Lebih dari ratusan kali ana ditanya tentang perkara ini, berkaitan dengan penulisan transliterasi bahasa Arab, mudah-mudahan tulisan ana ini jadi penjelas sebagaimana seharusnya.
Pernah ana posting di Facebook maupun jejaring sosial yang lain dengan nada penulisan yang sama seperti yang ana tulis di blog ana ini sekarang, tapi tak beberapa lama kemudian ana hapus karena berbagai ikhwah facebooker masih belum bisa menerima dan memahami bahwa mereka harus menerima pernyataan ana ini tanpa ada unsur memaksa sama sekali. Ana tulis sebagai "respons" atas banyaknya Facebooker dan blogger yang memasalahkan penulisan kata amin dan insya Allah. Mereka "terpaku" pada cara pengucapan (bahasa tutur/lisan), padahal ini soal bahasa tulisan yang sudah ada kaidahnya dalam tata bahasa Indonesia.
Ini pendapat ana, pembaca boleh ikut mengamalkan apa tidak ana berlepas diri dari itu.
Pertama-tama, bahasa Arab dan bahasa Indonesia tentu berbeda, bila bahasa Indonesia disusun berdasarkan huruf alfabet A-B-C dan seterusnya, sama seperti bahasa Inggris, tidak dengan bahasa Arab. Bahasa Arab tersusun dari huruf hijaiyah dan lain semisalnya.ا (alif), ب (ba), ت (ta),
Perbedaan inilah yang akhirnya mengharuskan adanya transliterasi (penulisan bahasa asing kedalam bahasa Indonesia), misalnya, kata الله dalam bahasa Arab, bila di-transliterasikan ke dalam bahasa Indonesia bisa jadi “Allah”, “Alloh”, “Awloh” atau apapun yang senada dengan bacaan asli Arabnya, tergantung kesepakatan transliterasi. Bila orang Indonesia sudah nyaman membaca tulisan dengan transliterasi “Allah” ya tidak perlu diganti dengan “Alloh” atau “Awloh”, toh bacanya juga sama walau tulisannya beda. By the way, bahkan kalo orang nulis Allah dengan huruf kecil juga nggak dosa karena dalam bahasa Arab aslinya pun tidak ada huruf besar maupun kecil. Hanya kembali lagi, karena transliterasi dan penghormatan kepada Dzat Yang Maha Agung, ya sejatinya sudah kita tulis dengan “Allah”.
Ok, sekarang, Insya Allah atau In Shaa Allah ?
Yang bener :
إن شاء الله
Jadi kita bedah begini :
إن = bila
شاء = menghendaki
الله = Allah
Jadi artinya إن شاء الله = bila Allah berkehendak.
Nah, balik lagi ke transliterasi, terserah kesepakatan kita mau mentransliterasikan huruf ش jadi apa ? “syaa” atau “shaa”?, kalo di negeri berbahasa Inggris sana, kata ش diartikan jadi “shaa”, kalo di Indonesia jadi “syaa” masalahnya di Indonesia, huruf ص sudah ditransliterasikan jadi “shaa”, kalo disamain jadi tabrakan deh..
Ana pribadi lebih suka mentransliterasikan إن شاء الله jadi “InsyaAllah”, lebih simpel dan sesuai transliterasi bahasa Indonesia. Nah, bagaimana katanya kalo ada yang bilang “InsyaAllah” berarti artinya “menciptakan Allah?”, naudzubillahi min dzalik. Karena yang satu ini beda lagi masalahnya
karena إنشاء (menciptakan/membuat) beda dengan إن شاء (bila menghendaki) dan pemakaiannya dalam kalimat berdasarkan kaidah bahasa Arab pun berbeda bunyinya,
bila إن شاء الله dibacanya “InsyaAllahu” (bila Allah menghendaki)
bila إنشاء الله dibacanya “Insyaullahi” (menciptakan Allah)
Kesimpulannya?
Jadi kalo kita nulis pake “InsyaAllah”, atau “In Syaa Allah”, atau “In Shaa Allah” bacanya sama aja dan artinya sama aja, yaitu “bila Allah menghendaki”, jadi nggak ada arti lainnya.
Sekarang, Amin atau Aamiin ?
Penulisan kata amin yang benar dalam bahasa Indonesia adalah amin (AMIN), bukan aamin, amiin, atau aamiin. Bahasa Indonesia tidak mengenal "vokal dobel" dalam satu kata. Silakan cari di Kamus Besar Bahasa Indonesia, pasti yang ditemukan hanya kata "amin", bukan yang lainnya.
Jika Anda bersikeras bahwa penulisan kata amin yang benar adalah aamiin, maka bagaimana Anda membaca kata saat, Aa Gym, Aa Asep, ii sumirat, diingingkan, diisi, dsb.? Ingat, bahasa tutur (ucap, lisan) beda dengan bahasa tulis.
Jika harus menuliskan kata sesuai dengan cara pengucapannya, maka kita pun harusnya menulis: Awlooh (bukan Allah), Rosuluwlooh (bukan Rasulullah), Al-Qur-aan (bukan Al-Quran), Insyaa-a Awlooh, dan seterusnya.
Bahkan ada yang mengulasnya secara "mendalam" kata آمين dalam bahasa Arab : beda pengertian amin, aamin, aamiin, amiin, dan seterusnya. Ya susah...karena kaidah bahasa Arab 'kan beda sama tata bahasa Indonesia.
Bagaimana kalaua mereka tetap menggunakan kata Aamin dan Insha Allah? Ya, gak masalah, silakan saja, selama tidak mengganggu stabilitas nasional dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Yang jelas, mereka harus konsisten (istiqomah) jika penulisan harus sama dengan pengucapan, yaitu dengan juga menulis Allah = Awlooh, Rasulullah = Rosuluwlooh, Insya Allah = Insyaa Awlooh, Astagfirullah = astagfiruwlooh, dan seterusnya.
Wallahu a'lam.
Syukron akhi infonya...
BalasHapusWa iyyakum... Tafadhal bisa baca tulisan Ana yang lain...
Hapus