Ridho adalah hasil dari cintanya mukmin
kepada Allah. Cinta berarti menerima
semua keinginan dan tuntutan dari yang dicintainya (Allah). Tuntutan dan kehendak Allah ini terdapat di
dalam Al-Qur’an. Kehendak Allah terhadap
manusia, alam semesta dan dari diri kita.
Kehendak Allah terhadap manusia iaitu diberikan ketentuan-ketentuan yang
pasti seperti qadha dan qadar. Terhadap
alam, Allah menghendaki alam sebagai kajian untuk dikaji dan mengambil manfaat
darinya, juga menggambarkan kehebatan dan kekuasaan Allah di alam. Yang Allah kehendaki dari diri manusia adalah
melaksanakan petunjukNya, menjalankan syariat dan iltizam. Dengan menerima semua ketentuan-ketentuan
yang diberikan kepada kita, alam dan yang dikehendaki dari kita, maka individu
tersebut beriman sebenarnya.
Ridho
Sarahan :
Ridho merupakan buah dari rasa cinta
seseorang mukmin terhadap Allah.
Fenomena ridho adalah menerima semua kehendak dan kemauan Allah tanpa
reserve. Hal ini terdapat dalam tiga
dimensi.
Dalil :
·
Q.2:207,
redha Allah adalah harapan orang-orang mukmin dan mereka rela berkorban untuk
mendapatkannya.
·
Q.76:31,
makna redha adalah menerima ketentuan Allah atas dirinya.
A. 1. Kehendak dan Kemauan Allah Terhadap Kita (manusia).
Sarahan :
Kehendak Allah terhadap kita iaitu
kejadian yang telah berlangsung, tidak dapat dielakkan, tidak diketahui
sebelumnya (ghaib) seperti kelahiran, kematian, pernikahan dan kehidupan dengan
segala cabarannya seperti kekayaan, kemiskinan, kemenangan, kekalahan,
keimanan, kekafiran. Semua yang telah
terjadi ini tidak mungkin berlangsung kecuali dengan kehendak Allah.
Dalil :
·
Q.4:78,
semua kejadian samada kebaikan maupun keburukan dari sisi Allah, misalnya
kematian.
·
Q.35:2,
tak ada seorangpun yang dapat menghindari rahmat Allah dan kecelakaan yang
dikenakanNya pada seseorang.
·
Q.11:6,
setiap makhluk di tangan Allahlah ketentuan rizkinya. Q.9:52, semua kejadian pada diri orang-orang
mukmin adalah ketentuan Allah bagi mereka.
1. Alam Ghaib.
Sarahan :
Kehendak Allah tersebut sebelum terjadinya
merupakan sesuatu yang ghaib bagi manusia.
Tidak dapat ditangkap dengan deria.
Tidak dapat diketahui dengan jalan apapun. Ketentuan ini hanya Allah sahaja yang
mengetahuinya, semua telah tercatat dalam kitab yang nyata.
Dalil :
·
Q.6:59,
hanya di sisi Allah pengetahuan yang ghaib.
Q.31:34, kelahiran dan kematian adalah ketentuan yang terdapat dalam
pengetahuan Allah.
·
Q.11:6,
Allah mengetahui tempat-tempat aktiviti makhlukNya, semua tercatat dalam kitab
yang nyata.
·
Q.6:38,
Luhul Mahfuzh tidak meninggalkan sedikitpun melainkan dicatatnya.
1. Qadha dan Qadar.
Sarahan :
Kejadian yang pasti dan tak dapat
dihindari ini disebut Qadha dan Qadar.
Ia merupakan bahagian dari rukun iman yang enam. Setiap muslim wajib mengimaninya samada
merupakan kebaikan (menguntungkan) maupun keburukan (merugikan) terhadap
dirinya. Iman ini membuat kita sadar dan
tidak sombong terhadap apa-apa yang dimiliki serta tidak kecewa terhadap
apa-apa yang lepas dari kita.
Dalil :
·
Hadits,
pernyataan Rasulullah tentang Iman, “….. dan engkau beriman dengan Qadar baik
maupun buruk”.
·
Q.57:22,
ketentuan Allah membuat kita tidak sombong dengan yang diperoleh dan tidak
kecewa dengan yang tepat dari kita.
·
Hadits,
Allah telah menentukan bagi manusia di dalam rahim ibunya ketentuan. Lahir, mati, celaka, bahagia dan sebagainya.
2. Allah Tidak Ditanya Tentang Apa Yang Dikerjakannya.
Sarahan :
Dalam bersikap terhadap Qadha dan Qadar
Allah, manusia tidak berhak menyalahkan atau menuduh Allah. Sebab sebagai yang maha pencipta dia berbuat
sesuai dengan kehendakNya tanpa seorangpun dapat memprosesNya.
Dalil :
·
Q.21:23,
Allah tidak dapat ditanya tentang apa yang diperbuatNya terhadap makhluk.
·
Q.85:16,
Allah berbuat sekehendakNya tidak mengikuti peraturan siapapun selain diriNya.
·
Q.2:284,
semua kepunyaan Allah, Allah bebas memberi ampun ataupun mengazab hambanya.
·
Hadits,
jika Allah menghendaki kebaikan bagi seseorang maka diberikan cobaan. Maka siapa yang ridho (dengan cobaan itu)
baginya keredhaan Allah. Dan barang
siapa yang keberatan maka baginya kemarahan Allah.
3. Hikmah.
Sarahan :
Allah tidak bertindak melainkan di
dalamnya terdapat suatu hikmah. Tetapi
sedikit dari manusia yang dapat memahaminya.
Karena itu, terhadap kejadian yang mengenanya mukmin berupaya mencari
hikmah Allah tersebut. Ia senantiasa
berbaik sangka kepada Allah karena meyakini bahawa Allah maha pengasih lagi
maha penyayang kepada hamba-hambaNya.
Dalil :
·
Q.2:216,
hikmah Allah dalam disyariatkannya berperang.
·
Hadits,
orang mukmin itu mengagumkan karena semua urutan mendatangkan kebaikan
baginya. Jika dia diberi kebaikan ia
bersyukur dan itu baik baginya, jika ia tertimpa musibah ia bersabar dan itu
baik pula baginya.
·
Hadits
Qudsi, sesungguhnya aku tergantung sangkaan hambaKu terhadapKu. Jika dia bersangka baik maka baik pula baginya,
jika dia bersangka buruk maka buruk pula baginya.
B. 1. Apa Yang Allah Kehendaki Terhadap Alam Semesta.
Sarahan :
Allah mengatur, menetapkan, menentukan
seluruh kejadian di alam semesta secara pasti dan tepat. Tidak ada satu makhlukpun yang lepas dari aturan
Allah ini. Setiap fenomena yang terjadi
merupakan tanda-tanda kebesaran Allah dan keagunganNya.
Dalil :
·
Q.25:2,
54:49, 87:1-2, 15:20, 36:38-40, 55:7, Allah menentukan qadar alam seluruh
ciptaan Nya dengan sangat rapih dan teratur.
2. Alam Kajian.
Sarahan :
Ketentuan Allah tersebut bukan merupakan
sesuatu yang ghaib tetapi juga tidak mudah untuk difahami dan diketahui. Manusia akan memahaminya dengan jalan belajar
dan melakukan berbagai kajian tentang ketentuan-ketentuan Allah tersebut.
Dalil :
·
Hadits,
mengenai seseorang yang mendapat petunjuk Rasulullah cara bertanam korma. Ternyata hasil tuaiannya tidak memuaskan
kemudian dia datang kepada Rasul untuk melaporkan. Jawab Rasulullah SAW, “kamu lebih tahu urusan
duaniamu”
2. Undang-undang Allah Di Alam Semesta.
Sarahan :
Semua ketentuan dan peraturan Allah yang
tidak tertulis di alam semesta itu disebut Sunnatullah. Sifatnya tetap, tidak berubah dan tidak
berganti. Tetapi Allah sendiri dapat merubahnya
seperti pada mukjizat para Nabi. Kita
mesti menyebutnya Sunnatullah dan bukan hukum alam atau hukum sains tulin.
Dalil :
·
Q.35:43,
33:62, 48:23, sunnatullah tidak mengalami perubahan atau pergantian. Q.21:68-69, Nabi Ibrahim tidak hangus dimakan
api bahkan selamat dengan izin Allah.
·
Q.20:77-78,
Nabi Musa mampu membelah laut dengan izin Allah dan sebagainya.
3. Mengkaji.
Sarahan :
Sunnatullah hanya dapat difahami setelah
diselidiki, dipelajari, dianalisa dan dikaji.
Sifatnya netral. Dapat dipelajari
siapa sahaja. Tetapi orang mukmin lebih
berhak untuk memperolehnya. Itulah
mengapa kitabullah banyak sekali menganjurkan mukminin melakukan pengamatan
terhadap alam semesta.
Dalil :
·
Q.3:190-191,
10:5-6, 30:20-25, 30:8, contoh-contoh anjuran dan rangsangan Allah untuk
memperhatikan alam semesta.
·
Sabda
Rasulullah, “Hikmah itu kepunyaan orang mukmin, dimana sahaja mereka jumpai
hikmah itu, merekalah yang paling berhak atasnya”. Q.3:137, mengamati sejarah kehidupan manusia
adalah perintah Allah.
4. Intifa.
Sarahan :
Dengan mengkaji sunnatullah kita
mengambil manfaat sebesar-besarnya dari potensi alam untuk memperkuat barisan
kaum muslimin. Ilmu pengetahuan dan
teknologi sangat berguna untuk menjadi sarana dakwah. Karenanya kaum muslimin wajib menggalakkan
kembali pengamatan dan pengkajian terhadap alam semesta ini.
Dalil :
·
Q.57:25,
Allah menyuruh memanfaatkan kekuatan besi (teknologi) untuk menegakkan
Islam. Q.8:60, perintah untuk
mempersiapkan sarana-sarana jihad di jalan Allah. Ini tidak dapat berlangsung tanpa pemanfaatan
sains dan teknologi.
C. 1. Yang Allah Kehendaki dari Diri Kita.
Sarahan :
Iaitu rela melaksanakan petunjuk hidup
yang didalamnya ada perintah dan larangan, halal dan haram, peringatan dan
anjuran, dan sebagainya. Kesemuanya
dapat kita jumpai dalam kitabullah dan sunnah Rasulullah. Setiap muslim wajib menerima undang-undang
Allah yang telah tertulis ini dengan tanpa keraguan.
Dalil :
·
Q.3:19,
3:85, aturan hidup (dien) yang diterima disisi Allah hanyalah Islam. Ia merupakan kumpulan kehendak Allah dari
diri kita. Disinilah Allah mengatur dan
mengendalikan hambaNya. Q.42:15,
disyariatkannya dien bagi kita untuk ditegakkan dengan tidak bercerai-cerai.
2. Alam Yang Nyata.
Sarahan :
Perintah-perintah dan larangan-larangan
Allah merupakan sesuatu yang jelas dan dapat difahami dengan mudah. Ia berbicara tentang realiti yang ada di
sekitar manusia tentang hubungan manusia dengan penciptanya dengan alam,
hakikat kehidupan, hakikat manusia itu sendiri, dan hakikat pengabdian. Semua sangat diperlukan oleh setiap manusia.
Dalil :
·
Q.5:15-16,
Rasulullah bagaikan cahaya yang terang membawa kitab yang sangat jelas bagi
kehidupan. Dengan kitab itulah Allah
menunjuki orang yang mencari keredhaanNya ke jalan keselamatan. Membebaskan mereka dari kegelapan (jahiliyah)
menjadi terang benderang (Islam).
·
Hadits,
pernyataan Rasulullah, “yang halal itu jelas dan yang haram itu juga jelas, dan
di antara keduanya ada yang mutasyabihat”.
3. Ketentuan Syariah.
Sarahan :
Peraturan dan petunjuk hidup Allah
merupakan ketentuan syariah bagi kebahagiaan manusia. Manusia diberi kebebasan untuk menerima atau
menolaknya. Mereka yang menerima menjadi
orang beriman dan hidupnya akan bahagia.
Sedangkan yang menolak disebut orang kafir dan hidupnya akan celaka.
Dalil :
·
Q.2:256,
18:29, Yang haq adalah yang datang dari Allah, manusia boleh memilih iman atau
kafir. Bila kafir maka ancamannya adalah
neraka.
·
Q.24:1,
28:85, kewajiban melaksanakan syariat bagi mereka yang mengaku beriman.
4. Mereka Akan Ditanya.
Sarahan :
Pengetahuan tersebut akan melahirkan
amal yang kelak dipertanggung-jawabkan.
Setiap insan mesti bertanggung-jawab terhadap pelaksanaan perintah dan
larangan Allah. Mukmin menerima qadha
dan qadar tetapi iapun menyadari bahawa taqdir syar’I menghendaki adanya sikap
tanggung jawab. Contohnya tatkala sakit
(qadha) maka syariat menentukan untuk berubat, tatkala ia kufur syariat
menyuruhnya mencari hidayah, ketika dalam keadaan maksiat syariat
memerintahkannya bertaubat tatkala kaya ia dimestikan bersyukur dan tatkala
miskin ia diperintah untuk sabar.
Dalil :
·
Q.21:23,
setiap manusia akan ditanya apakah ia melaksanakan ketentuan syariah atai
tidak.
·
Q.102:8,
semua manusia akan diminta pertanggung-jawabannya di akhirat.
·
Q.4:79,
42:30, Allah menyalahkan mereka yang tidak berikhtiar mengikuti syariat.
·
Hadits,
sabda Rasulullah, “Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan ditanya
tentang tanggung jawabnya … “.
·
Sabda
Rasulullah SAW, “Setiap penyakit ada obatnya, maka berobatlah kamu”.
5. Iltizam.
Sarahan :
Untuk terwujudnya semua ketentuan Allah
maka kewajiban kita adalah senantiasa iltizam (komitmen) baik terhadap
pengetahuan maupun pelaksanaan syariah.
Semua yang dapat dilakukan secara individu wajib dilaksanakan. Sedangkan yang belum dapat dilaksanakan
kecuali telah adanya wasilah (sarana) wajib diperjuangkan.
Dalil :
·
Q.33:36,
komitmen mukmin terhadap aturan Allah.
Bila Allah telah menetapkan sesuatu maka tidak boleh ada pilihan lain
baginya.
·
Q.4:65,
syarat iman ialah menerima keseluruhan yang berasal dari Rasulullah dan tidak
ada keberatan terhadap keputusan Rasul itu.
·
Q.24:51,
sikap mukmin terhadap keputusan Allah dan Rasul adalah “mendengat dan taat”.
·
Q.5:35,
perintah bertaqwa, mencari jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah, serta
berjihad di jalan Allah.
D. Iman.
Sarahan :
Penerimaan dan keredhaan terhadap ketiga
unsur taqdir diatas itulah yang disebut iman yang sebenarnya. Dengan rela menerima apa yang Allah tentukan
bagi dirinya dan alam semesta, maka mukmin berupaya menegakkan tuntutan Allah
pada dirinya. Sehingga hidupnya
sepenuhnya dalam bimbingan dan pimpinan Allah SWT, serta dalam keadaan berjihad
menegakkan syariah Islam.
Dalil :
·
Q.49:15, mukmin yang sebenarnya
adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul kemudian mereka tidak
ragu-ragu dan berjihad di jalan Allah.
Ringkasan Dalil :
Ridha (2:207, 284, 286)
Apa yang
Allah kehendaki (Masyiatullah) : (76:30,
18:24, 3:26, 31:29)
1. Terhadap kita –
alam ghaib : (6:59, 2:3), merupakan qadha’ dan qadar : (h, 9:51, 57:22), Dia
tidak ditanya apa yang diperbuat (21:23), tidak dapat dipelajari (17:85), untuk
diambil hikmahnya (57:23).
2. Terhadap alam
(25:2), alam eksperimen (35:28), merupakan sunnatullah di alam (41:53), untuk
dikaji/dipelajari dan dijadikan sarana (3:190), untuk dimanfaatkan (11:61).
3. Dari diri kita
(57:16), alam nyata (30:7), merupakan taqdir syar’ie (4:65, 6:153,42:13), untuk
dipelajari dan diamalkan (9:105), mereka akan ditanya (21:23, iman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar