Selasa, 11 Agustus 2015

#KisahUthlah 2

#UthlahShoifiyyah
#ShoifiyyahMubarokah
#KeepDakwahOnShoifiyyah
#NyantrendWeekend
#SummerMubaarak2015

Ini lanjutannya ikhwah

Pada awal Uthlah Ana mengunjungi salah satu 1 santri kesayangan Ana yang berdomisili di kota Mojokerto Jawa Timur. Niat awal Ana ingin sekedar ngobrol terkait hafalan santri Ana yang dulu sempat Ana ajar. Namun, karena waktu itu masih di bulan Ramadhan, sehingga acara itupun seperti acara buka bersama dengan walinya. Ditemani kakak kelas Ana yang juga tholib Ma'hadil 'ulum, Ana berangkat bersama beliau dengan motor. Tak disangka ternyata kami datang lebih awal di sebuah rumah makan lesehan di kota yang sama pula yang memang telah kita sepakati bersama untuk ngobrol di rumah makan ini.

Ternyata, keluarga santri Ana datang terakhir dikarenakan masih mencari jalan lokasi rumah makan lesehan yanv akan kita pakai untuk mengobrol. Sambil menunggu pelayan dari rumah makan, Ana mengobrol dengan kakak kelas Ana. Tak terasa, kumandang adzan maghrib pun tiba. Lucunya, di depan kami tak ada secuilpun makanan untuk disantap, karena memang pelayannya datang ke kami setelah beberapa menit lamanya. Akhirnya datang juga keluarga santri Ana dengan mobil & segera memarkirkan mobilnya. Seakan salah tingkah, yaaa... mau tidak mau akhirnya jujur saja kalau kami memang belum buka dengan hidangan apapun. Sekedar membatalkan dengan air pun tidak. Yang akhirnya, membelikan kami 1 botol teh pucuk besar.

Selagi menunggu makanan datang, akhirnya kami memutuskan untuk melaksanakan shalat maghrib terlebih dahulu. Sempat kaget melihat kondisi tempat shalat yang sangat kecil. Mengingat rumah makan yang sangat besar. Ya, mungkin inilah realita yang ada. Di mall-mall besar saja bisa jadi tak ada yang namanya tempat shalat. Pun kalaupun ada, biasanya berada di pojokan. Miris !. Karena tempat shalat yang sempit, berimbas pada kami selaku jama'ah shalat. Kami mengantri lama sekali di depan tempat shalat. Masih mendingan memang, daripada tidak ada tempat shalat sama sekali.
Acara yang akrab memang. Ana & kakak kelas Ana seperti sudah keluarga sendiri. Senyum, tertawa & saling mengingatkan satu sama lain. Padahal, setahun lamanya kami tak bertemu dengan santri Ana & juga orang tuanya.

Di akhir obrolan, kami sempat memberikan bingkisan yang sengaja memang telah kami persiapakan jauh-jauh hari untuk diberikan ke anaknya. Tak ada niat lain sih, kecuali untuk menyemangatinya agar istiqomah dalam menghafal al Qur'an.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar