Liqo' malam ini sedikit tertambah diskusi. Diskusi yang menurut ana istimewa. Oleh karenanya ana posting disini. Terhitung ada sekitar 10 ikhwah yang ikut liqo' malam ini, termasuk seorang murobbi. Materi yang dibawakan agak santai. Semua ikhwah antusias, termasuk ana. Hingga murobbi kami memberikan pertanyaan logika yang terbilang agak sulit untuk dijawab.
“Sebuah kereta api melaju kencang ke arah persimpangan dua jalur kereta, yang pertama adalah jalur kereta yang masih aktif, satunya lagi jalur kereta yang sudah tidak aktif. Di jalaur hidup itu, ada enam anak sedang bermain dengan asik, sedangkan di jalur mati ada seorang anak yang sedang bermain. Jika kamu menjadi seorang pengendali jalur kereta, kemanakah kereta akan kamu arahkan? Ke jalur aktif atau ke non aktif?” Tanya murobbi kami.
Pertanyaan ini cukup membuat ana bingung. Apalagi ana tak paham maksudnya. Beberapa ikhwah di sampingku menyerukan pilihan dengan alibi masing-masing. Akan tetapi tidak ada yang pas dan masuk logika.
“Siapa yang mau jawab?” Tanya murobbi.
Seorang di depan kami mengacungkan tangan.
“Jadi, jalan mana yang akan dipilih? Mana yang akan dikorbankan?”
“Saya akan memilih jalur non aktif, Ustadz. Karena di jalur hidup ada enam orang anak yang harus dikorbankan, lebih baik mengorbankan satu saja,” jawabnya.
“Baik, ada lagi yang mau menjawab?”
“Saya, akan memilih jalur aktif, Ustadz. Kan ada klakson kereta, masa sih mereka gak denger…” ganti ana yang menjawab.
Setelah itu, tak ada yang menanggapi lagi pertanyaan tersebut.
Kami menunggu jawaban murobbi dengan antusias. Murobbi menjawab rasa penasaran kami dengan beberapa pertanyaan.
“Coba ana ingin tanya, apakah bermain di jalur kereta yang masih aktif yajuz atau tidak?”
Jawaban kami beragam, ada yang bilang boleh, ada yang bilang kan masih anak-anak, tapi kebanyakan berkata laa yajuz. Tidak boleh.
“Lalu apakah bermain di jalan kereta yang sudah tidak aktif boleh atau tidak?”
Semua ikhwah dalam satu lingkaran liqo' diruangan berkata boleh.
“Jadi siapa yang benar dan siapa yang salah?”
Tak ada jawaban.
“Pertanyaan ini hanyalah sebuah logika, berkaitan dengan perbuatan benar atau salah. Pada kehidupan nyata kita tidak hanya akan bertemu dengan orang yang benar dan baik perangainya, tetapi juga orang yang salah dan jahat.
Mana yang akan kalian bela dan mana yang akan kalian korbankan…??? Apakah akan tega mengorbankan seorang anak yang jelas-jelas berada di jalan yang benar demi enam orang anak yang jelas-jelas salah ?
Lebih memihak kepada orang yang batil daripada orang yang benar, coba kalian renungkan…
Siapa lagi yang akan membela orang-orang yang benar, jika bukan kalian orang yang benar ? Belalah orang yang benar.
Ah! Inilah yang selama ini terjadi pada Indonesia, lebih suka memelihara orang yang salah asal aman daripada membela orang yang benar.”
Mendengar pernyataan itu, kami hanya terbengong-bengong.
@Media Islam Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar