Kita sering mendengar dalam masyarakat sebuah perkataan, “Allah itu ada di mana-mana.” Apakah benar demikian? Untuk mengetahuinya, simak pemaparan berikut ini.
Dalam kitab Durus Al-‘Am, karya Syaikh Abdul Malik Al-Qasim dinyatakan bahwa perkataan tersebut batil. Perkataan ini merupakan ucapan pelaku bid’ah dari kalangan Jahmiyah dan Mu’tazilah serta yang sepaham dengan mereka. Perkataan yang benar dan yang dipegang oleh Ahlussunnah wal Jama’ah adalah bahwa Allah Ta’ala ada di langit, di atas Arsy di atas seluruh makhluk, sebagaimana yang ditunjukkan oleh ayat-ayat Al-Qur`an dan hadits-hadits Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, serta ijma’ (kesepakatan) para salafusshalih umat ini.
Dalam firman Allah Ta’ala dinyatakan, “Sesungguhnya Rabb kalian adalah Allah, yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy-Nya.” (QS. Al-A’râf [7]: 54).
Allah Ta’ala mengulang-ulang ayat ini dalam Al-Qur`an sebanyak enam kali. Makna istiwa` (bersemayam) menurut Ahlussunnah wal Jama’ah adalah Al-‘Uluw (tinggi) dan al-irtifa’ (naik) di atas Arsy sesuai dengan keagungan-Nya, tidak ada yang mengetahui bagaimana Istiwa` Allah selain Dia sendiri.
Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Malik ketika ditanya tentang Istiwa`, lalu ia menjawab, “Istiwa` itu maknanya sudah dapat diketahui, adapun istiwa` Allah, maka tidak ada yang mengetahuinya. Mengimaninya adalah wajib, dan bertanya tentang itu adalah bid’ah.”
Yang dimaksud oleh Imam Malik Rahimahullah adalah bahwa bertanya tentang bagaimana cara istiwa` Allah adalah bid’ah. Makna ini diambil dari gurunya yaitu Rabi’ah bin Abi Abdirrahman, dan diriwayatkan dari Ummu Salamah Radhiyallahu Anha. Inilah pendapat semua ulama Ahlussunnah wal Jama’ah. Allah Ta’ala telah memberitahukan dalam banyak ayat dalam Al-Qur`an bahwa diri-Nya di atas langit dan Dia Mahatinggi.
Allah Ta’ala berfirman, “Maka keputusan (sekarang ini) adalah pada Allah Yang Mahatinggi, Mahabesar.” (QS. Al-Mu`min [40]: 12).
Firman Allah Ta’ala, “Kepada-Nyalah akan naik perkataan-perkataan yang baik, dan amal kebajikan Dia akan mengangkatnya.” (QS. Fâthir [35]:10).
Firman Allah Ta’ala, “Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Mahatinggi, Mahabesar.” (QS. Al-Baqarah [2]: 255).
Firman Allah Ta’ala, “Sudah merasa amankah kamu, bahwa Dia yang di langit tidak akan membuat kamu ditelan bumi ketika tiba-tiba ia terguncang? Atau sudah merasa amankah kamu, bahwa Dia yang di langit tidak akan mengirimkan badai yang berbatu kepadamu? Namun kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku.” (QS. Al-Mulk [67]: 16-17).
Ayat-ayat di atas dan banyak juga banyak ayat yang lainnya dalam Al-Qur`an menyatakan dengan jelas bahwa Allah Ta’ala di langit dan berada di ketinggian. Ini sesuai dengan makna yang ditunjukkan oleh ayat istiwa`.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa pendapat pelaku bid’ah yang menyatakan Allah ada di mana-mana merupakan perkara batil yang paling batil. Pendapat seperti ini merupakan pendapat kelompok Hululiyah yang mengatakan bahwa Allah turun menjelma dalam makhluk. Kelompok ini adalah pelaku bid’ah dan sesat. Mereka sering melakukan kekufuran, kesesatan, dan mendustakan Allah serta mendustakan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Dalam riwayat yang shahih disebutkan bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
أَلَا تَأْمَنُونِي وَأَنَا أَمِيْنُ مَنْ فِي السَّمَاءِ
“Tidakkah kalian mempercayaiku padahal aku adalah hamba terpercaya Allah yang ada di langit.” (Muttafaq Alaih)
Selain, itu ada hadits hadits-hadits tentang Isra` dan Mi’raj Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang secara gamblang menyatakan bahwa Allah Ta’ala berada di atas ‘Arsy.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar