Senin, 24 Agustus 2015

Segores Catatan Pejuang Biru Jakarta

Pagi yang cerah nan indah. Aktivitas pagi di awal hari yang begitu semringah. Selagi tetap melangkahkan kaki bersepatu coklat, Ana coba tengok jam tangan lama Ana. Setengah delapan tepat!. "Bismillah...mudah2.an tak telat." gumam Ana dalam hati. Sampai di depan gang, Ana lambai angkot merah terang inisial 'S15A. Ya, tunggangan sewaan Ana 3 bulan lalu sebelum libur shoifiyyah. Selagi menemani plat B menyusuri ramaian Jakarta, Ana buka beberapa grup whatsapp di hp. Lorong demi lorong jalanan kota ini Ana lewati, hingga sampailah di Masjid al Ikhlas & turun di sana.

Perempatan besar yang tak ubahnya seperti semut yang berebut gula. Selalu ramai dengan hamburan kendaraan yang siap menuju ke tempat tujuan masing2. Selalu macet akibat lampu lalu lintas yang tak pernah adil membagi jatah tiap pengendara. Rusak!. Memasuki gang arah arah selatan, mulai nampak thullab Ma'had dengan senjata lengkap yang tertempel dibahunya. Ya, senjata untuk berjuang mencari ilmu.Sesekali tengok kanan kiri melihat pemandangan sekitar perjalanan. Memasuki areal "Taman Salam". Terhampar Masih alami. Terhampar sengkedan penuh rumput hijau yang mulai menguning. Lambaian dedaunan kayu putih, seakan menyemangati diri ini untuk terus melangkahkan kaki ke Ma'had. Ditambah dengan percikan lantunan ayat suci dari mp3 hp Ana yang dari tadi menyala tersambung headset ke telinga. Merinding merasuk hati.

Perjalanan menuju Ma'had yang mengasyikkan, sergah Ana dalam hati. Walaupun terkadang ada rasa malas karena masih kangen keluarga di rumah yang tak diharapkan. Perjuangan memang, namun dibalik itu semua pasti ada hikmah yang tiada duga. Makanya tiada pernah ada penyesalan. Semua ini telah digariskan oleh Allah Subhanah.

"Assalamu'alaikum akhi, kayfa haluk."

Dipersimpangan gang terakhir menuju Ma'had, Ana bertemu dengan salah seorang teman satu liqo'an..

"Alhamdulillah...".

Keterburuannya, mengharuskan ribuan pertanyaan Ana ke beliau. Sempat Ana tanyakan sebelum akhirnya salam, namun tak terdengar akibat jauhnya jarak beliau menjawab karena telah melanjutkan derap langkahnya.
Lift Ma'had terbuka menyambut Ana untuk melanjutkan langkah ke kelas. Di satu lift, Ana jumpai beberapa teman yang dulu pernah satu kelas sebelum uthlah shoifiyyah. Namun entah.. apa beliau masih akan satu kelas dengan Ana. Sesampai di kelas, kita bersalaman dalam dekapan ukhuwah islam. Saling tempel pipi kanan & kiri. Di saat itulah kemudian Ana mencari kursi untuk sejenak merehatkan tubuh selagi menunggu pembagian kitab dari ketua
.
Beberapa menit kemudian, Ana keluarkan senjata khas yang harus dibawa oleh setiap thullab Ma'had. Ya, bolpen warna biru. Ana sempatkan menulis beberapa nasehat diri di atas kertas putih kosong. Agar tak terbuai oleh rasa kantuk yang sangat di kelas.

"Ya, itu karena masa2 kuliah sering menjadi momen yang sulit dilupakan dalam kehidupan kita. Di bangku kuliah biasanya seseorang sudah cukup punya otonomi untuk menentukan jalan hidupnya sendiri. Tidak jarang di bangku kuliah pula seseorang mulai keluar dari rumah & tinggal sendiri. Kebebasan yang makin besar, usia muda, kesempatan & tantangan terbentang luas di depan mata — memang membuat masa kuliah menyenangkan. Tapi Ana yakin, sebenarnya masih banyak hal yang belum kita tahu soal dunia perkuliahan. Dibutuhkan kepekaan untuk membedakan antara hobi & kesempatan kerja. Yakinkan diri kita. Hal apa yang sekiranya kita rasa bisa dipelajari sendiri, hal apa yang perlu diperdalam di Ma'hadil 'Ulum.

Oiya, jika ada tugas dari masyayikh jangan ditunda. Sebagaimana yang kita tahu, terkadang di Ma'hadil 'Ulum ada beberapa maadah yang mewajibkan adanya waajib atau 'pe er' !. Kita harus faham, karena itu artinya di maadah tersebut memerlukan pemahaman lebih. So, kerjain aja. Toh, nda' nambah kita jadi bodoh. Betul tidak ??!, karena akan semakin memacu semangat kita dalam mempelajari maadah tersebut.

Di awal semester, bukan waktunya buat santai & puas-puasin main ? Kita salah kalau menempuh jalan itu. Justru semester awal adalah momentum paling tepat untuk menyimpan nilai2 yang bagus demi keamanan status thullab kita kedepan. Di semester awal biasanya maadah yang ditawarkan masih relatif mudah. Kita akan lebih punya kesempatan bisa dapat nilai sempurna kalau benar2 serius mengikuti seluruh proses perkuliahan. Jika kita bisa memanfaatkan semester awal kita dengan baik untuk menggenjot nilai, kita tidak akan lagi kelabakan ketika mulai sibuk di semester selanjutnya. Kalau toh ada nilai ikmaldi nilai kita, itu tidak akan terjun payung.

"Assalamu'alaikum akhi...??.

Ana rerhentak kaget ketika seseorang menepuk bahu Ana.

"Wa'alaikum salam.."

"Lagi ngapain.. ayoo kita ambil kitab di daurul ardh," ajak teman sekelas Ana dengan bahasa Arab.

Bergegas Ana masukkan bolpoin biru & kertas yang telah tergores beberapa catatan untuk Ana masukkan ke kantong. Segera Ana ikuti derap langkah teman lain untuk pengambilan kitab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar