Selasa, 28 April 2015

Rahasia Pernikahan Rasulullah

Tugas Rasulullah sebagai uswatun hasanah bukan hanya dalam masalah ibadah saja, melainkan juga dalam hal kehidupan berumah tangga. Beliau adalah contoh ideal suami yang baik. Contoh paling urgen dalam membangun rumah tangga yang sakinah, mawaddah warohmah. Segala tindak tanduknya adalah saripati ajaran Islam yang begitu purna untuk kita tiru sebagai umatnya. Begitu juga dalam hal pernikahan. Kita sudah sepatutnya mencontoh pernikahan Rasulullah dan para istri-istrinya sebagai ummahatul mukminin.

Sebagaimana yang sudah kita ketahui bahwa Rasulullah pertama kali menikah dengan janda cantik yang kaya raya bernama Khadijah. Pernikahan rasulullah dengan Khadijah bukan hanya sebatas pernikahan biasa pada umumnya. Korelasinya sangatlah luas dan ada nilai-nilai yang sangat berharga dari pernikahan tersebut.

Kita sudah tahu bahwa Rasulullah adalah pribadi yang sangat pandai dan multitalent terutama dalam hal perdagangan alias bisnis. Sementara Khadijah adalah seorang perempuan hartawan yang mempunyai banyak modal dalam berdagang. Kita sudah bisa membayangkan, pernikahan Rasulullah dan Khadijah adalah sinergi yang saling menguntungkan dalam hal ekonomi dan menjadikan kolaborasi dua insan yang sangat strategis dalam perekonomian.

Begitu juga pernikahan Rasulullah dengan sang Humaira, Aisyah radiyallohu anha. Pernikahannya mengandung manfaat dan hikmah yang begitu agung. Pernikahan Rasulullah dengan Aisyah tak ubahnya pembuka gerbang ilmu dan pengetahuan yang begitu luas. Seakan-akan pernikahan itu sudah diseting sebagai kunci ilmu yang begitu agung dan luhur. Selama kehidupannya bersama Rasulullah, Aisyah telah merekam segala hal yang Rasulullah lakukan dan sabdakan secara sempurna. Dan kebanyakan semua itu adalah segala sesuatu yang ada kaitannya dengan interaksi antara suami istri.

Segala hal yang hanya bisa diketahui oleh kaum hawa telah terbuka secara luas dan lugas oleh riwayat-riwayat yang berasal dari Aisyah. Seperti bagaimana Rasulullah berinteraksi dengan istrinya ketika sedang puasa Ramadhan, bagaimana tidur Rasulullah bersama istrinya yang sedang haid, bagaimana mandi janabatnya Rasulullah, dan bagaimana Rasulullah memperlakukan istri-istrinya. Oleh sebab itu, inilah alasannya kenapa Rasulullah menikahi Aisyah di usia yang terbilang masih muda, sekitar usia 12 sampai 13 tahun. Sangatlah keliru orang yang beranggapan bahwa Rasulullah menikahi Aisyah pada saat usianya antara 6 sampai 7 tahun.

Aisyah masih berusia muda ketika Rasulullah kembali ke haribaan-Nya. Dan Aisyah juga dianugerahi usia yang panjang. Oleh karena itu, segala hal yang menyangkut kehidupan rumah tangga rasulullah disampaikan oleh Aisyah kepada para sahabat dan tabi’in yang hidup di jaman itu. Maka tak syak lagi, sekitar 1500-an hadits yang diriwayatkan oleh para ahli hadits berasal dari Aisyah radiyallahu anha.

Begitu juga pernikahan Rasulullah saw dengan Zainab binti Jahsi ra., bekas istri Zaid bin Tsabit. Pernikahan ini menghapuskan sebuah kultur Arab kala itu, yaitu tidak bolehnya menikah dengan anak paman. Karena Zainab masih ada pertalian nasab dengan Khadijah ra. Pernikahan itu merubah sebuah kultur yang sudah begitu terlanjur kental dan susah dihilangkan kala itu.

Pernikahan Rasulullah dengan para janda yang sudah tidak muda tidaklah lepas dari hikmah dengan pengajaran yang luhur. Mengajarkan kepada kita bahwa pernikahan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan seksual belaka, tapi juga mempunyai misi dakwah dan menyelamatkan kaum wanita. Selain itu juga untuk mempererat tali kekeluargaan; menyatukan dua keluarga yang berbeda. Seperti pernikahan Rasulullah dengan Mariyyah al Qibtiyah ra. Pernikahan Rasulullah dengan wanita Mesir itu mempunyai nilai positif dan hikmah yang besar. Bagaiamana tidak, kabilah-kabilah yang menghadiahkan Mariyyah kepada Rasulullah masuk Islam semua berkah dari pernikahan tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar