Jumat, 22 Januari 2016

Dakwah & Jihad Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam di Negeri Syam [3]

7. Pada bulan Rabi’ul awwal tahun 8 H Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengutus regu pasukan berkekuatan 15 orang dibawah pimpinan Ka’ab bin Umair Al Ghifari. Mereka mendatangi wilayah pinggiran negeri Syam bernama Dzatu Athlah, yang terletak diantara Tabuk & Adzra’at. Wilayah itu merupakan kediaman beberapa marga dari suku Qudha’ah. Mereka mendakwahi suku Qudha’ahdi wilayah itu, namun suku Qudha’ah menolak dengan keras & membunuh seluruh pasukan Islam kecuali satu orang yang selamat & berhasil melarikan diri ke Madinah.

8. Sebagai reaksi atas kejadian tersebut, pada bulan Jumadil Akhir tahuin 8 H Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengutus pasukan berkekuatan 300 orang dibawah pimpinan Amru bin Ash ke wilayah Salasil, sebuah sumber mata air milik suku Judzam yang beragama Kristen & loyal kepada Imperium byzantium. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam kemudian mengirim pasukan berkekuatan 200 orang dibawah kepemimpinan Abu Ubaidah bin Jarrah, di dalamnya terdapat Abu Bakar AshShiddiq & Umar bin Khattab. Pasukan ini disebut pasukan Dzatu Salasil, namun tidak terjadi peperangan dalam peristiwa tersebut.
 
9. Dihyah bin Khalifah Al Kalbi, utusan yang membawa surat dakwah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam  kepada Kaisar Heraklius, pulang dari Damaskus dengan membawa sejumlah perhiasan & hadiah dari Kaisar. Saat ia tiba di wilayah Hisma, wilayah Palestina, ia dirampok oleh penduduknya. Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengirim pasukan dibawah pimpinan Zaid bin Haritsah untuk memberi peringatan & pelajaran kepada penduduk Hisma.

10. Harits bin Umair, sahabat yang membawa surat dakwah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam kepada kota Bushra, dicegat & dibunuh oleh pejabat Kristen lainnya bernama Amru bin Syurabbil Al Ghassani. Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengirim pasukan berkekuatan 3000 orang dibawah pimpinan Zaid bin Haritsah.

Ja’far bin Abi Thalib & Abdillah bin Rawahah menuju negeri Syam, sampai mereka tiba dipinggiran wilayah Balqa’ (Yordania saat ini). Di salah satu desa Balqa’ yang bernama Masyarif, pasukan Imperium Byzantium & suku-suku Kristen Arab berkekuatan sekitar 200 ribu orang menghadang mereka. Pasukan Islam kemudian mundur ke salah satu desa bernama Mu’tah.

Terjadilah pertempuran sengit, di mana ketiga panglima Islam gugur. Khalid bin Walid kemudian mengambil alih komando pasukan Islam.  Dengan taktik yang brilian ia berhasil membawa mundur pasukan Islam sehingga tiba dikota Madinah dengan selamat. Peperangan ini dikenal dengan perang Mu’tah & merupakan pertempuran besar pertama antara pasukan Islam & pasukan Romawi Timur atau Byzantium. Perang Mu’tah terjadi pada bulan Jumadil Ula tahun 8 H.

11. Pasca peperangan Mu’tah, Imperium Byzantium mengerahkan puluhan ribu suku-suku Kristen Arab di Syam; suku Lakhm, Judzam, Ghassan, Amilah, Bahra’, Kalb, Salkh & Tanukh. Mereka mendirikan perkemahan perang di wilayah Balqa’. Di belakang mereka puluhan ribu pasukan Imperium Byzantium bersiap-siap di wilayah Homs. Pasukan Kristen Arab & Imperium Byzantium bersiap-siap untuk menyerang kaum muslimin di Madinah. Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengumumkan mobilisasi jihad melawan pasukan Byzantium. Beliau berangkat bersama 30.000 orang menuju Tabuk, perbatasan Jazirah Arab-Syam. Pasukan ini berangkat dalam cuaca panasyang sangat ekstrim & perjalanan yang sangat jauh, dengan kendaraan yang terbatas di mana satu ekor kuda & unta dinaiki bergantian antara dua sampai tiga orang muslim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar