Kolesterol tinggi menjadi momok masyarakat Indonesia. Hal ini tidak salah, sebab bila kadar kolesterol melampaui ambang batas normal akan membahayakan tubuh. Mulai dari tersumbatnya pembuluh darah, hingga memperburuk jantung koroner.
Oleh karena itu sekarang banyak industri pangan yang berlomba untuk menghasilkan produk dengan klaim hipokolesterolemik (menurunkan koleterol). Masyarakat juga seolah tersihir dengan iklan-iklan yang mengatakan bahwa produk A dapat menurunkan koleterol, atau produk Brendah kolesterol dan lain sebagainya.
Padahal sebenarnya banyak pangan/ komponen pangan disekitar kita yang mempunyai sifat menurunkan kolesterol (hipokolesterolemik). Salah satu komponen pangan yang mempunyai sifat hipokolesterolemik adalah serat pangan. Serat pangan disini tidak hanya tentang sayur-sayuran, hal ini berlaku umum pada semua jenis pangan.
Serat pangan adalah bagian dari tanaman yang termasuk dalam golongan karbohidrat, tahan terhadap pencernaan dan absorpsi usus kecil manuasia. Serat pangan dapat diklasifikasikan berdasarkan perbedaan struktur di dalamnya menjadi selulosa, hemiselulosa, pektin, gum, mucilage dan lignin.
Berdasarkan kelarutannya dalam air, serat pangan di bagi menjadi 2 yaitu serat pangan larut air dan serat pangan tidak larut air. Penelitian telah banyak membuktikan bahwa serat pangan memainkan peran penting dalam metabolisme kolesterol dengan menurunkan total kolesterol dan LDL kolesterol dalam plasma darah. Dalam masyarakat umum, LDL sering disebut dnegan kolesterol jahat.
Secara umum, serat pangan larut air lebih efisien dalam menurunkan total kolesterol dibandingkan dengan serat tidak larut air, dengan menurunkan kadar LDL kolesterol tanpa berpengaruh secara nyata terhadap HDL kolesterol dan trigliserida.
Serat pangan mampu mereduksi absorpsi kolesterol dan reabsorpsi asam empedu dalam usus. Ekskresi asam empedu dalam jumlah banyak akan menyebabkan penurunan sirkulasi asam empedu enterohepatik yang diikuti dengan peningkatan konversi kolesterol menjadi asam empedu dalam hati dan peningkatan sirkulasi kolesterol dalam darah menuju hati. Sehingga kadar kolesterol darah menurun.
Serat pangan juga berkaitan dengan reduksi sekresi insulin. Serat pangan mempunyai efek glikemik yang rendah pada glukosa darah. Serat pangan larut air akan menurunkan kecepatan absorpsi glukosa, sehingga menurunkan glukosa darah diikuti dengan rendahnya sekresi insulin. Hal ini menyebabkan reduksi sintesis kolesterol di hati karena insulin diketahui bersifat memicu hati untuk mensintesis kolesterol. Dengan rendahnya kadar insulin, hati lebih sedikit menghasilkan kolesterol.
Serat pangan pangan tidak tercerna pada usus halus, sehingga masuk ke kolon. Pada kolon serat pangan aan difermentasi oleh bakteri baik, menghasilkan asam lemak rantai pendek yaitu asam asetat, asam propionat dan asam butirat. Asam lemak rantai pendek tersebut dapat diabsorpsi di kolon. Selain itu asam propionat akan menghambat biosintesis kolesterol oleh hati.
Lalu dari mana saja sumber serat pangan?
Ada banyak sumber serta pangan yang mudah kita dapatkan. Misalnya dari brown rice atau nasi merah. Beras merah merupakan beras yang masih mempunyai kulit ari, hal ini berdampak pada lebih banyaknya kandungan serat pangan dalam beras merah saat dimasak.
Sumber yang lain adalah umbi-umbian, misalnya ganyong. Ganyong atau dalam beberapa daerah disebut kerut atau garut mempunyai kandungan pati resisten yang tinggi. Pati resisten ini tidak tercerna dalam usus, melaikan akan difermentasi pada kolon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar