tidak
akan mengampunkan dosa syirik mempersekutukanNya (dengan sesuatu apajua), dan
akan mengampunkan dosa yang lain dari itu bagi sesiapa yang dikehendakiNya
(menurut aturan SyariatNya). Dan sesiapa
yang mempersekutukan Allah (dengan sesuatu yang lain), maka sesungguhnya ia
telah melakukan dosa yang besar.
·
Q.4:116, Sesungguhnya Allah tidak
akan mengampunkan dosa orang yang mempersekutukan Nya dengan sesuatu (apajua),
dan akan mengampunkan yang lain daripada kesalahan (syirik) itu bagi sesiapa
yang dikehendakiNya (menurut peraturan hukum-hukumNya), dan sesiapa yang
mempersekutukan Allah dengan sesuatu (apajua), maka sesungguhnya ia telah sesat
dengan kesesatan yang amat jauh.
2.3.
Dosa Yang Besar.
Sarahan
:
Amalan syirik adalah tergolong di
dalam dosa-dosa besar yang telah ditegaskan dengan jelas oleh Allah di dalam
Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah SAW.
Dalil
:
·
Q.4:48, Sesungguhnya Allah tidak
akan mengampunkan dosa syirik mempersekutukanNya (dengan sesuatu apajua) dan
akan mengampunkan dosa yang lain dari itu bagi sesiapa yang dikehendakiNya
(menurut aturan SyariatNya). Dan sesiapa
yang mempersekutukan Allah (dengan sesuatu yang lain), maka sesungguhnya ia
telah melakukan dosa yang besar.
2.4.
Kesesatan Yang Jauh.
Sarahan
:
Apabila manusia mensyirikkan Allah
dengan sesuatu yang lain, maka manusia itu telah berada jauh dari petunjuk yang
sebenar dan suasana itu adalah kesesatan yang amat jauh. Bila berterusan dalam suasana itu semakin
jauh mereka diseret oleh syaitan dan semakin gelas mereka dari panduan yang
sebenar.
Dalil
:
·
Q.4:60, Tidakkah engkau (harian)
melihat (wahai Muhammad) orang-orang (munafik) yang mendakwa bahawa mereka
telah beriman kepada Al-Qur’an yang telah diturunkan kepadamu dan kepada
(Kitab-kitab) yang telah diturunkan dahulu daripadamu ? Mereka suka hendak berhakim kepada Thagut,
padahal mereka telah diperintahkan supaya kufur ingkar kepada Thagut itu. Dan Syaitan pula senantiasa hendak
menyesatkan mereka dengan kesesatan yang amat jauh.
·
Q.4:116, Sesungguhnya Allah tidak
akan mengampunkan dosa orang yang mempersekutui Nya dengan sesuatu (apajua),
dan akan mengampunkan yang lain daripada kesalahan (syirik) itu bagi sesiapa
yang dikehendakiNya (menurut peraturan hukum-hukumNya), dan sesiapa yang
mempersekutukan Allah dengan sesuatu (apajua), maka sesungguhnya ia telah sesat
dengan kesesatan yang amat jauh.
2.5.
Diharamkan Syurga.
Sarahan
:
Allah SWT telah berjanji bahawa
sesiapa yang mempersekutukanNya dengan sesuatu yang lain maka diharamkan
untuknya syurga Allah.
Dalil
:
·
Q.5:72, Demi sesungguhnya telah
kafirlah orang-orang yang berkata : “Bahwasanya Allah ialah Al Masih Ibni
Maryam”. Padahal Al Masih sendiri
berkata : “Wahai Bani Israil ! Sembahlah
Allah, Tuhanku dan Tuhan kamu, bahawasanya sesiapa yang mempersekutukan Allah
dengan sesuatu yang lain, maka sesungguhnya Allah haramkan kepadanya Syurga dan
tempat kembalinya ialah neraka, dan tiadalah seorang penolongpun bagi
orang-orang yang berlaku zalim”.
2.6.
Masuk Neraka.
Sarahan
:
Bukan sahaja diharamkan syurga bagi
mereka yang mempersekutukan Allah, bahkan pastinya mereka ditempatkan oleh
Allah di dalam neraka jahanam.
Dalil
:
·
Q.5:72, Demi sesungguhnya telah
kafirlah orang-orang yang berkata : “Bahwasanya Allah ialah Al Masih Ibni
Maryam”. Padahal Al Masih sendiri
berkata : “Wahai Bani Israil ! Sembahlah
Allah, Tuhanku dan Tuhan kamu, bahawasanya sesiapa yang mempersekutukan Allah
dengan sesuatu yang lain, maka sesungguhnya Allah haramkan kepadanya Syurga dan
tempat kembalinya ialah neraka, dan tiadalah seorang penolongpun bagi
orang-orang yang berlaku zalim”.
2.7.
Dihapuskan Amal.
Sarahan
:
Mereka yang mempersekutukan Allah
berada di dalam kerugian karena hitungan amal-amal kebaikan yang mereka
kerjakan selama ini akan terhapus dengan karena mereka mensyirikkan Allah.
Dalil
:
·
Q.39:65, Dan sesungguhnya telah
diwahyukan kepadamu (wahai Muhammad) dan kepada Nabi-nabi yang terdahulu
daripadamu : “Demi sesungguhnya, jika engkau (dan pengikut-pengikutmu)
mempersekutukan (sesuatu yang lain dengan Allah) tentulah akan gugur amalmu dan
engkau akan tetap menjadi dari orang-orang yang rugi”.
·
Q.6:88, Yang demikian itu ialah
petunjuk Allah, yang dengannya Ia memimpin sesiapa yang dikehendakiNya dari
hamba-hambaNya, dan kalau mereka sekutukan (Allah dengan sesuatu yang lain)
niscaya gugurlah dari mereka, apa yang mereka telah lakukan (dari amal-amal
yang baik).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar