Jumat, 27 Februari 2015

MARKAZ QUR'AN UTRUJAH

Rumah penghafal Qur'an Utrujah atau yang sering dikenal Markaz Qur'an Utrujah adalah sengaja dirintis sebagai salah satu tempat untuk anak-anak belajar serta mengantarkan anak-anak muslim menjadi hafidz & hafidzah.

Awal didirikan hanya dikhususkan untuk putri saja pada tanggal 6 Maret 2012 oleh Dr Sarmini, Lc MA yang didukung oleh suaminya, Dr Hari Susanto, Lc. Perempuan yang akrab disapa Ummu Sa'udah ini adalah lulusan International University of Africa Sudan, yang sampai sekarang menjadi dosen aktif bahasa Arab di Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) atau Universitas Imam ibn Sa'ud cabang Indonesia di Jakarta.

Markaz Qur'an Utrujah putri berdiri di atas tanah wakaf dengan luas kurang lebih 900 meter persegi. Dari posisinya, Markaz Qur'an ini seolah terpisah dari hiruk pikuk kota Jakarta. Beralamat di Jalan Tanah Merdeka Gg Zen Sarmili No 48 Pasar Rebo, Jakarta Timur. Suasana yang tenang sangat mendukung kenyamanan para huffadz untuk belajar dan menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk menghafal. Oleh karenanya, tak ayal jika dalam hitungan bulan dengan izin Allah SWT para huffadz telah mampu menghafal beberapa juz dari al Qur'an bahkan ada sebagian dari mereka telah menyandang gelar hafidzah.
Seiring berjalannya waktu dan cita-cita mulia dari penulis buku "Alhamdulillah Balitaku Khatam Qur'an", tepat dua tahun setelah berdirinya Markaz Qur'an Utrujah putri, di bulan Februari tahun 2014 berdirilah Markaz Qur'an Utrujah Putra. Awal berdiri, Markaz Qur'an Utrujah Putra belum cukup terdengar di khalayak ramai. Mengingat santri yang masih terbilang sedikit dan umur Markaz yang baru sebiji jagung. Bertempat di komplek perumahan Cirendeu, Tangerang Selatang dengan suhu udara shubuh yang bisa dibilang dingin. Berniat menjemput kesuksesan yang telah digapai Markaz Qur'an Utrujah Putri, melalui titah pendiri Markaz Qur'an Utrujah sendiri akhirnya kepemimpinan untuk menjadi mudir diamanahkan kepada Ustadz Agus Sholikin, Al Hafidz yang menjabat sebagai staf pengajar di EMIISc kala itu yang tentunya dengan bimbingan dan arahan pemilik utrujah sendiri. Dibantu dua ustadz dari LIPIA, ustadz Nasrullah dan ustadz Nafis.

Tak bertahan lama, di bulan April 2014 Markaz Qur'an Utrujah Putra berpindah di Jakarta Timur. Melalui seorang muhsin, bertempatlah di Jalan Haji Muhayang (Gudang Air) No.32 RT 15/RW2 Kelurahan Rambutan, Kecamatan Ciracas, Pasar Rebo Jakarta Timur. Di tempat inilah, Markaz Qur'an Utrujah mulai diketahui oleh masyarakat sekitar. Lokasi Markaz yang berbaur secara langsung dengan rumah warga setempat, secara tidak langsung membuat masyarakat tahu akan keberadaan Markaz Qur'an Utrujah khususnya Markaz Putra. Hasil daripada itu, masyarakat mulai memberi tanggapan positif seperti misalnya mengundang santri diacara syukuran dan juga agenda menjadi imam sholat shubuh di musholla warga.
Awal Agustus 2014, menjadi hari bersejarah bagi para huffadz di Markaz Qur'an Utrujah. Dengan izin Allah SWT, di bulan yang mulia bulan Ramadhan perwakilan santri dari Markaz Qur'an Utrujah mendapat kesempatan untuk menjadi narasumber dalam acara Meja Bundar TV One. Mengangkat tema "Penghafal Qur'an, Cahaya Kemuliaan". Markaz Qur'an Utrujah, diberi kesempatan di sesi pertama. Dimana perwakilan dari Markaz Qur'an Utrujah satu per satu membacakan ayat-ayat suci al Qur'an sesuai dengan hafalan yang dia punya. Dengan host Dwi Anggia, mulai menanyakan tips-tips kebiasaan mereka selqma menghafal di Markaz Qur'an Utrujah.

“Kalau ayat-ayat panjang dibaca berkali-kali, jadi gampang menghafalkannya. Setiap hari setelah Subuh, saya menghafal satu lembar”, ungkap Fawwaz dengan terbata. Berumur 7 tahun & telah hafal 12 juz. Kemudian ia lanjutkan dengan membacakan QS.Al A'raf ayat 140 sampai 141 dan ditafsirkan dengan baik.
“Saya belajar dan menghafalkan Al Qur’an sepulang sekolah”, Dilanjut oleh Faris. Santri yang telah hafal 21 juz di umur 10 tahun kala itu.
“Malamnya saya membaca berulang-ulang 10 kali, paginya dibaca lagi kemudian dihafalkan, setelah hafal, langsung saya setor ke ustadzah", ungkap santri dari Markaz Qur'an Utrujah Putri berumur 7 tahun. Atiqah, Anak ke 2 dari Dr Sarmini yang telah hafal 20 juz kala itu.
Terakhir disampaikan oleh Wafa. Santri dari Markaz Qur'an Utrujah Putri juga yang telah khatam 30 juz. Metode menghafalnya tak jauh berbeda dengan Atiqah, hanya saja ketika menyetor ke ustadzah Ia setorkan satu halaman langsung.

Genap dua tahun perjuangan Markaz Qur'an Utrujah diwarnai dengan perpindahan amanah kepemimpinan. Dari yang sebelumnya dikomandoi oleh Ustadz Agus Sholikhin digantikan oleh Ustadz Safaruddin. Beliau sempat menjadi dosen di Ma'had 'Aly an Nu'aimy Jakarta.

Sengaja dinamakan Utrujah, teringat seperti yang diumpamakan Nabi SAW bagi seorang Mu'min yang membaca al Qur'an. Beliau Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits beliau :

مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ مَثَلُ الأُتْرُجَّةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا طَيِّبٌ وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِى لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ مَثَلُ التَّمْرَةِ لاَ رِيحَ لَهَا وَطَعْمُهَا حُلْوٌ وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ مَثَلُ الرَّيْحَانَةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِى لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ لَيْسَ لَهَا رِيحٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ
 
Artinya: “Perumpamaan seorang mukmin yang membaca Al-Quran seperti buah utrujah yang memiliki wangi yang sedap dan rasa yang manis. Sedangkan perumpamaan seorang mukmin yang tidak membaca Al-Quran ibarat buah tamar (kurma) yang tidak memiliki bau namun rasanya manis. Adapun perumpamaan seorang munafiq yang membaca Al-Quran ibarat buah raihanah yang memiliki wangi yang sedap tapi rasanya pahit. Dan perumpamaan seorang munafiq yang tidak membaca Al-Quran ibarat buah handzhalah yang tidak memiliki baud an rasanya pahit.” (HR. Muslim, 1896)
Bahkan jika kita kaji lebih jauh mengenai keunikan dan keistimewaan buah ini, akan mendapatkan jawaban yang sangat bermacam-macam. Diantaranya, Ibnu Hajar al Asqolaniy pernah berkomentar mengenai kenapa Utrujah yang dipilih untuk tamtsil diatas ?.

"Hikmah pengkhususan Utrujah sebagai permisalan dan bukan buah yang lain yang juga memiliki rasa dan aroma yang lezat. Karena Utrujah kulitnya dapat digunakan sebagai obat. Dari bijinya juga dapat dihasilkan minyak yang punya ragam manfaat"
Ada juga yang mengatakan bahwa jin tidak akan mendekat ke sebuah rumah yang didalamnya terdapat Utrujah. Maka sangat cocok bila al Quran diumpamakan dengannya yang mana setan tidak akan mendekat.
Kulit bijinya berwarna putih yang juga selaras dengan hati seorang mukmin. Beberapa keistimewaan lainnya adalah besar bentuknya, indah penampilannya, warnanya yang menyenangkan, dan lembut bila disentuh. Bila dimakan terasa lezat, sedap aromanya, mudah dikunyah dan juga dapat membersihkan lambung.
Syaikh al Mubarokfuriy juga turut mengomentari buah ini, mengapa Nabi sholallahu ‘alayh wasallam mengkhususkan buah ini??. Karena buah ini adalah yang paling baik yang dapat ditemukan di segala penjuru alam.

Salah seorang Syaikh yang bernama al Azhim Ubadiy mengatakan : "Kenapa Utrujah yang dipilih??. Karena Utrujah merupakan kumpulan rasa  sekaligus aroma yang thoyyib, warna yang baik, dan mempunyai manfaat yang banyak. Dan maksud dari permisalan dengan menggunakannya adalah sebagai penjelas akan kondisi seorang mukmin dan ketinggian akan  amalannya"

Subhanallah. Ternyata tidak salah Dr Sarmini memberikan nama Markaz Qur'annya dengan nama Utrujah.
Jika beliau ditanyabeliau mengenai cara yang paling mudah untuk menanamkan kecintaan kepada al Qur'an, dengan lugas menyampaikan " Motivasi saja, baik berupa materi maupun maknawi yang lebih penting ditekankan itu maknawi, komunikasi bahwa apa sih keutamaan al Qur'an ? kenapa sih harus dekat dengan al Qur'an ? apa sih yang Allah janjikan ?. Bahwa kita tidak perlu mengarang karena hadits Nabi itu sudah banyak sekali. Ketika mereka ingin menghafal, jasadnya dijaga ketika nanti meninggal, bagaimana bisa memberi syafa'at 40 anggota keluarganya, bagaimana memakaikan mahkota pada orang tuanya, bagaimana nanti dia sendiri menggunakan baju kemuliaan dan lain-lain. Itu sudah sangat lebih dari cukup. Tapi tetap motivasi materi kita berikan juga" , ujar beliau di TV One.
Dari gambaran tersebut proses menghafal al-Qur’an yang diadakan oleh Utrujah beserta aktivitasnya di Utrujah terdiri dari dua kelas: 1) kelas mandiri: yaitu santri yang sudah siap menghafal dengan latihan sendiri 1-10 halaman, dan menyetor 1 halaman dengan motivasi bukan target; 2) kelas mentoring: menghafal dengan cara dibimbing atau biasa kita sebut talaqi.

Untuk syarat utama masuk Markaz Qur'an Utrujah adalah bisa membaca tajwid dan pernah khatam al-Qur’an minimal 1 kali. Tata tertib disesuaikan dengan akhlaq dalam al-Qur’an. Sederhana saja misalnya di dalam rumah tidak berlari, tidak teriak, disiplin dalam menjaga akhlaq dan kebersihan. Proses menghafal dimulai pukul 05.30 – 11.30 dengan diselingi istirahat. Waktu sore untuk muraja’ah, malam untuk persiapan dengan membaca apa yang akan dihafal esok harinya kurang lebih 10-11 kali. Waktu yang dijadwalkan adalah 16 jam per hari untuk menghafal al-Qur’an, Tak lupa santri juga ditugaskan piket harian di dalam markaz demi kebersihan dan kenyamanan dalam menghafal.
Memang, jika dilihat dari apa yang ada sangat dipengaruhi dengan kedisiplinan terhadap jadwal dan tekad yang kuat untuk menjalankannya. Bukan saja bagi santri, namun bagi para orang tua juga bisa melakukannya dengan ikut serta ‘mondok’ di Markaz Qur'an Utrujah tentunya dengan kesepakatan keluarga dan anak-anak yang kondusif ketika ditinggalkan sementara. Hal yang perlu juga diperhatikan adalah bagaimana para hafidz dan hafidzah ini nantinya bisa mempertahankan hafalan al-Qur’annya, beberapa cara yang dilakukan antara lain dengan mencari komunitas sesuai untuk senantiasa berlomba dalam kebaikan dan menjaga hafalannya. Allahummarhamni bil Qur’an…

Seorang muslimah tangguh yang berani mengambil pilihan memenangkan Allah dan dakwah di atas kesenangan pribadinya. Beliau lebih memilih mendampingi anak-anak menghafal setiap ayat demi ayat Al Qur’anul Kariim demi mengantarkan bocah-bocah calon penghafal Al Qur’an itu menjadi generasi Robbani yang akan menjayakan dan memuliakan Islam dengan Al Qur’an. Sebuah pilihan yang tak mudah memang, tapi beliau telah membuat keputusan.

Dari pribadi–pribadi berjiwa tangguhlah selayaknya kita mengambil teladan. Sebab dalam hidup akan ada begitu banyak tantangan yang mesti kita hadapi. Sebab dalam hidup tak sedikit “persimpangan jalan” yang bakal memaksa kita untuk membuat pilihan dan keputusan. Sebab dalam hidup terlampau sering manusia “dipaksa” menjadi lebih kuat agar tidak mengalah pasrah saat menghadapi masalah.
Dari pribadi–pribadi berjiwa tangguh kita belajar, belajar terus menebar kebaikan. Mereka tak hidup untuk dirinya sendiri tapi juga menghidupkan dan memberi manfaat pada sekitarnya. Mereka percaya dengan penuh keyakinan jika di setiap langkah hidup yang mereka tempuh itu demi Allah dan dakwahNya, maka tak pernah akan ada yang sia- sia. Allah Maha Melihat dan malaikatpun tak akan lalai mencatat.. Mereka sepenuhnya mengimani firmanNya :

“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)” (QS. Ar-Rahman: 60)

Jika sebuah pilihan yang tak mudah telah diambil, benturan dan luka adalah sebuah keniscayaan. Bentuknya bisa jadi berupa perasaan tidak nyaman, godaan keikhlasan, cacian dan celaan, rasa tidak puas serta tuntutan berlebihan dari lingkungan hingga lintasan hati untuk menghentikan perjuangan. Mungkin tidak cukup sekali, dua kali, tiga kali, bahkan mungkin akan berkali-kali benturan dan luka yang akan terjadi. Tapi pribadi berjiwa tangguh tak terlalu risau dengan segala luka dan kepahitan itu. Mereka lebih memilih Allah dari pada sekedar rasa nyaman. Mereka memilih untuk menjadi kuat sebab mereka tahu Allah yang akan memampukan dan menguatkan mereka dengan pertolonganNya.

”…dan merupakan hak Kami, untuk Menolong orang-orang yang beriman…” (QS. Ar-Rum 47)
Akhirul Kalaam. Wallahu A'lam bis Showaab.


1 komentar: