Mungkin ada di kalangan kita yang bertanya kenapa pada saat
ini kita masih perlu berbicara tentang Allah padahal kita sudah sering
mendengar dan menyebut namaNya dan kita tahu bahawa Allah itu Tuhan kita. Tidakkah itu sudah cukup untuk kita ?
Saudaraku, jangan sekali kita merasa sudah cukup dengan
pemahaman dan pengenalan kita terhadap Allah karena semakin kita memahami dan
mengenaliNya kita merasa semakin hampir denganNya. Kita juga mau agar terhindar dari
pemahaman-pemahaman yang keliru terhadap Allah dan terhindar juga dari
sikap-sikap yang salah dari kita terhadap Allah.
Ketika kita membicarakan tentang makrifatullah, bermakna
kita berbicara tentang Rabb, Malik dan Ilah kita. Rabb yang kita pahami dari istilah Al-Qur’an
adalah sebagai Pencipta, Pemilik, Pemelihara dan Penguasa. Manakala Ilah pula mengandung arti yang
dicintai, yang ditakuti dan juga sebagai sumber pengharapan. Kita boleh lihat hal ini di dalam surat
An-Naas : 1-3.
Dengan demikian maka jelaslah bahawa usaha kita untuk lebih
jauh memahami dan mengenal Allah adalah merupakan bahagian terpenting di dalam
hidup ini. Bagaimanakah jalan atau metod
yang harus kita lalui untuk mengenal Allah SWT dan apakah halangan-halangan
yang senantiasa menghantui manusia dari pada mengenal dan berdampingan
denganNya ? Mungkin boleh kita merujuk
kepada satu riwayat yang bermaksud :
“Kenalilah dirimu nescaya engkau akan mengenali Tuhanmu”. Dari pengenalan diri sendiri, maka ia akan
membawa kepada pengenalan (makrifah) yang menciptakan diri iaitu Allah. Ini adalah karena pada hakikatnya makrifah kepada Allah adalah
sebenar-benar makrifah kepada Allah adalah sebenar-benar makrifah dan merupakan
asas segala kehidupan rohani.
Setelah makrifah kepada Allah, akan membawa kita kepada makrifah
kepada Nabi dan Rasul, makrifah kepada alam nyata dan alam ghaib dan makrifah
kepada alam akhirat.
Keyakinan terhadap Allah SWT menjadi mantap apabila kita
mempunyai dalil-dalil dan bukti yang jelas tentang kewujudan Allah lantas
melahirkan pengesaan dalam mentauhidkan Allah secara mutlak. Pengabdian diri kita hanya semata-mata kepada
Allah sahaja. Ini memberi arti kita
menolak dan berusaha menghindarkan diri dari bahaya-bahaya disebabkan oleh
syirik kepadaNya.
Kita harus berusaha menempatkan kehidupan kita dibawah
bayangan tauhid dengan cara kita memahami ruang perbahasan dalam tauhid dengan
benar tanpa penyelewengan sesuai dengan manhaj salafussoleh. Kita juga harus memahami empat bentuk
tauhidullah yang menjadi misi ajaran Islam di dalam Al-Qur’an maupun sunnah
iaitu tauhid asma wa sifat, tauhid rububiah, tauhid mulkiyah dan tauhid
uluhiyah. Dengan pemahaman ini kita akan
termotivasi untuk melaksanakan sikap-sikap yang menjadi tuntutan utama dari
setiap empat tauhid tersebut.
Kehidupan paling tenang adalah kehidupan yang bersandar
terus kecintaannya kepada Yang Maha Pengasih.
Oleh karena itu kita harus mampu membedakan di antara cinta kepada Allah
dengan cinta kepada selainNya serta menjadikan cinta kepada Allah mengatasi
segala-galanya. Apa yang menjadi
tuntutan kepada kita ialah kita menyadari pentingnya melandasi seluruh aktiviti
hidup dengan kecintaan kepada Allah, Rasul dan perjuangan secara minhaji.
Di dalam memahami dan mengenal Allah ini, kita seharusnya
memahami bahawasanya Allah adalah merupakan sebagai sumber ilmu dan
pengetahuan. Ilmu-ilmu yang Allah
berikan itu adalah menerusi dua jalan yang membentuk dua fungsi iaitu sebagai
pedoman hidup dan juga sebagai sarana hidup.
Kitab juga sepatutnya menyadari kepentingan kedua bentuk ilmu Allah
dalam pengabdian kepada Allah untuk mencapai tahap taqwa yang lebih cemerlang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar