Kamis, 30 April 2015

Kenapa Zionis Israel Caplok Masjid al-Aqsha ?

Pertanyaan yang cukup menarik adalah, sepenting apakah posisi Masjid al-Aqsha di mata orang-orang Zionis, sehingga mereka begitu terobsesi mencaplok situs tersebut? Mitos Kuil Sulaiman (Temple of Solomon) adalah jawabannya.

Selama ini, orang-orang Yahudi, terutama kalangan Zionis, meyakini bahwa Raja Solomon (Nabi Sulaiman dalam Islam—Red) pernah membangun haikal atau kuil pertama Yahudi kuno di Yerusalem. Mereka mengklaim kuil tersebut berada di lokasi Haram asy-Syarif sekarang—yang oleh orang-orang Barat disebut sebagai Temple Mount.

Atas dasar asumsi itulah, kaum Zionis meluncurkan beberapa proyek arkeologi di sekitar kompleks Baitul Maqdis untuk menemukan keberadaan Kuil Sulaiman. Pada 1970, pemerintah Israel memulai penggalian secara intensif di sisi selatan dan barat luar tembok Masjid al-Aqsha.

Orang-orang Palestina menduga kuat penggalian terowongan di bawah Masjid al-Aqsa itu hanya bertujuan untuk melemahkan fondasi tempat suci umat Islam tersebut. Namun, tuduhan itu ditampik oleh Israel.

“Kami tidak mencoba meruntuhkan al-Aqsa. Karena ekskavasi yang kami lakukan berjarak 70 meter arah selatan dari masjid itu 70 meter,” kata arkeolog Israel Finkelstein dalam artikel In the Eye of Jerusalem’s Archaeological Storm  yang diterbitkan The Jewish Daily Forward pada Mei 2011.

Selanjutnya, Departemen Arkeologi Kementerian Agama Israel kembali menggali terowongan di dekat bagian barat Masjid al-Aqsa pada 1984. Utusan khusus UNESCO di Yerusalem, Oleg Grabar melaporkan, struktur dan bangunan di kompleks Haram asy-Syarif semakin memburuk kondisinya lantaran menjadi rebutan antara Israel, Palestina, dan Yordania.

Pada Februari 2007, Israel melakukan penggalian lagi di bawah kompleks Baitul Maqdis. Kali ini, okasi ekskavasi mereka semakin mendekati al-Aqsa, yakni hanya berjarak 60 meter dari masjid tersebut. Penggalian itu kembali memicu kemarahan umat Islam di seluruh dunia. Dugaan bahwa Israel memang tengah berusaha menghancurkan fondasi al-Aqsha pun semakin menguat.

Sampai sejauh ini, belum ada tanda-tanda keberadaan sisa-sisa Kuil Sulaiman di kompleks al-Aqsa. Dari sekian banyak penggalian yang dilakukan, Israel hanya menemukan terowongan kuno peninggalan Raja Jeconiah (yang memerintah Kerajaan Yehuda/Israil Selatan dari 598-597 SM).

“Kaum Zionis mengklaim upaya mereka mencari Kuil Sulaiman yang hilang telah berhasil, hanya lantaran menemukan reruntuhan terowongan Raja Jeconiah. Padahal, temuan itu sama sekali tidak ada kaitannya dengan Kuil Sulaiman. Terowongan itu juga tidak memiliki makna keagamaan apa pun,”  tutur Kais al-Kalby dalam karyanya History of al-Aqsa.

Saat Kesulitan Datang Bertubi Tubi

Masalah memang akan selalu hadir pada diri manusia. Dari ringan yang disepelekan, sampai yang berat hingga membuat stress. Namun mari sama sama kita renungkan satu kalimat ini;

“jika ingin menemui fajar, maka bersiaplah menghadapi malam”

Kita pasti faham apa makna kalimat di atas. Jika masalah diibaratkan malam, maka fajar adalah kabar gembira yang akan segera datang. hadapilah masalah yang membebani kita dengan tenang dan sabar, sebagaimana tenangnya kita saat tidur terlelap di malam hari. Sungguh pada malam yang pekat, jika kita mau berfikir terdapat pelajaran yang amat berharga; yaitu, kita belajar tenang dan sabar menghadapi masalah juga kita belajar untuk yakin se yakinnya, bahwa fajar kemenangan pasti akan datang tepat pada waktunya.

“maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”. (Al-Insyiroh : 5-6)

Setelah lapar ada kenyang, setelah sakit ada kesembuhan, setelah begadang ada tidur pulas, dalam kesulitan ada kemudahan, dalam kesesatan akan selalu ada petunjuk, dan di setiap kegelapan akan ada terang benderang. Katakan pada mereka tidak ada seutas tali yang meregang kencang kecuali tali itu akan putus segera. Sampaikan pula kabar gembira kepada malam hari bahwa sang fajar pasti datang mengusirnya. Kabarkan juga pada orang-orang yang dilanda kesusahan dan kesulitan, bahwa pertolongan Allah teramat dekat dan akan segera datang secepat kedipan mata.

Bagaimana Musa a.s menyelesaikan masalahnya ketika harus lari dalam kejaran pasukan Fir’aun dan harus terbentur dengan lautan luas?? Kecuali Allah menyertainya dan membantu masalahnya. Juga Ibrahim bagaimana mungkin tidak terbakar saat di panggang oleh raja Namrud?? Kecuali Allah menyertainy, dan menjadikan api itu menjadi dingin. Juga sang kekasih Muhammad Saw beserta sahabatnya Abu Bakar As-Sidik yang bersembunyi di dalam gua dari kejaran kaum kafir, bagaimana bisa selamat?? Kecuali Allah pun menyertainya, dan Allah perintahkan laba-laba untuk membuat sangkarnya yang telah rusak, dan burung-burung untuk tetap tenang dalam sangkarnya. Sehingga kaum kafir yang mengejar ke gua tersebut berfikir, tak mungkin Muhammad ke dalam gua ini, sedangkan kita lihat sarang laba-laba ini tidak rusak sama sekali.

“tenang sahabatku Abu Bakar, sesungguhnya Allah bersama kita; innallaha ma’ana”

Allah melihat, mendengar. Akan selalu berperan menolong hamba-Nya yang kesusahan. Sifat tawakkal padanya harus disuburkan. Keyakinan akan pertolongannya harus selalu dipupuk. Jika musyrik saja masih ditolong, bagaimana yang bertauhid??

Maka dari itu, jangan pernah bergesar setapak pun dari jalan-Nya yang lurus. Jangan pernah merasa terhimpit sejengkal pun, karena keadaan pasti berubah. Tetap tenang dan sabar serta perbanyak istighfar adalah cara bijak menghadapi semua masalah.

“Dan hendaklah kalian meminta ampun (beristighfar) kepada Tuhan mu dan bertaubat kepada-Nya, niscaya Dia akan memberikan kenikmatan yang baik kepada kalian sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan keutamaan kepada tiap tipa orang yang mempunyai keutamaan…”(Huud : 11).

Wallhu’alam bisshowab.

Bolehkah Menyebut Kisah Maksiat Bertaubat Sebagai Hikmah ?

“Bagaimana mauqif kita terhadap mantan pelaku maksiat yang diumbar (atau mengumbar masa lalunya) di depan umum?”

Untuk masalah di atas, ada tafshil atau rincian. Tergantung pula getaran qalbu sang mantan.

Tapi BUKAN tradisi ulama: mengangkat-angkat mantan pelaku maksiat yang belum lama taubat dan belum banyak berilmu. Benar bahwa di balik cerita masa lalu ada ibrah. Namun, selayaknya seorang mantan pelaku maksiat TIDAK menjahrkan masa lalunya. Jika memang murni karena dakwah agar orang lain meninggalkan maksiat tersebut, maka semoga Allah ganjari pahala. Tapi, jenis para pemeluk hidayah semacam ini, sangat sangat rentan terkena penyakit ujub; bahkan bisa jadi ada sinar-sinar rasa bangga bahwa dulu dirinya begini begitu.

Dan bukan Iblis namanya kalau tidak men-talbis.

Jika ulama rabbany saja, para antek Iblis berusaha menggoda dengan weaponry yang mematikan seperti: riya, ujub dan sum’ah; maka lebih-lebih juhala yang belum banyak menyerap ilmu. Mungkinlah banyak menimba ilmu, tapi menyerap ilmu itu membutuhkan waktu berzaman-zaman. Belum bisa orang baru kemarin hari terbit di Timur, lalu langsung diangkat ke ufuk atas hanya karena dia pernah merasakan kegelapan sebelumnya. Lebih mirisnya, jika menceritakan kegelapan-kegelapan yang telah Allah tutupi dari mata masyarakat.

Wahai saudaraku, ikutilah tradisi para ulama, jika MEMANG antum benar ingin mencari ilmu dan jika MEMANG antum ingin benar-benar mengamalkannya. Para ulama, mereka bersungguh-sungguh mencari ilmu, meski hanya sebait hadits. Mereka bersedia jiwa raga menghafalnya. Bahkan, mereka bertarung dengan serangan terik matahari dan cekikan padang pasir hanya demi satu hadits. Dan mereka melakukan itu bukan karena sekadar ‘fulan’ atau ‘ingin melihat fulan’, apalagi melihat mantan penyanyi dan semacamnya.

Wahai para pemateri, -lebih-lebih penyelenggara-, didiklah kaum muslimin agar mencari ilmu TIDAK KARENA SIAPA PEMATERI, melainkan karena memang kita diwajibkan mencari ilmu. Jika antum sekalian beralasan bahwa mendatangkan fulan dan fulan akan menambah daya tarik orang-orang awam, ya…semoga upaya antum diberkahi, namun jika akibatnya para awam itu terdidik datang ke kajian karena fulan dan fulan, maka antum semua responsible (bertanggung jawab). Didiklah kaum awam untuk mengkaji rutin secara runut, sebagaimana dahulu antum ketika masih awam pun dididik oleh para asatidzah secara runut, dengan dibekali kitab atau modul atau kertas-kertas.

Wahai kaum muslimin tanah air, sadarlah kian bahwa kita sudah ‘terlanjur’ diselangkangi orang-orang kafir dan munafik. Kalau kita masih acak-acakan, hafal al-Qur’an atau Hadits pun malas, merasa yang penting datang, atau terus-terusan bertahun-tahun di dalam penjara keawaman, maka nikmati terus kondisi umat. Wahai kaum muslimin tanah air, berpijaklah pada dua asas yang tiada ketiganya, yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah.

Wahai kita yang masih ada dzauq iman di qalbu-qalbu kita, ambillah al-Qur’an dan kitab-kitab tafsir. Telaah ayat-ayat dengan tafsirnya.

Wahai kita yang masih ada dzauq cinta Nabi, betapa sepinya pemandangan kita akan Shahih al-Bukhary, Shahih Muslim, kitab-kitab Sunan. Mana? Mana?

Wahai yang merasa bahwa dirinya adalah pencari ilmu, gantilah kedustaan-kedustaan yang selama ini kita umbar. Kita bertengger seolah kita adalah thullaab al-ilm, padahal kita adalah wartawan jejaring sosial.

Wahai saudara-saudari saya, dan wahai pula saya, yakinlah bahwa selama kita ikhlas mencari ilmu dan ikhlas mengamalkannya, sepahit-pahit apapun zahir realita kita, Allah tetap menurunkan sakinah ketenangan ke qalbu-qalbu kita. Jika ada kegalauan di qalbu kita, ketahuilah penyebabnya cuma ada dua:

[1] Maksiat, atau

[2] Tidak mengamalkan ilmu

Hanya itu. Dan ini nasehat untuk kita semua. Tidak diinginkan kecuali kebaikan semoga. Dan tiada kebaikan, batin maupun zahir, kecuali itu semua dari Allah Ta’ala. Dan itu semua akan kembali kepada Allah Ta’ala.

وَأَنَّ إِلَىٰ رَبِّكَ ٱلْمُنتَهَىٰ

“Dan bahwasanya kepada Rabbmu-lah kesudahan (segala sesuatu).” [Q.S. An-Najm: 42]

@Ustadz Hasan Al Jaizy, Lc.

Menjadi Pelopor Kebaikan

Sebagai seorang Muslim tentu telah menjadi kewajibannya untuk melakukan amar makruf nahi munkar, yakni mengajak pada kebaikan dan mencegah dari yang mungkar. Sikap seperti inilah yang menjadi nilai plus dari kaum Muslimin. Dan tahukan Anda, bahwa hal ini merupakan sesuatu yang paling istimewa bagi orang yang dapat melakukannya.

Menjadi seorang pelopor kebaikan tentu tidaklah mudah. Kita harus bisa mengubah diri sendiri ke arah yang baik pula. Barulah kita ajak orang lain sesama Muslim untuk melakukan kebaikan. Karena, orang yang mempelopori kebaikan adalah orang yang memiliki kemuliaan di mata Allah dan Rasul-Nya.

Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa mencontohkan kebaikan dan diamalkan seoeninggalnya, maka ia mendapatkan pahala dari amal tersebut ditambah seperti pahala orang-orang yang mencontohnya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan, barangsiapa mencontohkan keburukan dan diamalkan sepeninggalnya, maka ia mendapatkan dosa dari amal tersebut ditambah seperti dosa orang-orang yang mencontohnya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun,” (Hadis Shahih, lihat shahih al-Jami’, hadis nomor: 6306).

Bagaikan berinvestasi, maka dengan menjadi pelopor kebaikan, maka sepeninggal kita, apabila ada yang mengikuti, tetap pahala kita akan bertambah. Begitu pun apabila menjadi pelopor keburukan, maka pahala (dosa) dari keburukan kita pun akan bertambah. Naudzubillah.

Rasulullah SAW bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya Allah memberi hidayah kepada seorng laki-laki dengan perantara kamu, itu lebih baik bagimu daripada mndapatkan unta merah,” (Hadis Shahih, lihat shahihul Jami’, hadis nomor: 7094).

Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa memohon ampunan untuk kaum mukminin dan mukminat, maka Allah mencatat untuknya satu kebaikan dari setiap mukmin dan mukminah,” (Hadis Hasan, lihat Shahihul Jami’, Nomor hadis: 6026).

Subahanallah bukan? Ternyata betapa besar kasih sayang Allah kepada orang-orang yang menyaangi dan peduli pula pada saudara seimannya. Oleh sebab itu, jadikan diri kita sebagai pelopor kebaikan. Dengan ters berusaha dan berupaya memperbaiki diri, dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari, yang akan membuat orang lain tertarik untuk mengikuti langkah kita, hingga ia pun mengubah perilaku buruknya pada kebaikan. Wallahu ‘alam.

@Sumber: Bersama Allah SWT Sepanjang Hari/Karya: H. Ahmad Heryawan, Lc

Ini Dia Manfaat Shalat Tahajjud

ALLAH berkata kepada Nabi Dawud : “Berdusta seseorang yang mendaku cinta kepada-Ku, namun di kala malam tiba, ia tidur pulas meninggalkan-Ku”

Kehidupan malam selalu menawan hati para sufi untuk senantiasa menghidupkan dan mengisinya dengan aneka ragam ibadah. Bagi mereka malam adalah keteduhan. Malam juga berarti ruang yang amat sayang jika dihabiskan dengan tidur lelap. Oleh karena itu kita patut mengapresiasi usahan mereka yang tidak ingin sedikitpun kehilangan indahnya munajat qiyamul lail.

Hasan Al-Bashri pernah ketika ditanya perihal cahaya di wajah orang yang gemar menghidupkan malam, ia menjawab : “Hal itu karena mereka rela meluangkan waktu untuk Sang Maha Penyanyang, maka Allah memberikan kepada mereka Cahaya-Nya.”

Begitulah dalam keseharian kita akan menyaksikan, ada wajah-wajah yang penuh aura, yang memancarkan cahaya keteduhan. Percayalah, keteduhan itu berasal dari dalam jiwanya yang senantiasa damai bersama Allah.

Kesyahduan malam telah menumpahkan air mata kaum sufi, sebab mereka sadar bahwa hanya di malam hari seorang hamba diistimewakan dengan tersingkapnya takdir. Maka tak ayal air mata membasahi setiap munajatnya. Keheningan malam menjadi aransemen indah yang membawa seseorang dapat memusatkan konsentrasi kepada Tuhannya.

Suatu ketika ada seseorang bertamu ke rumah Imam Al-Auza’i, lalu tamu tersebut melihat ada yang basah di tempat sujud Al-Auza’i. Semula hal itu dikiranya basah sebab najis. Namun kemudian diketahui bahwa hal itu adalah bekas tangis Al-Auza’I dalam sujudnya.

Selain itu, beberapa data ilmiah membuktikan adanya hubungan shalat tahajud dengan kesehatan, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan Dr. Abdul Hamid Diyab dan Dr. Ah Qurquz yang mengungkapkan bahwa shalat malam atau shalat tahajud dapat meningkatkan daya tahan tubuh kita sehingga tidak mudah terkana penyakit. Hal ini terjadi karena ketika orang bangun tidur malam hari, berarti menghentikan kebiasaan tidur dan ketenangan terlalu lama yang merupakan salah satu faktor pencetus terjadinya penyumbatan pembuluh darah. Aktifitas shalat malam, untuk menghadap Allah SWT akan menenangkan hati dari segala kegundahan dan kegelisahan hidup yang dialami.

Shalat Tahajud memiliki kandungan aspek meditasi dan relaksasi yang cukup besar, dan memiliki pengaruh terhadap kejiwaan yang dapat digunakan sebagai strategi penanggulangan adaptif pereda stres. Sebagaimana juga dijelaskan Dr. M.Soleh bahwa stres punya pengaruh yang besar terhadap ketahanan tubuh seseorang. Dan stres, baik fisik maupun psikis menyebabkan terjadinya pengeluaran cairan tubuh (hormon) cukup banyak dan penguapan dari tubuh yang lebih cepat.

Dalam sebuah hadist Rasulullah bersabda, “Shalat tahajud dapat menghapus dosa, mendatangkan ketenangan, dan menghindarkan diri dari penyakit.” (HR Tirmidzi)

Prof. Dr. Muhammad Sholeh, dari Surabaya, telah membuktikan satu dari sekian banyak ilmu yang terkandung di dalam Al-Quran secara ilmiah menurut Ilmu Kedokteran, melalui penelitian disertasi dalam bidang Ilmu Kedokteran pada program pascasarjana Universitas Surabaya, dengan judul “Pengaruh Shalat Tahajud Terhadap Peningkatan Perubahan Respon Ketahanan Tubuh Imunologik: Suatu Pendekatan Psikoneuroimunologi”. Beliau menyimpulkan, jika melakukan shalat tahajud secara rutin, benar gerakannya, ikhlas dan khusuk niscaya (dengan seizin Allah SWT) akan terbebas dari penyakit infeksi dan kanker.

Keistimewaan dan manfaat shalat tahajud sudah tidak diragukan lagi. Sebagaimana juga diterangkan dalam hadis shahih Bukhari dan Muslim : Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anh, “Tatkala Rasulullah SAW ditanya apakah shalat yang lebih utama selain shalat lima waktu, beliau menjawab ‘shalat ditengah malam’.”

Sepertiga malam ketiga inilah waktu yang paling afdhol untuk berdoa dan paling sering dilakukan oleh Rasulullah, karena ini merupakan waktu paling diijabahnya doa. Di waktu itulah Allah akan mengabulkan doa orang yang berdoa, memberi sesuai bagi yang meminta, dan mengampuni yang memohon ampun pada-Nya.

“Allah turun ke langit dunia setiap malam pada 1/3 malam terakhir. Allah berfirman, Siapa yang berdoa kepada-Ku niscaya Aku kabulkan! Siapa yang meminta kepada-Ku niscaya Aku beri! Siapa yang meminta ampun kepada-Ku tentu Aku Ampuni!. Demikianlah keadaannya hingga terbit fajar” (HR. Bukhari dan Muslim)

Keajaiban Hadits Larangan Meniup Minuman

Banyak hal yang disabdakan Rasulullah -baik berupa informasi, perintah maupun larangan- baru diketahui hikmah atau penjelasan ilmiahnya setelah beberapa abad kemudian. Salah satunya adalah larangan meniup minuman.

Mengapa Rasulullah melarang meniup minuman? Di zaman sahabat Nabi, tidak ada pertanyaan ini. Apalagi bagi Abu Bakar yang bergelar Ash Shidiq. Senantiasa membenarkan dan mematuhi Rasulullah; tanpa reserve. Dan itulah derajat keimanan tertinggi. Begitu seseorang sudah mengakui bahwa Muhammad adalah Rasulullah, selesai semua urusan. Ia tidak perlu mempertanyakan sabda beliau atau berusaha mengkritisinya.

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى . إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى

“Dan tidaklah dia -Muhammad- itu berbicara dari hawa nafsunya, tidaklah yang diucapkannya itu melainkan wahyu yang diwahyukan kepadanya.” (QS. An-Najm: 2-3)

Begitu Rasulullah melarang sesuatu, para sahabat kemudian mematuhi larangan itu. Pun saat Rasulullah melarang meniup-niup minuman, larangan itu dipatuhi tanpa perlu mengkritisi. Larangan itu dijaga tanpa perlu mencari apa alasannya. Cukuplah alasannya, karena Rasulullah telah mensabdakannya.

Barulah pada generasi sesudahnya mulai dicari apa hikmahnya. Meskipun bukan sebuah keharusan bagi seorang muslim untuk sampai pada tingkatan mengetahui hikmah di balik larangan dan perintah, tersingkapnya hikmah dapat kian menguatkan keimanan. Bahwa ajaran Islam ternyata selaras dengan ilmu pengetahuan. Seperti kata Hasan Al Banna, “Pandangan syar’i dan pandangan logika memiliki wilayahnya masing-masing yang tidak dapat saling memasuki secara sempurna. Namun demikian, keduanya tidak pernah berbeda dalam masalah yang qath’i (absolut). Hakikat ilmiah yang benar tidak mungkin bertentangan dengan kaidah-kaidah syariat yang tsabitah (jelas).”

Pun dengan larangan meniup minuman ini. Dengan semakin berkembangnya sains kemudian diketahui bahwa ketika manusia bernafas, ia menghirup oksigen (O2) dan mengeluarkan karbondioksia (C02). Artinya, ketika seseorang meniup sesuatu, sebenarnya ia mengeluarkan CO2. Sementara itu, makanan atau minuman yang panas mengeluarkan uap air (H2O). Dan bukankah yang biasa ditiup orang hanya makanan atau minuman yang panas?

Apa yang terjadi jika minuman panas ditiup? Bertemulah H20 dengan CO2. Jadilah H2CO3. H2CO3 merupakan senyawa asam karbonat (Carbonic Acid) yang berfungsi untuk mengatur tingkat keasaman (pH) di dalam darah. Mengkonsumi makanan/minuman yang mengandung H2CO3 membuat keasaman dalam darah meningkat (asidosis). Jika terus-terusan mengkonsumsi makanan/minuman yang mengandung H2C)3, maka kinerja ginjal pun jadi menurun atau bahkan tidak berfungsi normal akibat asidosis berat.

Karena itulah para dokter dan ahli kesehatan di abad modern merekomendasikan menunggu minuman/makanan panas tanpa meniupnya. Padahal sejak abad ketujuh, Rasulullah telah menyampaikan hal senada dalam sabdanya:

عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- نَهَى عَنِ النَّفْخِ فِى الشُّرْبِ

Dari Abu Said Al Khudri bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melarang meniup minuman (HR. Tirmidzi)

Masya Allah… ternyata setelah berabad-abad baru diketahui penjelasan ilmiahnya. Lalu siapa yang mengajari Rasulullah kalau bukan Allah?! Maha Benar Allah dan semakin terbuktilah kebenaran agama Islam.

Wallahu a’lam bish shawab.

Kelembutan dan Ketegasan dalam Kepemimpinan

Dalam sejarah Islam, ada perbedaan fundamental ketika menyebut dua tokoh besar, Abu Bakar dan Umar. Abu Bakar dikenal sebagai sosok yang mempunyai karakter kepribadian yang lembut. Sedangkan Umar, memiliki karakter kepribadian yang keras. Meski demikian, keduanya bertemu pada kata, ‘tegas’.

Mahmud Abbas Aqqād dalam serial kejeniusannya menyebutkan bahwa kunci kepribadian Abu Bakar terletak pada kata: “al-i`jāb bi al-buṭūla”[kekaguman kepada pahlawan](lihat: `abqariyyatu al-ṣiddīq, Abbas Aqqād, 48). Sedangkan Umar, digambarkan dengan kunci kepribadian: “ṭabī`atu al-jundi”[karakter keprajuritan, keiraan, ketentaraan](lihat: `abqariyyatu `Umar, Abbas Aqqād, 67).

Sepanjang Nabi Muhammad hidup, kita menjumpai penyikapan berbeda terhadap keduanya. Abu Bakar dengan kunci kepribadian dan sifat lembutnya, selalu berusaha seratus persen meniru Rasulullah ṣallallāhu `alaihi wasallam. Karena itu sangat wajar jika dirinya dengan Rasulullah hampir selalu ada persamaan. Sedangkan Umar dengan kunci kepribadian dan sifat kerasnya, kadang-kadang dengan tegas menanyakan secara logis dan tegas perintah Rasul (tanpa mengurangi rasa cinta dan taatnya pada Rasul).

Uniknya meski Abu Bakar sifat dasarnya adalah lembut, namun pada peristiwa tertentu, ternyata ia juga bisa keras. Di waktu menjabat menjadi khalifah, salah satu misinya ialah merealisasikan perintah Rasul berupa mengirim pasukan yang dipimpin Usamah bin Zaid dan memerangi orang orang yang murtad dan tidak mau berzakat. Banyak sekali yang memprotes kebijakannya, seperti Umar.

Namun demikian, coba simak jawaban tegasnya: “Demi Allah, kalau mereka enggan (membayar zakat) seekor unta-dalam riwayat lain seutas tali- yang mereka tunaikan pada masa Nabi, maka sungguh akan aku perangi mereka. Zakat adalah hak harta. Demi Allah, aku akan memerangi orang yang membeda-bedakan antara shalat dan zakat”(baca: bidāyah wa al-nihāyah, Ibnu Katsir, 6/311).

Adapun Umar, meski mempunyai sifat dasar keras, namun ia juga memiliki sisi lembut di dalam hatinya. Dalam sejarah yang sudah masyhur disebutkan bahwa ketika Ummu Abdillah binti Hantamah mau hijrah ke Habasyah, ia merasakan kelembutan dari sikap Umar. Waktu itu Umar berkomentar: “Semoga Allah menyertaimu”(hal: 41). Kemudian ia juga terenyuh setelah memukul adiknya, Fatimah.

Ketika menjadi khalifah, banyak kisah yang menunjukkan kelembutan hatinya. Hatinya sangat tergerak setiap melihat berbagai tindakan yang menyengsarakan rakyat. Dikisahkan bahwa pada suatu malam ia mengadakan penyelidikan untuk melihat apakah masih ada rakyat yang miskin, sehingga ketika ia menjumpai ada ibu dan anak kelaparan, maka ia ambil sendiri makanan dari daulah untuk dibagikan padanya.

Dari sifat keduanya (lembut dan keras), kita bisa mengambil pelajaran berharga. Pertama, keras dan lembut itu dibutuhkan pada saatnya yang tepat. Ketika aturan agama dilanggar, maka sifat keras digunakan. Adapun selain dari itu, maka dengan lembut. Kedua, sifat lembut dan keras, tidak menafikan ketegasan. Meski memiliki sifat berbeda, Abu Bakar dan Umar mampu menunjukkan ketegasannya. Ketiga, kelembutan sangat penting dalam kegiatan dakwah. Sedangkan keras, sangat penting dalam kapasitas sebagai pemimpin ketika menghadapi pelanggaran.

Sangat pas sekali gambaran Alquran ketika menggambarkan: “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka”(Al-Fath: 29). Suatu gambaran nyata bagaimana sifat keras dan lembut diberlakukan sesuai dengan porsi dan posisinya yang tepat. Kaum muslimin semestinya banyak belajar dari keduanya. Karena dari keduanya –melalui sejarah- kita tahu bahwa embrio peradaban lahir.

Hukum Ziarah Kubur, Adab-adab, dan Larangannya

Beberapa hari belakangan ini banyak pemberitaan mengenai kubur salah seorang da’i nasional yang diziarahi oleh masyarakat banyak. Namun, ziarah yang dilakukan oleh sebagian masyarakat tersebut menuai kontroversi dan kritik dikarenakan sudah melanggar batasan-batasan Islam mengenai ziarah.

Berikut ini kami ringkaskan pembahasan mengenai hukum ziarah kubur dan adab-adabnya dari kitab Fiqih Islami wa Adilatuhu karangan Syaikh Prof. DR. Wahbah Az Zuhaili, seorang ulama fiqih dari Suriah yang sangat masyhur. Kami lengkapi juga dari sumber-sumber lain.
Tentang Ruh si Mayit

Pendapat Ahlu Sunnah wal Jamaah, bahwa ruh yaitu jiwa yang dapat berbicara, yang mampu untuk menjelaskan, memahami objek pembicaraan, tidak musnah karena musnahnya jasad. Ia adalah unsur inti, bukan esensi. Ruh-ruh orang yang sudah meninggal itu berkumpul, lalu yang berada di tingkatan atas bisa turun ke bawah, tapi tidak sebaliknya.

Menurut Salafush Shahih dan para pemukanya, bahwa siksa dan kenikmatan dirasakan oleh ruh dan badan mayat. Ruh tetap kekal setelah terpisah dari badan yang merasakan kenikmatan atau siksaan, kadang juga bersatu dengan badan sehingga merasakan juga kenikmatan dan siksaan. Ada pendapat lain dari Ahlus Sunnah bahwa kenikmatan dan siksa untuk badan saja, bukan ruh.
Hukum Ziarah Kubur

Untuk kaum laki-laki, ulama fiqih tidak ada pertentangan mengenai hukumnya, yakni sunnah. Bahkan Ibnu Hazm mengatakan, ‘”Sesungguhnya ziarah kubur itu wajib, meski sekali seumur hidup, karena ada perintahnya.”

Namun, untuk perempuan, ulama fiqih berselisih pendapat.

1. Sunnah Bagi Perempuan, Seperti Halnya Laki-laki
Ini adalah pendapat paling shahih dalam madzhab Hanafi. Dalilnya adalah keumuman nash tentang ziarah. Sebagaimana dalam sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Aku pernah melarang kalian untuk berziarah kubur, maka ziarahilah (sekarang)! Karena sesungguhnya ziarah kubur dapat mengingatkan kalian akan kematian.” (HR Muslim dari Abu Buraidah).

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah bahwa, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mendatangi makam syuhada Uhud setiap awal tahun, seraya bersabda, ‘Keselamatan bagi kalian atas kesabaran kalian, sungguh sebaik-baik tepat tinggal terakhir.’”

Namun mereka juga mengatakan bahwa tidak diperbolehkan kaum perempuan berziarah jika untuk mengingat kesedihan, menangis, atau melakukan apa yang biasa dilakukan oleh mereka, dan akan terkena hadits, “Allah melaknat wanita yang sering berziarah kubur.” Namun, jika tujuannya mengambil pelajaran, memohon rahmat Allah tanpa harus menangis, maka diperbolehkan.

2. Makruh Bagi Perempuan
Ini adalah pendapat mayoritas ulama. Sebab asal hukum ziarah mereka itu dilarang, lalu dihapus. Sebagaimana dalam sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Aku pernah melarang kalian untuk berziarah kubur, maka ziarahilah (sekarang)!”

Sebab dimakruhkannya perempuan untuk ziarah kubur karena mereka sering menangi, berteriak, disebabkan perasaannya lembut, banyak meronta, dan sulit menghadapi musibah. Namun, hal itu tidak sampi diharamkan.

Dalam riwayat Muslim, Ummu Athiyah berkata, “Kami dilarang untuk berziarah kubur, tetapi beliau tidak melarang kami  dengan keras.”

Imam At Tirmidzi meriwayatkan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata, “Allah melaknat wanita yang sering berziarah kubur.” (shahih).

Akan tetapi, menurut madzhab Maliki, hal ini berlaku untuk gadis, sedangkan untuk wanita tua yang tidak tertarik lagi dengan laki-laki, maka dihukumi seperti laki-laki.
Tatacara dan Adab Ziarah Kubur

Tujuan utama ziarah kubur adalah mengingat mati dan mengingat akhirat sebagaimana dinyatakan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Aku pernah melarang kalian untuk berziarah kubur, maka ziarahilah (sekarang)! Karena sesungguhnya ziarah kubur dapat mengingatkan kalian akan kematian.” (HR Muslim dari Abu Buraidah)

Dari Anas bin Malik, “Sesungguhnya ziarah itu akan melunakkan hati, mengundang air mata dan mengingatkan pada hari kiamat.” (HR Al Hakim).

Oleh karena itu, tujuan itu harus senantiasa dipancangkan di dalam hati orang yang berziarah.
Selain itu, ada beberapa adab dalam berziarah kubur:

1. Dianjurkan Melepas Alas Kaki
Dianjurkan menurut madzhab Hanbali, melepas sandal ketika masuk ke areal pemakaman karena ini sesuai dengan perintah dalam hadits Busyair bin Al Khashahshah:

Ketika aku berjalan mengiringi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, ternyata ada seseorang berjalan di kuburan dengan mengenakan kedua sandalnya. Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan “Hai pemakai dua sandal, tanggalkan kedua sandal kamu!” Orang itu pun menoleh. Ketika dia tahu bahwa itu ternyata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, ia melepaskannya serta melemparkan keduanya. (HR. Abu Dawud, hasan).

Diperbolehkan tetap memakai sandal jika ada penghalang semacam duri, kerikil yang panas, atau semacam keduanya. Ketika itu, tidak mengapa berjalan dengan kedua sandal di antara kuburan untuk menghindari gangguan itu.

2. Mengucapkan Salam
Disunnahkan bagi orang yang berziarah mengucapkan salam kepada penghuni kuburan Muslim. Adapan ucapan salam hendaklah menghadap wajah mayat, lalu mengucapkan salam sebagaimana telah diajarkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada para Shahabatnya ketika mereka berziarah kubur,

“Assalamu ‘alaikum dara qaumin Mu’minin, wa insya Allah bikum laa hiqun.”
Artinya, “Keselamatan atas kalian di tempat orang Mukmin, dan kami insya Allah akan menyusul kalian juga.”

Atau bisa juga dengan lafal lain, “Assalamu ‘ala ahlid diyari minal Mu’minina wal Muslimin, wa inna insya Allah ta’ala bikum laa hiqun. As-alullahu lana wa lakumul afiyah.”

Artinya, “Keselamatan kepada penghuni kubur dari kaum Mukminin dan Muslimin, kami insya Allah akan menyusul kalian. Aku memohon keselamatan kepada Allah untuk kami dan kalian semua.”
Kedua lafazh salam tersebut diriwayatkan Imam Muslim.

3. Membaca Surat Pendek
Dianjurkan membacakan Al Quran atau surat pendek.  Ini adalah sunnah yang dilakukan di kuburan. Pahalanya untuk orang yang hadir, sedang mayat seperti halnya orang yang hadir yang diharapkan mendapatkan rahmat.

Disunnahkan membaca surat Yasin seperti yang diriwayatkan Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Hibban, dan Al Hakim dari Ma’qal bin Yassar, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Bacakanlah surah Yasin pada orang yang meninggal di antara kalian.”

Sebagian ulama menyatakan hadits ini dha’if. Imam Asy Syaukani dan Syaikh Wahbah Az Zuhaili menyebutkan bahwa hadits ini berstatus hasan. Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa membacakan Al Quran ini dilakukan saat sakaratul maut, bukan setelah meninggal.

4. Mendoakan si Mayat
Selanjutnya mendoakan untuk mayat usai membaca Al Quran dengan harapan dapat dikabulkan. Sebab doa sangat bermanfaat untuk mayat. Ketika berdoa, hendaknya menghadap kiblat.
Saat berziarah kubur di Baqi’, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdoa dengan lafazh, “Allahummaghfir li Ahli Baqi’il gharqad.”

5. Berziarah dalam Posisi Berdiri
Disunnahkan ketika berziarah dalam keadaan berdiri dan berdoa dengan berdiri, sebagaimana yang dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika keluar menuju Baqi’.
Selain itu, jangan duduk dan berjalan di atas pusara kuburan. Dalam riwayat Muslim, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Sungguh jika salah seorang dari kalian duduk di atas bara api sehingga membakar bajunya dan menembus kulitnya, itu lebih baik daripada duduk di atas kubur.” Sedangkan jika berjalan di samping atau di antara pusara-pusara kubur, maka itu tidak mengapa.

6. Menyiramkan Air di Atas Pusara
Diperbolehkan menyiramkan air biasa di atas pusara si mayat berdasarkan hadits berikut, “Sesungguhnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyiram (air) di atas kubur Ibrahim, anaknya, dan meletakkan kerikil di atasnya.”  Hadits diatas oleh Abu Dawud dalam Al Marasil, Imam Baihaqi dalam Sunan, Thabarani dalam Mu’jam Al Ausath. Syaikh Al Albani menyatakan sanadnya kuat di dalam Silsilah Ahadits Shahihah.
Sedangkan menyiram dengan air kembang tujuh rupa atau menabur bunga, maka itu tidak dituntunkan oleh syari’at.
Hal-hal yang Makruh dan Munkar Saat Berziarah

Madzhab Maliki menyatakan makruh hukumnya makan, minum, tertawa, dan banyak bicara, termasuk juga membaca Al Quran dengan suara keras. Tidaklah pantas bagi seseorang yang berada di pekuburan, baik dia bermaksud berziarah atau hanya secara kebetulan untuk berada dalam keadaan bergembira dan senang seakan-akan dia berada pada suatu pesta, seharusnya dia ikut hanyut atau memperlihatkan perasaan ikut hanyut di hadapan keluarga mayat.
Syaikh Wahbah Az Zuhaili menyebutkan, “Makruh hukumnya mencium peti yang dibuat di atas makam, atau mencium makam, serta menyalaminya, atau mencium pintunya ketika masuk berziarah makam aulia.”
Mengkhususkan hari-hari tertentu dalam melakukan ziarah kubur, seperti harus pada hari Jum’at, tujuh atau empat puluh hari setelah kematian, pada hari raya dan sebagainya, maka itu tak pernah diajarkan oleh Rasulullah dan beliau pun tidak pernah mengkhususkan hari-hari tertentu untuk berziarah kubur. Sedangkan hadits-hadits tentang keutamaan ziarah pada hari Jum’at adalah dha’if sebagaimana dinyatakan para Imam Muhaditsin. Oleh karena itu, ziarah kubur dapat dilakukan kapan saja.
Sedangkan shalat persis di atas kuburan seseorang dan menghadap kuburan tanpa tembok penghalang, maka ulama sepakat tentang ketidakbolehannya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Janganlah kalian shalat menghadap kuburan dan jangan pula kalian duduk di atasnya.”  (HR Muslim) Sedangkan jika di samping kubur, maka terjadi sejumlah perselisihan ulama, ada yang memakruhkannya, dan ada yang mengharamkannya. Demi kehati-hatian, kami berpendapat untuk tidak melaksanakan shalat di kompleks pekuburan. Selain itu, Ibnu Hibban meriwayatkan dari Anas bin Malik, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang dari shalat di antara kuburan.” Dikecualikan dari hal ini adalah bagi seseorang yang ingin melaksanakan shalat jenazah, tetapi tidak berkesempatan menshalati mayit saat belum dikuburkan.
Dilarang juga mengencingi dan berak di atas kuburan. Diriwayatkan Abu Hurairah, bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Barang siapa yg duduk di atas kuburan, yang berak dan kencing di atasnya, maka seakan dia telah menduduki bara api.”
Tidak diperbolehkan melakukan thawaf (ibadah dengan cara mengelilingi) kuburan. Hal ini sering dijumpai dilakukan oleh orang-orang awam di kuburan orang-orang shalih. Dan ini termasuk dalam kesyirikan. Thawaf hanya boleh dilakukan pada Baitullah Ka’bah. Allah berfirman, “Dan hendaklah mereka melakukan Thawaf disekeliling rumah yang tua (Baitul ‘Atiq atau Baitullah) itu.” (QS Al Hajj : 29)
Berdoa, meminta perlindungan, meminta tolong,  pada penghuni kubur juga tidak diperbolehkan, hukumnya haram dan merupakan kesyirikan. Berdoa hanya boleh ditujukan pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sedangkan berdoa dengan perantaraan si mayit (tawasul), maka hal itu diperselisihkan. Pendapat yang kuat adalah tidak diperbolehkan.
Tidak diperbolehkan memasang lilin atau lampu di atas pusara kuburan. Selain hal itu merupakan tatacara ziarah orang Ahli Kitab dan Majusi, dalam riwayat Imam Al Hakim disebutkan, “Rasulullah melaknat….dan (orang-orang yang) memberi penerangan (lampu pada kubur).”
Tidak boleh memberikan sesajen berbentuk apapun, baik berupa bunga, uang, masakan, beras, kemenyan, dan sebagainya. Juga dilarang menyembelih hewa atau kurban di kuburan. Selain itu, tidak boleh mengambil benda-benda dari kubur seperti kerikil, batu, tanah, bunga, papan, pelepah, tulang, tali dan kain kafan, serta yang lainnya untuk dijadikan jimat.

Inilah Keajaiban Shalat Khusyuk dari 6 Ulama

Para ulama terdahulu, banyak yang bias diambil tauladan dalam persoalan kekhusyuk dalam shalat.  Tak jarang saat menjalankan shalat dengan khusyuk, Allah  menunjukkan keaguangan-Nya berupa hal-hal yang terkadang sulit dinalar yang berlaku pada para ulamanya tersebut. Inilah 6 ulama yang kekhusyukkan shalatnya bsa diambil ibrah bagi kita semua.

Ar Rabi’ bin Khutsaim

Ar Rabi’ bin Khutsaim adalah seorang tabi’in yang dikenal amat khusyu’ dalam shalatnya. Hingga suatu saat seorang laki-laki yang biasa pergi ke masjid lebih awal menjumpai Ar Rabi’ bin Khutsaim sedang sujud.

Laki-laki itu pun menyatakan,”Ar Rabi’ bin Khutsaim jika bersujud seperti pakaian yang teronggok, hingga datang burung-burung pipit dan hinggap di atas tubuhnya.” (Shifat Ash Shafwah, 3/ 39)

Amir bin Abdillah

Amir bin Abdillah adalah ulama yang amat dikenal dengan kekhusyukan dalam shalatnya. Saat beliau sedang melaksanakan shalat, terkadang anak perempuan beliau menabuh rebana dan para wanita berbicara semau mereka di rumah beliau, sedangkan beliau tidak mendengarnya.

Hingga suatu saat ada yang bertanya kepada Amir bin Abdillah apakah pernah terlintas pikiran saat beliau shalat. Maka beliau menjawab,”Ya, yakni posisiku di hadapan Allah dan tempat kembaliku menuju salah satu dari dua kampung (surga atau neraka)”. (Ihya Ulumuddin, 1/242)

Amir bin Abdillah suatu saat melaksanakan qiyam. Tiba-tiba ada wujud seekor ular yang masuk dari bawah gamisnya, lalu keluar dari saku, namun tidak mencelakai beliau.

Ketika ada yang bertanya,”Kenapa engkau tidak mengibaskan ular itu darimu?” Amir Bin Abdillah yang merupakan seorang ahli ibadah di kalangan tabi’in ini menyampaikan,”Aku benar-benar malu kepada Allah, jika aku sampai takut kepada selan Dia”.

Amir bin Abdillah suatu saat ketika hendak wafat, beliau menangis. Mereka yang datang pun bertanya,”Apakah Anda menangis karena sakit saat sakaratul maut?” Amir bin Abdillah pun menjawab,”Aku menangis bukan karena sakitnya mati atau memberati dunia, namun karena aku tidak bisa lagi mendirikan qiyam al lail di musim dingin”. (Shifat Ash Shafwa, 3/202).

Bagi kebanyakan manusia qiyam al lail di musim dingin adalah amalan yang amat berat. Namun Amir bin Abdillah telah merasakan nikmatnya, hingga hal itu yang ditangisi beliau saat hendak wafat.

Abu Abdullah Al Marwazi

Abu Bakr Muhammad bin Ishaq mengisahkan,”Aku tidak mengetahui siapa yang shalatnya lebih bagus daripada Abu Abdullah Al Marwazi. Telah sampai kepadaku kabar bahwa suatu saat ada seekor zunbur (kumbang penyengat) menyengat dahinya, hingga darah mengalir ke wajahnya, namun ia tidak bergerak sama sekali (Shifat Ash Shfwah 4/130).

Mansur bin Al Mu’tamir

Mansur bin Al Mu’tamir memiliki seorang tetangga wanita, yang memiliki dua anak perempuan yang biasa naik ke atas atap di malam hari di saat manusia terlelap dalam tidurnya.

Suatu saat salah satu anak perempuan tetangga itu bertanya kepada ibunya tersebut,”Wahai ibu, untuk apa tiang yang aku saksikan berada di atas atap si fulan itu?”

Sang ibu pun menjawab,”Wahai anakku, itu bukanlah tiang, itu adalah Manshur yang sedang shalat semalam suntuk dengan satu rakaat.” (Shifat Ash Shafwah, 3/113)

Amru bin Utbah

Amru bin Utbah merupakan seorang tabi’in yang dikenal dengan kekhusyukan dalam shalat. Suatu saat beliau bersama beberapa sahabatnya mengikuti sebuah peperangan. Dan saat itu budak beliau mendapati bahwa Amru bin Utbah tidak ada pada tempatnya, hingga ia mencarinya.

Tak lama kemudian, sang budak menemukan bahwa majikannya sedang melaksanakan shalat di gunung sedangkan awan menaunginya. Dan suatu malam sang budak mendengar suara auman singa, sehingga siapa saja yang ada di tempat itu berlarian, hanya tinggal Amru bin Utbah yang sedang shalat.

Setelah persitawa itu, sang budak dan lainnya pun bertanya kepada Amru bin Utbah, ”Apakah Anda tidak takut singa?” Maka Amru pun menjawab, ”Sesungguhnya aku benar-benar malu kepada Allah, jika aku sampai takut kepada selain Dia”. (Shifat Ash Shafwah, 3/70)

Imam Al Bukhari

Imam Al Bukhari suatu saat melaksanakan shalat dhuhur bersama para sahabatnya. Setelah selesai, ulama besar ini melaksanakan shalat sunnah. Setelah usai melaksanakan shalat sunnah Imam Al Bukhari mengangkat ujung gamisnya dan bertanya kepada para sahabatnya,”Apakah kalian melihat ada sesuatu di balik gamis?”

Ternyata dibalik kainnya didapati seekor lebah, dan terlihat bekas sengatan di kulit Imam Al Bukhari sebanyak 16 atau 17 sengatan. Di itu menyebabkan bengkak di badan.

Seorang dari sahabat Imam Al Bukhari pun menyampaikan,”Mengapa engkau tidak membatalkan shalat sejak awal disengat?”

Imam Al Bukhari pun menjawab,”Aku sedang membaca surat, dan aku menginginkan untuk menyempurnakannya!” (Siyar A’lam An Nubala, 12/442)

Transkrip 3 Bahasa Khutbah Shalat Jumat Aher di Masjid Agung Bersama Peserta KAA


Bandung. Para peserta Konferensi Asia-Afrika (KAA) yang beragama Islam melaksanakan sholat Jumat di Masjid Agung, Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (24/4). Pada kesempatan itu, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan berkesempatan mengisi khutbah sholat Jumat.

Berikut transkrip khutbah Jumat 3 bahasa gubernur yang akrab disapa kang Aher itu seperti yang dilansir di Facebook Ahmad Heryawan:

Versi Bahasa Indonesia:

Menuju Asia Afrika Baru yang Damai dan Lebih Sejahtera

Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه. اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْن. أما بعد.
أَيًّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَا اللهِ وَطَاعَتِهِ فقد فاز المتّقون. وَقَالَ اللهُ تَعَالَى : يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

Rasa syukur kita panjatkan kepada Sang Pemilik Alam, Allah SWT, karena atas izin dan kehendak-Nya kita dapat merasakan nikmat yang begitu besar terutama nikmat berkumpul bersama pada sholat jumat yang bersamaan dengan peringatan 60 tahun KAA di Bandung. Ungkapan syukur juga selalu kita panjatkan atas nikmat Iman, nikmat Islam, nikmat hidayah dan nikmat merasakan kehadiran Allah SWT dalam setiap hembusan nafas kita. Masyarakat Indonesia khususnya warga Bandung bersyukur kepada Allah dan berbangga karena pada hari ini para Kepala Negara, para Kepala Pemerintahan dan tamu-tamu mulia lainnya yang hadir di acara Peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika melaksanakan Sholat Jumat bersama-sama di Masjid Raya Provinsi Jawa Barat.

Hadirin Sidang Jumat yang berbahagia

Pada tanggal 24 April, tepat 60 tahun yang lalu, bangsa-bangsa Asia Afrika menyatakan kesepahaman dan kebersamaan untuk bangkit dan bersatu menuju cita-cita kemerdekaan dan perdamaian yang hakiki untuk menggapai kesejahteraan bersama di Kawasan Asia Afrika.

Konferensi Asia Afrika 1955 adalah sebuah fenomena unik dan guru sejarah yang sangat bernilai bagi kemanusiaan. Negara-negara Asia Afrika tampil menyuarakan kekuatan baru. Keberanian ini tentu didasari oleh sebuah visi kemanusiaan dan kebersamaan yang sangat mendalam. Sesungguhnya memang sudah sewajarnyalah kita sebagai manusia bersatu dalam kehidupan. Persatuan adalah fitrah kemanusiaan. Sebab, hakikatnya seluruh manusia adalah umat yang satu, yang dipersatukan oleh persaudaraan kemanusiaan (ukhuwah Insaniyah).

Sebagaimana Allah SWT berfirman:

كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ ليحكم بين الناس فيما اختلفوا فيه ….

“Manusia itu merupakan umat yang satu. Dan Allah mengutus para Nabi sebagai pembawa kabar gembira dan peringatan kepada mereka. Dan Allah SWT menurunkan bersama para Nabi tersebut kitab suci-Nya untuk memutuskan apa-apa yang diperselisihkan di antara mereka. (Q.S Albaqarah: 213)

Dan bukan suatu kebetulan jika bagian besar dari bangsa-bangsa Asia Afrika juga adalah beragama Islam, sehingga mereka tidak hanya dipersatukan oleh persaudaraan kemanusiaan (ukhuwah insaniyyah) tapi juga disatukan oleh persaudaraan yang lebih kokoh dan kuat, yaitu persaudaraan keislaman (Ukhuwah Islamiyyah).

Sebagaimana Allah SWT berfirman:

إنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.(QS. Al Hujurat ayat 10)

Karena keislamannya pula, Bangsa-bangsa Asia Afrika itu seperti satu bangunan yang sangat kuat, mereka bersatu, saling membantu dan saling menolong. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW:

المُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا

Orang yang beriman terhadap Orang yang beriman lainnya, seperti satu bangunan yang kokoh yang saling menguatkan. (HR. Muttafaqun Alaih)

Oleh karenanya, Bangsa Asia Afrika harus bersatu, tidak boleh terpecah belah sebab persatuan akan melahirkan kekuatan, kebersamaan, dan kesejahteraan, sementara perpecahan hanya akan menimbulkan kelemahan dan penjajahan. Sebagaimana Allah SWT berfirman:

وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Q.S Al Anfaal : 46)

Para Kepala Negara, Kepala Pemerintahan dan Sidang Jumat yang berbahagia,

Konferensi Asia Afrika yang mengangkat tema penolakan atas segala bentuk kolonialisme dan imperialisme, telah berhasil dengan baik. Saat ini, seluruh negara Asia Afrika telah berhasil mengusir penjajah dan meraih kemerdekaannya, kecuali satu negara yaitu Palestina yang hingga kini masih terus berjuang untuk mendapatkan kemerdekaannya. Adalah kewajiban kemanusiaan bagi Bangsa-bangsa Asia Afrika, untuk terus mendorong dan membantu kemerdekaan Bangsa Palestina.

Para Kepala Negara, Kepala Pemerintahan dan Sidang Jumat yang berbahagia,

Solidaritas Bangsa bangsa Asia Afrika 60 tahun lalu telah terbukti mampu menjadikan bangsa-bangsa Asia Afrika menjadi bangsa-bangsa yang merdeka. Maka saat ini dan masa-masa ke depan, solidaritas tersebut harus terus digaungkan dan digelorakan dalam kerjasama untuk membangun bangsa-bangsa Asia Afrika menjadi bangsa yang kuat, maju, aman, sejahtera dan beribadah serta bertakwa kepada Allah SWT. Karena sejatinya penghambaan Kepada Allah SWT akan terlaksana manakala ada kesejahteraan dan rasa aman.

Sebagaimana Allah SWT Berfirman:

فَلْيَعْبُدُوْا رَبَّ هذَا البَيْتِ الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوْعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ

Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan pemilik rumah ini (Ka’bah). Tuhan yang memberi makan sehingga tidak lapar atau sejahtera dan Tuhan yang memberi rasa aman sehingga tidak ada rasa takut (Q.S Quraisy : 3 – 4)

Perkumpulan kita di hari Jumat ini mudah-mudahan menjadi saksi bahwa peringatan ulang tahun ke 60 KAA haruslah menjadi tonggak baru lahirnya sebuah komitmen bersama untuk membangun semua kawasan Asia Afrika yang lebih baik. Asia Afrika yang maju, modern dan makmur dengan berlandaskan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Mudah-mudahan Allah SWT memberikan kemuliaan dan kemudahan kepada seluruh Pemimpin negara-negara Asia Afrika untuk memberi peran besar dalam upaya memakmurkan seluruh masyarakat Asia Afrika. Semoga Allah SWT takdirkan para Pemimpin Asia Afrika dan kita semua menjadi orang-orang yang beriman, bertakwa dan menjadi penghuni Surga-Nya di Akhirat nanti.

بارك الله لي ولكم فى القرآن العظيم ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم وتقبل مني ومنكم تلاوته وأَقُوْلُ قَوْلِي هذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ لِي وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ .
للَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى اّلذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. والحمد لله رب العالمين.

Versi Bahasa Inggris:

Moving Towards A New, Peaceful And Prosper Asian-African Nations
Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh

All Praises indeed be to Allah SWT, blessings and salutations upon Muhammad SAW, we ask Allah SWT to bless him and his companions and everyone of us. Let us pray to Allah to keep the leaders of Asia and Africa and us all steadfast on this deen and may He make us from amongst the blessed and those who are chosen. Ya Allah we ask You to grant us knowledge that is beneficial and and we ask you to benefit us from the knowledge you have granted us. Ya Allah we do not have knowledge beside that you have granted us, for indeed you are the owner of knowledge, All Wise. Ya Allah it is with your permission that we are able to gather here today to perform the Friday prayer as well as to gather to comemmorate the 60th anniversary of the Asian-African Conference in Bandung. We the people of Indonesia, Bandung especially, are proud and humbled at the same time to welcome the Head of States, the Asian-African leaders and the distinguished guests of the 60th anniversary of Asian-African Conference today to perform the Friday prayer at the Grand Mosque of West Java Province.

Distinguished and honorable guests of Friday prayer

60 years ago today, on April 24, the nations of Asia and Africa expressed understanding and solidarity to rise and unite towards the ideals of freedom and peace that are essential to achieve shared prosperity in the Asia-Africa Region.

1955 Asian-African Conference was a unique phenomenon and a valuable historical track record to humanity. Asian and African countries came together to voice new strength. This courage is certainly based on a vision of humanity and deep solidarity. Indeed, it comes naturally for us as human beings to unite in life because unity is the nature of humanity. Therefore, the whole human nature is the one people, united by the brotherhood of humanity (ukhuwah Insaniyah).

As Allah says

Mankind was one single nation; then Allah sent the messengers with glad tidings and warnings and with them He sent the Scripture in truth…(Q.S Al-Baqarah: 213)

And it was not a coincidence that a large part of the Asian-African nations is also composed of Muslims who are not only united by the brotherhood of humanity (ukhuwah insaniyyah) but also by a stronger brotherhood that is the brotherhood of Islam (ukhuwah Islamiyyah). As Allah says:

The believers are but brothers, so make settlement between your brothers. And fear Allah that you may receive mercy.

Because of this Islamic faith, Asian-African Nations, is like a solid building they come together and help each other. As word of the Prophet:

“The Believer to the Believer is like a solid building, one part supporting the other.”

[Related by Bukhari and Muslim]

Therefore, it is imperative that Asian-African Nations unite, in order to prevent from being divided because the union will result in strength, unity, and prosperity, while divisions will lead to weakness and colonization.

As Allah says:

And obey Allah and His Messenger, and do not dispute and [thus] lose courage and [then] your strength would depart; and be patient. Indeed, Allah is with the patient. (Q.S Al-Anfaal : 46)

The Head of States, the Asian-African Leaders, Distinguished Guests of The Friday Prayer

Asian-African Conference that carries out the theme of rejection of all forms of colonialism and imperialism has been successful. Currently, all Asian-African countries have managed to abolish all forms of colonialism and achieve independence, except one; the Palestinian state, which still continues to struggle to gain independence. It is a humanitarian obligation for all Asian-African Nations, to continue to encourage and support the independence of the Palestinian Nation.

The Head of States, the Asian-African Leaders, Distinguished Guests of The Friday Prayer

60 years ago, the Solidarity of Asian-African Nations has proven to be able to solidify the independence of Asian and African nations. From now on, solidarity must continue to be resounded and consolidated in cooperation to build much stronger, advanced, secure and prosperous Asian-African nations under the protection of Allah SWT, because servitude to Allah would take place after prosperity and sense of security.

As Allah says

Let them worship the Lord of this House, Who has fed them, [saving them] from hunger and made them safe, [saving them] from fear. (Q.S Quraisy : 3-4)

I hope that this Friday can be a witness that the 60th anniversary of the Asian-African Conference is able to bring an agreement to develop better, more advanced, modern and prosperous Asian-African nations based on faith and devotion to Allah SWT. We are always hopeful that Allah would bestow glory and ease upon the leaders of Asian and African countries to play a major role in this noble effort. Let us pray to Allah to keep the leaders of Asia and Africa and us all steadfast on this deen and may He make us from amongst the blessed and those who are chosen.

Versi Bahasa Arab:

نحو آسيا وإفريقيا الجديدة الأكثر أمانا وإزدهارا

الحمدلله رب العالمين نحمد الله سبحانه وتعالى على نعمه الغزيرة وفضائله الواسعة فبقدرته ومشيئته نجتمع في هذا الجامع المبارك لأداء صلاة الجمعة تزامنًا مع جو إحتفالى لمرور ٦٠ عامًا على انعقاد مؤتمر القمة لدول آسيا وإفريقيا بمدينة باندونج، أندونيسيا. وساد هذا الإحتفال حضور رؤساء الدول والحكومات وكبار المسؤولين لدول آسيا وإفريقيا الذي يكون شرفا عظيما لجميع شعب اندونيسا وخصوصا مواطني مدينة باندونج محافظة جاوى الغربية وهذا فضل من الله عز وجل يجب شكره. ونشكر الله تعالى أيضا على نعمة الإيمان والإسلام حتى نسلك سلوك الهداية ونشعر بمعية الله فى كل أنفاسنا.

أصحاب الفخامة والسمو رؤساء الدول والحكومات وكبار المسؤولين لدول آسيا وإفريقيا، أيها الحضور الكرام أسعدكم الله حياتكم
إنه فى مثل هذا اليوم الرابع والعشرين من شهر إبريل عام ألف وتسعمائة وخمسة وخمسين ميلادية قام رؤساء دول فى قارتي آسيا وإفريقيا بمبادرة جماعية عبّر فيها عن روح التفاهم والتضامن بينهم للنهوض والإتحاد فى تحقيق الإستقلال والسلام الحقيقي فى القارتين، آسيا وإفريقيا، حتى يأخذ كل شعب حقهم فى أن يعيش بأمان وإزدهار ورفاهية. إن مؤتمر القمة لدول آسيا وإفريقيا مظهر فريد ومدرس تاريخي له قيمة عالية للإنسانية. حيث أظهرت هذه الدول شجاعة جماعية نبتت من رؤيا إنسانية وروح الأخوة بينهم. فإن الحقيقة تأمر كل واحد من الناس أن يعيش بالإتحاد جنبا إلى جنب، لأن الإتحاد هو من ضمن الفطرة الإنسانية. فحقيقة كل واحد من الناس فى هذا العالم يَنْتَمِى إلى أمة واحدة تربطهم أخوة إنسانية. حيث قال الله عز وجل :
كان الناس أمة واحدة فبعث الله النبيين مبشرين ومنذرين وأنزل معهم الكتاب بالحق ليحكم بين الناس فيما اختلفوا فيه….. > سورة البقرة : ٢۱٣ )

ومن ناحية أخرى إن كون معظم شعب هذه الدول من المسلمين تجعل هذه الأخوة الإنسانية أكثر قوة ومتينا برباط الأخوة العقيدية فهي الأخوة الإسلاميةـ .قال الله عز وجل:
إنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ : سورة الحجرات : ٤٩

والأخوة الإسلامية المرسصوصة بين شعب آسيا وإفرقيا تجعلهم كبنيان قوي وهم متحدون ومتناصرون بعضهم بعضا كما قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :
المُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا : متفق عليه
فمن هذا المنطلق فكل شعب من شعوب دول آسيا وإفريقيا عليهم الإتحاد ويتجنبون شتى أنواع الفرقة، لأن الإتحاد سبب القوة والأخوة ، وأما الفرقة والتفرّق فإنه من أسباب الضعف والوهن والإستعمار. قال الله تعالى :
وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ :سورة الأنفال : ٤٩

أصحاب الفخامة والسمو رؤساء الدول والحكومات وكبار المسؤولين لدول آسيا وإفريقيا، أيها الحضور الكرام أسعدكم الله حياتكم
إن مؤتمر القمة لدول آسيا وإفريقيا بَلَّغَ رسالة إلى العالم ترفض كل أنواع الإستعمار، وتلك الرسالة تؤثر تَأْثِيْرًا قويا فى نجاح جميع دول آسيا وإفريقيا فى طرد المستعمرين من بلادهم وتحقيق الإستقلال، إلا شعب فلسطين فإنهم مازالوا يحاولون لتحقيق الإستقلال، فباسم الأخوة الإنسانية والأخوة الإسلامية بيننا فعلينا مساندتهم ومناصرتهم إلى أن تصير فلسطين دولة لها إستقلالها الكامل ويعيش شعبها فى سلام وأمان.

أصحاب الفخامة والسمو رؤساء الدول والحكومات وكبار المسؤولين لدول آسيا وإفريقيا، أيها الحضور الكرام أسعدكم الله حياتكم
إن روح التضامن القوي بين شعوب دول آسيا وإفريقيا فى السِتّين عاما الماضى تجعل كل شعب يأخذون حقهم فى الإستقلال. أما فى هذا الزمن وأيام المستقبل فهذا التضامن لابد من تطويره حتى نعمل به على التعاون المتين لبناء تقدم دول آسيا وإفريقيا القوية ويعيش شعبها فى سلام و أمان وازدهار ويطيعون الله حق طاعته، لأن الطاعة سوف تتجسد قوية فى النفوس بتكامل الرفاهية والأمان فى حياة المجتمع. قال الله عز وجل:
فَلْيَعْبُدُوْا رَبَّ هذَا البَيْتِ الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوْعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ >سورة قريش : ٣٤

إن إجتماعنا فى هذا اليوم يون الجمعة المبارك سوف يكون شهيدا على أن يكون نقطة الإنطلاق لاتّفاق الجميع على مبادرة العمل لبناء القارتين آسيا وإفريقيا لتكون أكثر تقدّما وتطوّرا وازدهارا وأساسها التقوى والإيمان بالله عز وجل. ونسأل الله سبحانه وتعالى أن يكرم كافة رؤساء دول آسيا وإفريقيا بالقوة والجدية للعمل على إعمار حياة مجتمع آسيا وإفريقيا. وجعلهم من عباده المؤمنين المتّقين والمنْعَمِين بنعيم جنته فى الآخرة.

Rabu, 29 April 2015

Tafakkur agar Bersyukur (Segores catatan dari lapangan para pendaftar LIPIA)

Bismillaahirrohmaanirrohiim...

Catatan ini aku tulis semata-mata untuk memberikan ibroh kepada kita semua khususnya aku sendiri bahwa penderitaan dan kesusah payahan kita dalam mecari ilmu yang haq ini tidaklah mudah, bahkan jika kita bandingkan dengan para salafussholih, yang kita perjuangkan sekarang ini tidak ada apa-apanya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :

...يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ اَمَنُوْا مِنْكُمْ وَ الَّذِيْنَ اُوْتُوْا الْعِلْمَ دَرَجَتٍ وَ اللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ ـ

"…Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Mujaadilah [58] : 11)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

"Sesungguhnya keutaman orang yang berilmu diatas orang yang beribadah bagaikan pancaran sinar bulan purnama di atas pancaran sinar bintang-bintang” (HR. Ahmad).

Sempat tak percaya diri ini membaca dan melihat postingan ikhwah di grup whatsapp yang anggotanya anak-anak LIPIA. Baik berupa foto, komentar maupun cerita renungan yang membuat hati pembaca terketuk dan mengusap dada. Ada apa gerangan ?!. Semua berawal dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab atau biasa dikenal LIPIA yang sedang membuka pendaftaran. Bagaimana perjuangan mereka para pendaftar mati-matian hanya untuk mendapatkan nomer antrian dan roqm thullab atau nomer ujian. Akan tetapi, berhubung kuota pendaftaran yang sangat terbatas, mereka harus datang pagi-pagi sekali ke LIPIA. Ya ?! pagi-pagi buta sekali. Mungkin kita masih mengisi atau mendengarkan ta'lim di masjid dan musholla. Di antara kita ada yang sedang menyiapkan pelajaran dan memuroja'ah sejenak pelajaran dan hafalan qur'an kita. Atau bahkan malah beberapa diantara kita masih bergelut di negeri kapuk. Astaghfirullahal 'Adhim.

Subhanallah. Hanya untuk mendapatkan formulir pendaftaran dan nomer antrian ikhwah ?!. Bukan main lagi. Kebanyakan dari kita tahu bahwa tahun ini banyak kebijakan-kebijakan baru yang membuat kita sebagai thullab resminya juga tercengang-cengang. Mulai dari pendaftar yang harus datang dan menyerahkan berkas sendiri, kemudian kuota pendaftar yang dibatasi hanya 400. Itupun tak semuanya diambil dan diterima. Ditambah lagi standar nilai setiap jurusan yang ketat pula. Bisa kita bayangkan, untuk jenjang i'dad saja minimal 8 di nilai ijazah. Sementara bagi yang ingin melanjutkan atau mendaftar langsung ke jenjang takmily minimal nilai 9.

Ikhwah, sedikit instropeksi untuk diri kita ini. Masihkah kita berleha-leha dan bersantai di posisi kita sekarang yang ratusan orang memperebutkan. Bukan hiperbola ikhwah. Tapi ini sebuah muhasabah untuk diri kita. Kita patut belajar bersyukur dari para pendaftar LIPIA. kita patut melihat antusiasme mereka dan mengembalikan kepada kita yang sangat-sangat santai tanpa ada perjuangan yang lebih demi mendapatkan nilai yang maksimal. Sungguh, antusias calon pendaftar mahasiswa Lipia yang datang dari daerah nusantara. Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan beberapa daerah lainnya. Jujur, aku kagum akan semangatnya. Pun bercampur kasihan.

Aku masih teringat, dimana dua tahun yang lalu aku juga seperti mereka. Saat diri menoleh kebelakang, betapa Allah SWT memudahkan diri ini saat mendaftar kuliah, namun tatkala masuk perkuliahan rasanya belum mampu memaksimalkan kesempatan itu dan menyiakan dengan kegiatan yg kurang bermanfaat. Tak seberat yang mereka alami sekarang. Aku yang didaftarkan oleh kakak kelas yang tergabung di FALMA Jakarta berbeda sekali mereka yang berdesak-desakan dengan pendaftar yang lain demi mendapatkan formulir. Aku yang dulu menunggu formulir penndaftaran dengan tiduran di salah satu masjid di Jakarta. Jauh sekali dengan pendaftar sekarang yang mereka sudah stand by di depan LIPIA sejak pukul 1 dini hari. Allahu Akbarr !. Luar biasa, bukan ? Dan itupun, barisan antrian sudah seperti mengantri tiket kereta yang mau ditukarkan. Pun, pendaftaran akan dibuka jam 8 nanti. Sungguh betapa besar perjuangan mereka. Satu pertanyaan. Kenapa mereka mau mati-matian melakukan itu semua ?. Kenapa? Jawabannya sederhana, karena mereka ingin masuk LIPIA.

Selasa kemaren, hari ketiga dibukanya pendaftaran LIPIA. Aku ingin membuktikan sendiri. Membuktikan dengan mata kepalaku sendiri. Dan memastikan bahwa apa yang di BC kan dibeberapa grup whatsapp adalah benar apa adanya. Pulang dirosah LIPIA hari senin aku tak pulang ke markaz qur'an seperti biasanya. Sengajja aku izin dari lembaga Markaz Qur'anku untuk tidak pulang sore itu. Karena ana sengaja ingin menyaksikan fakta yang ada di lapangan. Aku paksakan diri ini untuk menetap di masjid atau qo'ah sakan LIPIA meskipun dalam hati ada rasa berontak untuk tidak mau. Karena pastinya aku akan disaksikan orang banyak yang notabene thullab sakan. Mereka satu sama lain sudah saling kenal. Tak apalah, ujarku nekat.

Angin berhembus dengan lembut. Membungkus hati yang kalang kabut. Hembusan angin yang sederhana. Ya... sederhana. Pas sekali aku tengok jam tangan menunjukkan pukul 1 pagi lebih 20 menit. Mataku mulai meraba-raba sekitar. Menjamah dan menyesuaikan setiap sudut ruangan yang ada di sekitarku sekarang. Sederhana sekali. Ya... sederhana. Sesederhana Allah mengirimkan 'orang' untuk membangunkanku. Karena alarm yang kupasang jam satu tepat. Tak apalah, bukan waktunya untuk berdebat dengan diri sendiri. Sebuah pelita dalam gelap, aku coba turuni tangga dan menuju gerbang LIPIA, tempat para calon thullab LIPIA berjibaku mendapatkan kesempatan untuk masuk maktabah. Aku liat dua petugas satpam dengan pakaian 'security'nya masih terjaga dari tidurnya. Dengan wajah tegas, seakan memupus cita yang akan tumbuh. Tak ku pahami rencana-Mu untuk mereka ya Robb.

Subhanallah !. Satu kalimat takjub yang lepas begitu saja dari mulut yang banyak dosa ini. Remang-remang aku lihat dari bilik pos satpam agar mereka tak tahu jikalau aku sedang memperhatikan mereka. Ya seketika itu juga aku tertegun. Iya ya ?!, ungkapku miris. Saling bersandar di antara mereka demi mengistirahatkan badan mereka yang lelah dan letih seharian bergulat dengan panasnya sang mentari. Miris sekali hati ini merasakan. Satu diantara mereka tertidur di atas trotoar jalan dengan kaki menjuntai ke bawah karena kecilnya permukaan trotoar. Ikhwah, tahukah kalian bahwa mereka juga ingin duduk di tempat yang kita
kita dudukin sekarang. Tahukah, bahwa mereka berhak mendapatkan seperti apa yang kita dapatkan. Mereka ingin mendengarkan penjelasan dari para masyayikh seperti apa yang kita peroleh. Mereka patut mendapatkan faedah sebagaimana yang kita dapatkan. Lantas, pantaskah kita bermalas-malasan ?. Tiadakah kita malu dengan mereka ?

Ya rabb betapa zolimnya kami kepada mereka, lihatlah mereka bersusah payah untuk mendapatkan kursi disini, sedangkan kami berleha-leha, malas-malasan, tak jarang terkantuk-kantuk ketika dosen sedang menjelaskan dan segudang lagi perbuatan-perbuatan yang menunjukkan kami kurang bersyukur . Betapa zolimnya kami Ya Rabb. Ya Allah ampunilah kami dan ajarkan kami cara mensyukuri nikmat-Mu. Ya... Mereka ya Allah. Bagaimana tidak mereka harus antri dari jam 3 pagi, Saat dimana mata-mata yang lain terlelap dalam tidurnya. Mereka rela berdiri antri bahkan sampai siang hari hanya untuk mengambil nomer urut pendaftaran, Belum lagi kadang perlakuan kurang enak dari pihak panitia yang tiba-tiba memutuskan bahwa hari itu tidak ada pembagian nomer pendaftaran, Namun mereka tetap bertahan menunggu dan berharap ada kebijakan yg membahagiakan mereka.
Semoga saja...
Akhirul kalam...

فإن الجزاء من جنس العمل وأجركم على قدر مشقتكم

Untuk mu para pejuang yang Insya Allah diterima :
Ahlan bikum, Ahlan bikhudhurkum...
Mabruuukk mabruuukk...
Sselalu tetap berjuang untuk yang belum diterima kali ini, semkga tahun depan masih ada kesempatan. Selamat datang kepada para penuntut ilmu di kampus biru tercinta.
Salam ukhuwah !
Keep Ukhuwah !