Selasa, 01 April 2014

AR RIDHO



Ridho adalah hasil dari cintanya mukmin kepada Allah.  Cinta berarti menerima semua keinginan dan tuntutan dari yang dicintainya (Allah).  Tuntutan dan kehendak Allah ini terdapat di dalam Al-Qur’an.  Kehendak Allah terhadap manusia, alam semesta dan dari diri kita.  Kehendak Allah terhadap manusia iaitu diberikan ketentuan-ketentuan yang pasti seperti qadha dan qadar.  Terhadap alam, Allah menghendaki alam sebagai kajian untuk dikaji dan mengambil manfaat darinya, juga menggambarkan kehebatan dan kekuasaan Allah di alam.  Yang Allah kehendaki dari diri manusia adalah melaksanakan petunjukNya, menjalankan syariat dan iltizam.  Dengan menerima semua ketentuan-ketentuan yang diberikan kepada kita, alam dan yang dikehendaki dari kita, maka individu tersebut beriman sebenarnya.

Ridho

Sarahan :

Ridho merupakan buah dari rasa cinta seseorang mukmin terhadap Allah.  Fenomena ridho adalah menerima semua kehendak dan kemauan Allah tanpa reserve.  Hal ini terdapat dalam tiga dimensi.

Dalil :

·         Q.2:207, redha Allah adalah harapan orang-orang mukmin dan mereka rela berkorban untuk mendapatkannya.
·         Q.76:31, makna redha adalah menerima ketentuan Allah atas dirinya.


A.   1.   Kehendak dan Kemauan Allah Terhadap Kita (manusia).

Sarahan :

Kehendak Allah terhadap kita iaitu kejadian yang telah berlangsung, tidak dapat dielakkan, tidak diketahui sebelumnya (ghaib) seperti kelahiran, kematian, pernikahan dan kehidupan dengan segala cabarannya seperti kekayaan, kemiskinan, kemenangan, kekalahan, keimanan, kekafiran.  Semua yang telah terjadi ini tidak mungkin berlangsung kecuali dengan kehendak Allah.

Dalil :

·         Q.4:78, semua kejadian samada kebaikan maupun keburukan dari sisi Allah, misalnya kematian.
·         Q.35:2, tak ada seorangpun yang dapat menghindari rahmat Allah dan kecelakaan yang dikenakanNya pada seseorang.
·         Q.11:6, setiap makhluk di tangan Allahlah ketentuan rizkinya.  Q.9:52, semua kejadian pada diri orang-orang mukmin adalah ketentuan Allah bagi mereka.

1.    Alam Ghaib.

Sarahan :

Kehendak Allah tersebut sebelum terjadinya merupakan sesuatu yang ghaib bagi manusia.  Tidak dapat ditangkap dengan deria.  Tidak dapat diketahui dengan jalan apapun.  Ketentuan ini hanya Allah sahaja yang mengetahuinya, semua telah tercatat dalam kitab yang nyata.

Dalil :

·         Q.6:59, hanya di sisi Allah pengetahuan yang ghaib.  Q.31:34, kelahiran dan kematian adalah ketentuan yang terdapat dalam pengetahuan Allah.
·         Q.11:6, Allah mengetahui tempat-tempat aktiviti makhlukNya, semua tercatat dalam kitab yang nyata.
·         Q.6:38, Luhul Mahfuzh tidak meninggalkan sedikitpun melainkan dicatatnya.

1.    Qadha dan Qadar.

Sarahan :

Kejadian yang pasti dan tak dapat dihindari ini disebut Qadha dan Qadar.  Ia merupakan bahagian dari rukun iman yang enam.  Setiap muslim wajib mengimaninya samada merupakan kebaikan (menguntungkan) maupun keburukan (merugikan) terhadap dirinya.  Iman ini membuat kita sadar dan tidak sombong terhadap apa-apa yang dimiliki serta tidak kecewa terhadap apa-apa yang lepas dari kita.

Dalil :

·         Hadits, pernyataan Rasulullah tentang Iman, “….. dan engkau beriman dengan Qadar baik maupun buruk”.
·         Q.57:22, ketentuan Allah membuat kita tidak sombong dengan yang diperoleh dan tidak kecewa dengan yang tepat dari kita.
·         Hadits, Allah telah menentukan bagi manusia di dalam rahim ibunya ketentuan.  Lahir, mati, celaka, bahagia dan sebagainya.

2.    Allah Tidak Ditanya Tentang Apa Yang Dikerjakannya.

Sarahan :

Dalam bersikap terhadap Qadha dan Qadar Allah, manusia tidak berhak menyalahkan atau menuduh Allah.  Sebab sebagai yang maha pencipta dia berbuat sesuai dengan kehendakNya tanpa seorangpun dapat memprosesNya.

Dalil :

·         Q.21:23, Allah tidak dapat ditanya tentang apa yang diperbuatNya terhadap makhluk.
·         Q.85:16, Allah berbuat sekehendakNya tidak mengikuti peraturan siapapun selain diriNya.
·         Q.2:284, semua kepunyaan Allah, Allah bebas memberi ampun ataupun mengazab hambanya.
·         Hadits, jika Allah menghendaki kebaikan bagi seseorang maka diberikan cobaan.  Maka siapa yang ridho (dengan cobaan itu) baginya keredhaan Allah.  Dan barang siapa yang keberatan maka baginya kemarahan Allah.


3.    Hikmah.

Sarahan :

Allah tidak bertindak melainkan di dalamnya terdapat suatu hikmah.  Tetapi sedikit dari manusia yang dapat memahaminya.  Karena itu, terhadap kejadian yang mengenanya mukmin berupaya mencari hikmah Allah tersebut.  Ia senantiasa berbaik sangka kepada Allah karena meyakini bahawa Allah maha pengasih lagi maha penyayang kepada hamba-hambaNya.

Dalil :

·         Q.2:216, hikmah Allah dalam disyariatkannya berperang.
·         Hadits, orang mukmin itu mengagumkan karena semua urutan mendatangkan kebaikan baginya.  Jika dia diberi kebaikan ia bersyukur dan itu baik baginya, jika ia tertimpa musibah ia bersabar dan itu baik pula baginya.
·         Hadits Qudsi, sesungguhnya aku tergantung sangkaan hambaKu terhadapKu.  Jika dia bersangka baik maka baik pula baginya, jika dia bersangka buruk maka buruk pula baginya.


B.   1.   Apa Yang Allah Kehendaki Terhadap Alam Semesta.

Sarahan :

Allah mengatur, menetapkan, menentukan seluruh kejadian di alam semesta secara pasti dan tepat.  Tidak ada satu makhlukpun yang lepas dari aturan Allah ini.  Setiap fenomena yang terjadi merupakan tanda-tanda kebesaran Allah dan keagunganNya.

Dalil :

·         Q.25:2, 54:49, 87:1-2, 15:20, 36:38-40, 55:7, Allah menentukan qadar alam seluruh ciptaan Nya dengan sangat rapih dan teratur.


2.    Alam Kajian.

Sarahan :

Ketentuan Allah tersebut bukan merupakan sesuatu yang ghaib tetapi juga tidak mudah untuk difahami dan diketahui.  Manusia akan memahaminya dengan jalan belajar dan melakukan berbagai kajian tentang ketentuan-ketentuan Allah tersebut.

Dalil :

·         Hadits, mengenai seseorang yang mendapat petunjuk Rasulullah cara bertanam korma.  Ternyata hasil tuaiannya tidak memuaskan kemudian dia datang kepada Rasul untuk melaporkan.  Jawab Rasulullah SAW, “kamu lebih tahu urusan duaniamu”


2.    Undang-undang Allah Di Alam Semesta.

Sarahan :

Semua ketentuan dan peraturan Allah yang tidak tertulis di alam semesta itu disebut Sunnatullah.  Sifatnya tetap, tidak berubah dan tidak berganti.  Tetapi Allah sendiri dapat merubahnya seperti pada mukjizat para Nabi.  Kita mesti menyebutnya Sunnatullah dan bukan hukum alam atau hukum sains tulin.

Dalil :

·         Q.35:43, 33:62, 48:23, sunnatullah tidak mengalami perubahan atau pergantian.  Q.21:68-69, Nabi Ibrahim tidak hangus dimakan api bahkan selamat dengan izin Allah.
·         Q.20:77-78, Nabi Musa mampu membelah laut dengan izin Allah dan sebagainya.


3.    Mengkaji.

Sarahan :

Sunnatullah hanya dapat difahami setelah diselidiki, dipelajari, dianalisa dan dikaji.  Sifatnya netral.  Dapat dipelajari siapa sahaja.  Tetapi orang mukmin lebih berhak untuk memperolehnya.  Itulah mengapa kitabullah banyak sekali menganjurkan mukminin melakukan pengamatan terhadap alam semesta.

Dalil :

·         Q.3:190-191, 10:5-6, 30:20-25, 30:8, contoh-contoh anjuran dan rangsangan Allah untuk memperhatikan alam semesta.
·         Sabda Rasulullah, “Hikmah itu kepunyaan orang mukmin, dimana sahaja mereka jumpai hikmah itu, merekalah yang paling berhak atasnya”.  Q.3:137, mengamati sejarah kehidupan manusia adalah perintah Allah.


4.    Intifa.

Sarahan :

Dengan mengkaji sunnatullah kita mengambil manfaat sebesar-besarnya dari potensi alam untuk memperkuat barisan kaum muslimin.  Ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berguna untuk menjadi sarana dakwah.  Karenanya kaum muslimin wajib menggalakkan kembali pengamatan dan pengkajian terhadap alam semesta ini.

Dalil :

·         Q.57:25, Allah menyuruh memanfaatkan kekuatan besi (teknologi) untuk menegakkan Islam.  Q.8:60, perintah untuk mempersiapkan sarana-sarana jihad di jalan Allah.  Ini tidak dapat berlangsung tanpa pemanfaatan sains dan teknologi.


C.   1.   Yang Allah Kehendaki dari Diri Kita.

Sarahan :

Iaitu rela melaksanakan petunjuk hidup yang didalamnya ada perintah dan larangan, halal dan haram, peringatan dan anjuran, dan sebagainya.  Kesemuanya dapat kita jumpai dalam kitabullah dan sunnah Rasulullah.  Setiap muslim wajib menerima undang-undang Allah yang telah tertulis ini dengan tanpa keraguan.

Dalil :

·         Q.3:19, 3:85, aturan hidup (dien) yang diterima disisi Allah hanyalah Islam.  Ia merupakan kumpulan kehendak Allah dari diri kita.  Disinilah Allah mengatur dan mengendalikan hambaNya.  Q.42:15, disyariatkannya dien bagi kita untuk ditegakkan dengan tidak bercerai-cerai.

2.    Alam Yang Nyata.

Sarahan :

Perintah-perintah dan larangan-larangan Allah merupakan sesuatu yang jelas dan dapat difahami dengan mudah.  Ia berbicara tentang realiti yang ada di sekitar manusia tentang hubungan manusia dengan penciptanya dengan alam, hakikat kehidupan, hakikat manusia itu sendiri, dan hakikat pengabdian.  Semua sangat diperlukan oleh setiap manusia.

Dalil :

·         Q.5:15-16, Rasulullah bagaikan cahaya yang terang membawa kitab yang sangat jelas bagi kehidupan.  Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang yang mencari keredhaanNya ke jalan keselamatan.  Membebaskan mereka dari kegelapan (jahiliyah) menjadi terang benderang (Islam).
·         Hadits, pernyataan Rasulullah, “yang halal itu jelas dan yang haram itu juga jelas, dan di antara keduanya ada yang mutasyabihat”.

3.    Ketentuan Syariah.

Sarahan :

Peraturan dan petunjuk hidup Allah merupakan ketentuan syariah bagi kebahagiaan manusia.  Manusia diberi kebebasan untuk menerima atau menolaknya.  Mereka yang menerima menjadi orang beriman dan hidupnya akan bahagia.  Sedangkan yang menolak disebut orang kafir dan hidupnya akan celaka.

Dalil :

·         Q.2:256, 18:29, Yang haq adalah yang datang dari Allah, manusia boleh memilih iman atau kafir.  Bila kafir maka ancamannya adalah neraka.
·         Q.24:1, 28:85, kewajiban melaksanakan syariat bagi mereka yang mengaku beriman.

4.    Mereka Akan Ditanya.

Sarahan :

Pengetahuan tersebut akan melahirkan amal yang kelak dipertanggung-jawabkan.  Setiap insan mesti bertanggung-jawab terhadap pelaksanaan perintah dan larangan Allah.  Mukmin menerima qadha dan qadar tetapi iapun menyadari bahawa taqdir syar’I menghendaki adanya sikap tanggung jawab.  Contohnya tatkala sakit (qadha) maka syariat menentukan untuk berubat, tatkala ia kufur syariat menyuruhnya mencari hidayah, ketika dalam keadaan maksiat syariat memerintahkannya bertaubat tatkala kaya ia dimestikan bersyukur dan tatkala miskin ia diperintah untuk sabar.

Dalil :

·         Q.21:23, setiap manusia akan ditanya apakah ia melaksanakan ketentuan syariah atai tidak.
·         Q.102:8, semua manusia akan diminta pertanggung-jawabannya di akhirat.
·         Q.4:79, 42:30, Allah menyalahkan mereka yang tidak berikhtiar mengikuti syariat.
·         Hadits, sabda Rasulullah, “Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan ditanya tentang tanggung jawabnya … “.
·         Sabda Rasulullah SAW, “Setiap penyakit ada obatnya, maka berobatlah kamu”.


5.    Iltizam.

Sarahan :

Untuk terwujudnya semua ketentuan Allah maka kewajiban kita adalah senantiasa iltizam (komitmen) baik terhadap pengetahuan maupun pelaksanaan syariah.  Semua yang dapat dilakukan secara individu wajib dilaksanakan.  Sedangkan yang belum dapat dilaksanakan kecuali telah adanya wasilah (sarana) wajib diperjuangkan.

Dalil :

·         Q.33:36, komitmen mukmin terhadap aturan Allah.  Bila Allah telah menetapkan sesuatu maka tidak boleh ada pilihan lain baginya.
·         Q.4:65, syarat iman ialah menerima keseluruhan yang berasal dari Rasulullah dan tidak ada keberatan terhadap keputusan Rasul itu.
·         Q.24:51, sikap mukmin terhadap keputusan Allah dan Rasul adalah “mendengat dan taat”.
·         Q.5:35, perintah bertaqwa, mencari jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah, serta berjihad di jalan Allah.


D.   Iman.

Sarahan :

Penerimaan dan keredhaan terhadap ketiga unsur taqdir diatas itulah yang disebut iman yang sebenarnya.  Dengan rela menerima apa yang Allah tentukan bagi dirinya dan alam semesta, maka mukmin berupaya menegakkan tuntutan Allah pada dirinya.  Sehingga hidupnya sepenuhnya dalam bimbingan dan pimpinan Allah SWT, serta dalam keadaan berjihad menegakkan syariah Islam.

Dalil :

·         Q.49:15, mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul kemudian mereka tidak ragu-ragu dan berjihad di jalan Allah.


Ringkasan Dalil :


Ridha  (2:207, 284, 286)

Apa yang Allah kehendaki (Masyiatullah) :  (76:30, 18:24, 3:26, 31:29)
1.      Terhadap kita – alam ghaib : (6:59, 2:3), merupakan qadha’ dan qadar : (h, 9:51, 57:22), Dia tidak ditanya apa yang diperbuat (21:23), tidak dapat dipelajari (17:85), untuk diambil hikmahnya (57:23).
2.      Terhadap alam (25:2), alam eksperimen (35:28), merupakan sunnatullah di alam (41:53), untuk dikaji/dipelajari dan dijadikan sarana (3:190), untuk dimanfaatkan (11:61).
3.      Dari diri kita (57:16), alam nyata (30:7), merupakan taqdir syar’ie (4:65, 6:153,42:13), untuk dipelajari dan diamalkan (9:105), mereka akan ditanya (21:23, iman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar