Kalimat laa ilaha illa Allah terdiri
dari 3 jenis huruf (alif, lam dan ha) serta 4 kata (Laa, ilaha, illa, Allah)
tetapi mengandung pengertian yang mencakup seluruh ajaran Islam. Keberadaan kata ini adalah Wala terhadap
Allah dan Bara terhadap selain Allah.
Bagi muslim sikap ini merupakan sikap hidup yang inti dan warisan para
nabi. Penyimpangan dari sikap ini
tergolong dosa besar yang tidak diampuni (syirik). Dengan sikap Wala dan Bara seorang mu’min
akan selalu mengarahkan dirinya kepada Allah di setiap perbuatannya. Untuk memahami wala dan bara ini kita perlu
mengkaji unsur-unsur kalimatnya, seperti laa, ilaha, illa dan sebagainya. Kalimah Muhammad Rasulullah merupakan
bahagian kedua dari syahadatain.
Didalamnya terkandung suatu pengakuan tentang kerasulan Muhammad
SAW. Ertinya di dalam rangka mengamalkan
Wala dan Bara yang terkandung di dalam Laa ilaha illa Allah maka mesti
mengikuti petunjuk dan jejak langkah Muhammad SAW. Beliau mendapatkan pengesahan Ilahi untuk
menunjukkan kebenaran dan melaksanakannya.
Maka beliau merupakan teladan pelaksanaan Wala dan Bara.
1. Laa Ilaha Illa Allah.
a.
Laa (tidak ada – penolakan)
Kata penolakan yang mengandung
pengertian menolak semua unsur yang ada di belakang kata tersebut.
b.
Ilaha (sembahan – yang ditolak)
Sembahan iaitu kata yang ditolak oleh
laa tadi, iaitu segala bentuk sembahan yang bathil (lihat A3). Dua kata ini mengandung pengertian bara
(berlepas diri).
c.
Illa (kecuali - peneguhan)
Kata pengecualian yang berarti
meneguhkan dan menguatkan kata di belakangnya sebagai satu-satunya yang tidak
ditolak.
d.
Allah (yang diteguhkan atau yang dikecualikan)
Kata yang dikecualikan oleh illa. Lafzul jalalah (Allah) sebagai yang
dikecualikan.
Dalil :
·
Q.16:36,
inti dakwah para Nabi adalah mengingkari sembahan selain Allah dan hanya
menerima Allah sahaja sebagai satu-satunya sembahan.
·
Q.4:48,
4:116, bahaya menyimpang dari Tauhid.
Syirik merupakan dosa yang tidak diampuni.
·
Q.47:19,
dosa-dosa manusia diakibatkan kelalaian memahami makna tauhid.
·
Q.7:59,65,73,
beberapa contoh dakwah para nabi yang memerintahkan pengabdian kepada Allah dan
menolak ilah-ilah yang lain.
·
Hadits. Ikatan yang paling kuat dari pada iman adalah
mencintai karena Allah dan membenci karena Allah.
·
Hadits. Barang-siapa yang mencintai karena
Allah,membenci karena Allah, memberi karena Allah dan melarang karena Allah,
maka ia telah mencapai kesempurnaan Iman.
2. Bara (pembebasan).
Merupakan hasil kalimat Laa ilaha illa
yang artinya membebaskan diri daripada segala bentuk sembahan. Pembebasan ini berarti : mengingkari,
memisahkan diri, membenci, memusuhi dan memerangi. Keempat perkara ini ditunjukkan pada segala
ilah selain Allah samada berupa sistem, konsep maupun pelaksana.
Dalil :
·
Q.60:4,
contoh sikap bara yang diperlihatkan Nabi Ibrahim AS dan pengikutnya terhadap
kaumnya. Mengandung unsur mengingkari,
memisahkan diri, membenci dan memusuhi.
·
Q.9:1,
sikap bara berarti melepaskan diri seperti yang dilakukan oleh Rasul terhadap
orang-orang kafir dan musyrik.
·
Q.47:7,
sikap bara adalah membenci kekufuran, kefasikan dan kedurhakaan.
·
Q.58:22,
sikap bara dapat diartikan juga memerangi dan memusuhi meskipun terhadap
familinya. Contohnya Abu Ubaidah
membunuh ayahnya, Umar bin Khattab membunuh bapa saudaranya, sedangkan Abu
Bakar hampir membunuh putranya yang masih musyrik. Semua ini berlangsung di medan perang.
·
Q.26:77,
Nabi Ibrahim menyatakan permusuhan terhadap berhala-berhala sembahan kaumnya.
3. Hadam (penghancuran).
Sikap bara dengan segala akibatnya
melahirkan upaya menghancurkan segala bentuk pengabdian terhadap
tandingan-tandingan maupun sekutu-sekutu selain Allah, apakah terhadap diri,
keluarga maupun masyarakat.
Dalil :
·
Q.21:57-58,
Nabi Ibrahim berupaya menghancurkan berhala-berhala yang membodohi
masyarakatnya pada masa itu. Cara ini
sesuai pada masa itu tetapi pada masa Rasulullah, Rasul SAW menghancurkan
akidah berhala dan fikrah yang menyimpang terlebih dahulu. Setelah fathu Mekkah, kemudian 360 berhala di
sekitar Ka’bah dihancurkan oleh Rasul.
4. Al Wala (loyaliti).
Kalimat Illa Allah berarti pengukuhan
terhadap wilayatulLlah (kepemimpinan Allah).
Artinya : selalu mentaati, selalu mendekatkan diri, mencintai sepenuh
hati, dan membela, mendukung dan menolong.
Semua ini ditujukan kepada Allah dan segala yang diizinkan Allah seperti
Rasul dan orang yang beriman.
Dalil :
·
Q.5:7,
2:285, Iman terhadap kalimat suci ini berarti bersedia mendengar dan taat.
·
Q.10:61,62,
jaminan Allah terhadap yang menjadi wali (kekasih) Allah karena selalu dekat
kepada Nya.
·
Q.2:165,
wala kepada Allah menjadikan Allah sangat dicintai, lihat 9:24.
·
Q.61:14,
sebagai bukti dari wala adalah selalu siap mendukung atau menolong dien Allah.
5. Al Bina (membangun).
Sikap wala beserta segala akibatnya
merupakan sikap mukmin membangun hubungan yang kuat dengan Allah, Rasul dan
orang-orang mukmin. Juga berarti
membangun sistem dan aktiviti Islam yang menyeluruh pada diri, keluarga, maupun
masyarakat.
Dalil :
·
Q.22:41,
ciri mukmin adalah senantiasa menegakkan agama Allah.
·
Q.24:55,
posisi kekhilafahan Allah peruntukkan bagi manusia yang membangun dienullah.
·
Q.22:78,
jihad di jalan Allah dengan sebenarnya jihad adalah upaya yang tepat membangun
dienullah.
6. Ikhlas.
Keikhlasan iaitu pengabdian yang murni
hanya dapat dicapai dengan sikap bara terhadap selain Allah dan memberikan wala
sepenuhnya kepada Allah.
Dalil :
·
Q.98:5,
mukmin diperintah berlaku ikhlas dalam melakukan ibadah.
·
Q.39:11,14,
sikap ikhlas adalah inti ajaran Islam dan pengertian dari Laa ilaha illa Allah.
7. Muhammad Rasulullah.
Konsep Wala dan Bara ditentukan dalam
bentuk :
a.
Allah
sebagai sumber.
Allah sebagai sumber wala, dimana
loyaliti mutlak hanya milik Allah dan loyaliti lainnya mesti dengan izin Allah.
b.
Rasul
sebagai cara (kayfiyat).
Pelaksanaan Wala terhadap Allah dan Bara
kepada selain Allah mengikuti cara Rasul.
c.
Mukmin
sebagai pelaksana.
Pelaksana Wala dan Bara adalah orang
mukmin yang telah diperintahkan Allah dan dicontohkan Rasulullah.
·
Dalam
pelasaksanaan Bara, Rasulullah memisahkan manusia atas muslim dan kafir. Hizbullah dengan Hizbus Syaithan. Orang-orang mukmin adalah mereka yang
mengimani Laa ilaha illa Allah dan Muhammad Rasulullah sedangkan orang kafir
adalah mereka yang mengingkari salah satu dari dua kalimah syahadat atau
kedua-duanya.
·
Orang-orang
beriman wajib mengajak orang kafir kepada jalan Islam dengan dakwah secara
hikmah dan pengajaran yang baik. Apabila
mereka menolak, kemudian menghalangi jalan dakwah maka mereka boleh diperangi
sampai mereka mengakui ketinggian kalimah Allah.
·
Hubungan
kekeluargaan seperti ayah, ibu, anak tetap diakui selama bukan dalam
kemusyrikan atau maksiat terhadap Allah.
·
Dengan
demikian pelaksanaan Wala dan Bara telah ditentukan caranya. Kita hanya mengikut apa yang telah
dicontohkan Rasulullah SAW.
Dalil :
·
Q.5:55-56,
Allah, Rasul dan orang-orang mukmin adalah wali orang yang beriman.
·
Q.4:59,
ketaatan diberikan hanya kepada Allah, Rasul dan Ulil Amri dari kalangan
mukmin.
·
Q.5:56,
orang-orang yang memberikan wala kepada Allah, Rasul dan orang-orang mukmin
adalah Hizbullah (golongan Allah), lihat pula 58:22. Selain golongan ini adalah Hizbus Syaithan.
·
Q.60:7-9,
kebolehan bergaul dengan orang kafir dengan batas-batas tertentu. Asbabun Nuzul ayat ini berkaitan dengan Asma
binti Abu Bakar yang tidak mengizinkan ibunya masuk rumahnya sebelum mendapat
izin dari Rasulullah, lihat pula 31:15.
Ringkasan Dalil :
·
Laa ilaha
illa Allah:
(Laa) adalah perkataan penolakan, (ilaha) adalah yang ditolak.
·
Al Baro’(melepaskan diri) (60:4, 7:59, 65, 73, 85) :
·
Mengingkari
·
Membenci
·
Memusuhi
·
Menghancurkan
·
Illa
(melainkan) adalah ungkapan pengukuhan (isbat).
·
Allah adalah yang dikukuhkan (diisbatkan).
·
Al
Wala’/loyaliti(7:196, 5:55, 4:59, 5:7, 47:7, 2:165,
3:31) adalah :
·
Taat
·
Mendekati
·
Membela
·
Mencintai
·
Membangun
·
Menghancurkan
dan membangunadalah makna Ikhlas (98:5, 39:11,14).
·
Muhammadu
Rasulullah – Konsep Al Wala’ dan Al Barro’ :
·
Allah adalah sumber nilainya (2:147, 7:2)
·
Rasul adalah contoh pelaksanaannya (33:21, 59:7)
·
Orang mukmin adalah pelaksananya (33:36, 35:32)
·
Kaifiyat
“Membina” dan “Menghancurkan”adalah
dengan “ittiba’ (3:31).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar