Sabtu, 25 April 2015

FALMA di Mata Ketua Umum LDK Al Fatih LIPIA

Subhanallah...
Tepat kemarin malam aku ikuti pertemuan antar seluruh kader LDK Al Fatih LIPIA di masjid Al Ikhlas. Sungguh berat memang, meskipun besoknya hari sabtu & ahad jadwal uthlah usbu'iy bagi thullab LIPIA. Pulang dirosah langsung menuju ke lokasi. Kalau bukan karena ukhuwah apalagi, kalau bukan karena amanah tak mungkin lagi. Sejenak menengok jam tangan, tepat pukul lima sore lewat lima belas menit. Tak terasa , waktu sore tenggelam dengan cahaya gelap malam. Kendaraan pribadi & umum turut meramaikan sore itu.
Masih menatap layar hp, suara kruyuk dari perut membuyarkan semua konsentrasiku di depan layar hp membaca portal berita Media Islam Indonesia. "Oya, lupa belum makan apa2 dari tadi pagi", gumamku menggerutu. Karena masih ada cukup waktu sebelum tiba shalat maghrib, terbesit untuk pergi ke warung makan. turun dari tangga masjid, keluar area & menyeberang. Sampailah akhirnya di warung makan sederhana. Sederhana sekali pikirku. Hanya menawarkan mie instan & teh hangat. Tak apalah, hanya mengganjal aja. Mudah2.an tidak menyebabkan penyakit atau bahkan menambah penyakit. Laa samahallahu wa Laa qodarallah.
Tak ku sangka, waktu begitu cepat berjalan hingga terdengarlah suara adzan dari masjid Al Ikhlas disusul masjid2 yang lain. Untunglah, tinggal minum kemudian bayar. Subhanallah, betapa segar wajah & seluruh anggota tubuhku. Dengan siraman air wudhu. Seakan melepas dahaga dari kekeringan air yang berkepanjangan. Apakah ini yang dimaksudkan oleh Allah SWT bagi siapa saja hamba2nya yang mau berwudhu. Bersama mengalirnya air yang kita guyurkan ke anggota yang dibasuh maupun diusap saat wudhu, disaat itulah gugur dosa2 kecil yang kita perbuat selama satu hari itu. Begitu dalam suatu riwayat.
Tepat setelah isya'. Para kader2 LDK Al Fatih mulai berdatangan. Teman seperjuanganku dulu saat2 daftar LIPIA, mutarobbi kita yang dulu menimba ilmu di dauroh syar'iyah Ma'ahid untuk masuk LIPIA pun kesempatan emas yang tak kulupakan kemaren malam adalah bertemu Ketua Umum LDK Al Fatih LIPIA, Ustadz Wildan Sulthoni. Entah sudah berapa hari atau bahkan bulan aku tak bertemu dengan beliau. Mungkin beliau tersibukkan dengan kegiatan dakwah di luar ma'had. Atau karena masih berjuang di 'amalus sanah ma'had. Tak penting. Refleks begitu saja, aku & beliau saling bersalaman lama juga saling sentuh pipi layaknya seorang ukhuwah yang satu tubuh. Bersua & saling menanyakan kabar.
Tak kusangka. Ramai sekali yang berdatangan memenuhi undangan. Pekik takbir & yel2 khas LDK Al Fatih mewarnai pertemuan kami. Empat jam berlalu, hingga akhir acara pun tiba. Seperti biasa, kita semua mengabadikan setiap momen acara dengan berfoto bersama. Tak ingin melewatkan begitu saja. Akupun ikut serta dalam pengambilan foto. Wallahu a'lam. Ibarat peribahasa : "pucuk dicinta ulam pun tiba". Aku tak tau pasti arti aslinya. Yang jelas, apa yang kita inginkan tiba begitu saja tanpa uasaha yang melelahkan. Apa itu ?. Ya, tepat kemaren malam itu juga aku berkesempatan foto berdampingan dengan Ustadz Wildan bersama kader yang lain. Beliau menyapa & menyalamiku lagi. Sambil menunggu kader yang lain berkumpul ke depan, aku & beliau sempat ngobrol meakipun akhirnya terputua karena sesi pemotretan. Kurang lebih ini percakapanku dengan beliau :
Ustadz Wildan (UW) : "Antum tinggal di pondok ya ?", ujar beliau mengawali percakapan kami.
Mungkin melihat pakaianku yang gamis sehingga beliau langsung mengatakannya.
Aku (A) : "Bukan ustadz, ana di markaz Qur'an", jawabku sekenanya.
UW : "Markaz Qur'an mana ?"
A : "Utrujah, di Jakarta Timur".
UW : "Ohh punya Dr Sarmini itu ya ?"
Tanpa aku jelaskan, beliau langsung paham dengan Markaz Qur'an yang aku tempati.
UW : "Mustawa berapa antum ?"
A : "I'dad robi' ustadz minta do'anya juga biar bisa lanjut ke takmily"
UW : "Lulusan mana antum dulu ?"
A : " Ma'ahid ustadz"
UW : "Ohhh ma'ahid... FALMA itu ya...?!"
Subhanallah... beliau paham dengan ma'ahid. Siapa coba yang tidak bangga dengan ini. Mungkin jika kalian ada di posisiku saat itu bisa merasakan betapa nama Ma'ahid sangat2 familiar bagi ustadz Wildan. Terlebih beliau Ketua Umum lagi.
UW : "Sekolahnya Ustadz Nail ya ? Kenal ustadz Nail nda' ?! yang pernah jadi ketua LDK Al Fatih LIPIA awal2 dulu...?", lanjut beliau.
A : "Kenal ustadz alhamdulillah... Beliau murobbi liqo' ana waktu aliyah"
UW : "Subhanallah... bagus Ma'ahid akhi Nafis, antum kenal Ridwan ?"
A : "Oiya kenal ustadz !", jawabku semangat.
UW : "Beliau satu kelas sama ana".
A : "Ohh Subhanallah ustadz...", jawabku semakin semangat.
UW : "Ustadz Ibad juga itu bagus beliau, dari ma:ahid juga kan beliau. Kan pernah jadi Ketua Umum KAMMI LIPIA"
A : "Iya ustadz, bener2 ustadz", aku manggut2 senang.

Subhanallah, ikhwah apalagi yang kita tunggu. Ini kesempatan kita untuk membenahi diri. Wadah organisasi yang bernama FALMA itu sudah ada. Bahkan mungkin bisa dibilang telah berdiri lama. Tinggal kitanya saja yang harus mampu menjaga & melestarikan estafet da'wah ini melalui wadah organisasi yang bernama FALMA. FALMA sudah dikenal oleh beberapa orang. Tinggal kitanya saja mampu tidak mengemban amanah untuk mengenalkan organisasi ini ke khalayak sekitar melalui kegiatan yang berjalan.

Akhirul kalam. Qoolallahu ta'ala : "Wal takum minkum ummatuy yad'uuna ilal khoiri wa yakmuruuna bil ma'rufi..." al aayah minal Qur'an.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar